Wednesday, November 30, 2011

Mengurangi Friksi Saudi Tarik Pasukan dari Desa Syiah

RIYADH, - Arab Saudi menarik aparat keamanannyan dari desa-desa Syiah di Qatif di bagian timur negara itu menyusul kerusuhan pekan lalu di mana empat orang tewas, kata beberapa saksi, Senin (28/11/2011).
Tindakan itu tampaknya dimaksudkan untuk mengurangi friksi dengan minoritas Syiah kerajaan itu pada hari pertama Ashura, peringatan 10 hari pembunuhan Imam Hussein yang sangat mereka hormati yang terjadi pada abad ketujuh.
Aparat keamanan telah mundur semalam dari desa Shweika dan Awamiya di Provinsi Timur, tempat terjadinya bentrokan sengit antara demonstran dan aparat kerajaan, kata beberapa saksi dan aktivis hak asasi manusia.
"Kendaraan-kendaraan lapis baja yang mengangkut pasukan antikerusuhan menuju kota Dammam telah mundur dan pos-pos pemeriksaan telah dicabut," kata seorang saksi, setelah pasukan itu masuk sebagai balabantuan saat demonstrasi.
Empat warga Syiah tewas tertembak pekan lalu. Kementerian dalam negeri mengatakan pasukan keamanan mendapat serangan dari orang-orang bersenjata yang beroperasi atas "perintah asing". Tudingan itu  tampaknya diarahkan pada keterlibatan musuh lama Saudi, Iran. Kementerian itu mengatakan dua polisi terluka dalam bentrokan itu.
Pada Senin (28/11/2011) malam, kantor berita resmi SPA melaporkan bahwa Gubernur Provinsi Timur Pangeran Mohammad bin Fahd bin Abdul Aziz telah menemui tokoh-tokoh terkemuka Syiah.
Para tokoh itu "menyampaikan penolakan dan kecemasan mereka pada situasi di Qatif dan bahwa mereka tidak menyetujui pelanggaran oleh sejumlah orang", SPA melaporkan. Mereka juga "menegaskan kesetiaan mereka pada pemimpin mereka", kata SPA.
Pangeran Mohammad, berjanji bahwa kementerian dalam negeri akan menyelidiki kematian-kematian tersebut. Dia mengatakan "tidak akan membolehkan orang seperti itu, sedikit apapun jumlah mereka, untuk mengganggu keamanan".
Seorang sumber yang menghadiri pertemuan itu, yang kedua dalam sepekan, mengatakan pada AFP bahwa Pangeran Mohammad "telah mendengarkan tuntutan masyarakat Syiah di provinsi itu, khususnya mengenai pembebasan tawanan, penciptaan keadilan bagi semua warga dan diakhirinya diskriminasi sektarian".
Sumber itu, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan bahwa pertemuan yang berlangng lebih dari satu setengah jam itu "positif".
Sementara itu, ulama Syiah terkemuka Sheikh Nimr Nimr meminta "pembebasan semua orang yang ditahan dalam demonstrasi itu".
Dalam pidato pada pemakaman salah seorang demonstran, Nimr mengatakan: "Kami telah memutuskan untuk meminta hak-hak sah kami dengan cara damai".
Provinsi Timur menampung mayoritas penduduk Syiah sekitar dua juta kerajaan itu, yang mencerminkan sekitar 10 persen dari penduduk Saudi.
Pada Maret lalu, masyarakat Syiah di provinsi kaya minyak itu berdemonstrasi sebagai simpati pada rekan-rekan Syiah mereka di negara tetangga Bahrain, setelah pasukan keamanan Bahrain, yang didukung oleh tentara dari tetangganya yang Sunni di Teluk, menindak keras demonstrasi prodemokrasi yang dipimmpin oleh masyarakat mayoritas Syiah negara itu.
Ulama Syiah lainnya, Munir al-Khabbaz, meminta pada demonstran untuk menggunakan "cara-cara yang beradab ketika meminta hak-hak mereka dan menolak kekerasan", dan menambahkan bahwa "bentrokan dengan pasukan keamanan menurut agama dilarang".
"Putera-putera Qatif itu tidak melaksanakan agenda asing tapi menuntut hak-hak mereka," katanya. 
KOMPAS.com

Game Call of Duty 4 Modern Warfare dilarang di Arab Saudi


Lebih sering sebuah game mendapat larangan beredar karena kontennya yang dianggap keterlaluan. Baik dari sisi kekerasan yang terlalu sadis atau dari sisi terlalu menjurus ke pornografi.

Namun ada juga game yang dilarang dengan alasan politis. Seperti yang dilakukan Iran terhadap game Battlefield 3 yang menampilkan adegan pertempuran di kota Tehran, ibukota Iran.

Berikut adalah 5 judul game yang dilarang dengan alasan berbau politis, selain Battlefield 3, yang dipilih Kompas.com dari berbagai sumber:

Command & Conquer Generals: Game ini dilarang oleh pemerintah China karena dianggap mencoreng citra negara itu dan tentaranya. Padahal game ini menampilkan China sebagai salah satu jagoan.

Call of Duty 4: Modern Warfare: Game ini dilarang di Arab Saudi karena menampilkan kekejaman dan kekerasan pada tentara Arab. Lokasi dalam game juga dianggap mirip dengan Riyadh.

Fallout 3: Game ini tak beredar di India karena menampilkan Brahmin, sapi yang mengalami mutasi sehingga kepalanya dua. Sapi adalah binatang suci di India. Sedangkan Brahmin adalah sebutan bagi kaum cerdik-cendekia.

Di Jepang, game ini mengalami sensor karena adanya senjata bernama Fat Man. Ini adalah nama yang sama dengan bom atom yang menghantam Nagasaki.

Tom Clancy's Ghost Recon Advanced Warfighter 2: Game ini dilarang beredar hanya di satu wilayah di Meksiko, tepatnya di negara bagian Chihuahua. Ini karena dalam game, kota Chihuahua dan Ciudad Juarez digambarkan sebagai tempat pemberontak Meksiko.

Mass Effect 2: Game ini dilarang beredar di Uni Emirat Arab dan sempat dilarang juga di Singapura. Gara-garanya, terdapat opsi untuk menjalin hubungan asmara antara karakter sesama jenis (homoseksual) dan antar spesies.

Selain judul-judul game di atas, masih ada berbagai game yang dilarang (atau sempat dilarang) dengan alasan politis. Patut disebut juga bahwa game apapun yang menampilkan simbol Nazi akan dilarang beredar di Jerman.

KOMPAS.com -