Friday, August 31, 2012

Dubes Ajak Mahasiswa UMI Studi di Arab Saudi

MAKASSAR, Duta Besar Kerajaan Arab Saudi mengajak mahasiswa UMI untuk melanjutkan studi di Arab Saudi. Ini diungkapkan Dubes Arab Saudi  Mustafa Bin Ibrahim Almubarak saat  berkunjung di Universitas Muslim Indonesia (UMI), Kamis, 30 Agustus.

Dubes Arab Saudi di Indonesia Mustafa Bin Ibrahim Almubarak dan Atase Agama Kedutaan Arab Saudi di Indonesia Ibrahim Bin Sulaeman Annugaemys
 diterima langsung Wakil Rektor 1 UMI Prof Syahnur Said
di Ruang Senat UMI, kemarin.

Prof Syahnur sendiri menyampaikan permohonan maaf  kepada Dubes Arab Saudi karena beberapa petinggi di UMI tidak bisa hadir mendampinginya dikarenakan kunjungan ke Jepang untuk menjalin kerja sama dengan beberapa Universitas di Jepang.

"UMI sangat berterimakasih atas kerja sama yang telah terjalin selama ini. Kami berharapkan kedepannya UMI dan Arab Saudi bisa semakin meningkatkan kerja sama tidak hanya di bidang pendidikan, melainkan di bidang-nidang lainnya," ungkapnya.

Sementara itu, Dubes Arab Saudi, Mustafa Bin Ibrahim Almubarak mengungkapkan bahwa UMI masih menjadi satu-satunya kampus yang ada di hati Arab Saudi. Arab Saudi dan UMI telah lama menjalin kerja sama, jadi Arab Saudi pasti akan terus meningkatkan jalinan kerja sama demi meningkatkan harmonisasi.   

"Saudi membuka diri untuk Indonesia, kami tidak tidak hanya ingin menjalin kerja sama di Indoensia di bidang haji dan tenaga kerja, pendidikanpun sangat perlu kami jalin demi memajukan ilmu pengetahuan. Terutama di seluruh universitas muslim di Indonesia," imbuhnya.

Dia memberikan masukan kepada UMI agar meningkatkan kemampuan berbahasa Arab agar jalinan kerja sama bisa lebih maju. "Jika ada mahasiswa UMI yang ingin melakukan studi di Arab Saudi kami sangat siap membantu. Ajukan saja proposal ke kami, pasti UMI yang kami prioritaskan.
 Apalagi di bidang
Tenaga Kesehatan, karena kami sangat membutuhkan," imbuhnya.

Selain melakukan kunjungan di UMI, Dubes Arab Saudi juga memberikan bantuan peralatan medis di Rumah Sakit Ibnu Sina dengan tujuan meningkatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut.(m02/una) fajar.co.id

Arab Saudi perketat aturan bagi taksi

Arab Saudi perketat aturan bagi taksiSAUDI ARABIA. Departemen Perhubungan Saudi Arabia akan merilis standar keamanan baru bagi taksi. Aturan ini diluncurkan untuk meningkatkan keamanan pengemudi maupun penumpang.

Pedoman anyar ini mulai berlaku pada 6 Zulhijah atau tepatnya pada 22 Oktober 2012mendatang. Dalam aturan ini, Menteri Transportasi Jabar Al-Seraisry menegaskan, perusahaan taksi Saudi harus dimiliki dan diinvestasikan oleh Saudi dan harus mematuhi kaidah Saudization pada sektor tersebut.

Perusahaan taksi harus memenuhi standar dari departemen lalu lintas kota termasuk kantor administrasi. Setiap sopir taksi juga wajib memiliki asuransi yang ditanggung oleh tempat kerjanya.

Selain itu, mereka juga harus mempertahankan jumlah minimum mobil yang tercatat pada lisensi operasi mereka. Angka tersebut didasarkan pada ukuran kota dan penduduknya.

Nantinya, setiap kendaraan wajib dipasangi Automated Vehicle Locator (AVL). Itu merupakan sebuah sistem untuk melacak taksi secara langsung dan akan diberikan di setiap taksi. Kendaraan akan dihubungkan ke Pusat Informasi Kementerian Perhubungan dan Pusat Informasi Nasional Departemen Dalam Negeri. Sistem AVL sendiri akan mencatat informasi secara otomatis seperti kecepatan mengemudi, pick-up dan drop-off penumpang serta waktu untuk mengoperasikan taksi tersebut.

Apabila ditemukan pengemudi taksi yang beroperasi di luar sistem AVL, mereka akan dikenakan denda sekitar SR200 untuk pelanggaran pertama dan SR400 untuk pelanggaran ganda dan kemungkinan juga pembatalan izin untuk mengemudi.

Selain itu, pengemudi taksi juga diminta untuk mengenakan seragam dan juga membantu para penumpang untuk menaikkan barang bawaan mereka ke bagasi mobil serta membantu para penumpang yang memiliki keterbatasan fisik untuk masuk ke dalam taksi. Selanjutnya, taksi juga dibebaskan dari asap rokok, dan akan memiliki tanda “No-Smoking”.

Bulan lalu, Departemen Perhubungan mengumumkan taksi dilarang menyusuri jalanan untuk penumpang dan menuai denda hingga 5000SR bagi yang melanggar.

Menurut pedoman baru, mereka akan dilarang secara acak mengambil penumpang dari bandara, rumah sakit, pusat perbelanjaan, kantor bisnis dan fasilitas transportasi seperti SAPTCO serta stasiun kereta api. Penumpang harus menelepon dan mengajukan permintaan untuk menaiki taksi kepada perusahaan taksi.(internasional.kontan.co.id)


Ketika Dubes Arab Saudi Salat Magrib di Masjid Terapung

Laporan Wartawan Tribun Timur, Edi Sumardi
Ketika Dubes Arab Saudi Salat Magrib di Masjid TerapungTRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Duta Besar Kerajaan Arab Saudi untuk Indonesia, Mustafa Ibrahim A Mubarak memuji Masjid Amirul Mukminin atau Masjid Terapung, Pantai Losari, Makassar.

Menurutnya, Masjid Amirul Mukminin mirip Masjid Ar Rahmah atau Masjid Terapung Jeddah di Laut Merah, Arab Saudi.

Duta besar menyampaikan pujiannya saat berkunjung ke Masjid Amirul Mukminin guna menunaikan salat magrib, Kamis (30/8/2012).
"Duta besar mengatakan, masjid ini sangat megah dan memang tepat dijadikan sebagai ikon kota ini. Beliau juga sempat mengelilingi masjid hingga ke lantai tiga, tempat salat tahajjud dan salat tobat," kata Kepala Sub Bagian Hukum Kemasyarakatan dan Kerukunan Umat Beragama Kanwil Kementerian Agama Sulsel Muhammad Tonang, Kamis (30/8/2012) malam.

Tonang turut mendampingi duta besar bersama dengan Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar serta Atase Pendidikan Kedutaan Besar Arab Saudi untuk Indonesia.

Duta besar mengunjungi masjid atas inisiatif sendiri setelah mendengar informasi adanya masjid terapung menyerupai Masjid Terapung Jeddah. Setelah salat, rombongan langsung pulang.

Sebelum mengunjungi masjid terapung, rombongan mengunjungi Kampus Universitas Muslim Indonesia Makassar.

Masjid Amirul Mukminin awalnya bernama Masjid 99 Al Makazzary. Namun belakang diubah setelah didiskusikan. Pembangunan masjid yang berbentuk huruf 99 ini sudah menelan biaya Rp 9 miliar.


Dubes Arab Saudi kunjungi sejumlah kampus

Makassar - Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Mustafa Ibrahim  Al Mubarak mengunjungi sejumlah kampus perguruan tinggi di Makassar, Kamis.

Kasubag Hukmas dan KUB Kanwil Kemenag Sulsel Muhammad Tonang, mengatakan, sejumlah perguruan tinggi yang dikunjungi Dubes adalah Universitas Islam Negeri Alauddin (UIN), Universitas Muslim Indonesia (UMI) dan Universitas Hasanuddin.

Selain mengunjungi perguruan tinggi, Dubes juga mengunjungi Rumah Sakit Islam Faizal. Rencananya, dubes juga akan mengunjungi Pesantren Al Ikhlas di Kabupaten Bone.

Menurutnya, selama ini pemerintah Arab Saudi banyak menyalurkan wakaf atau bantuan di Makassar terutama di Rumah Sakit Islam Faizal.

Sementara itu, Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla usai menerima kunjungan Dubes bersama Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar, di kediamannya di Makassar, mengatakan, tidak ada pembicaraan khusus.

"Ini silaturahim karena dia (Dubes) baru datang ke sini (Makassar) dan belum bertemu dengan saya. Jadi kebetulan di sini jadi ketemu di sini. Hanya silaturahim memperkenalkan diri," katanya. 


(ANTARA News)

Dubes Saudi dan Wamenag Kunjungi UIN Makassar

FotoMakassar (Pinmas)—Duta Besar Kerajaan Arab Saudi untuk Indonesia Moustafa bin Ibrahim bin Ali Al Mubarak bersama Wakil Menteri Agama Prof Dr Nasaruddin Umar MA, Kamis (30/8) siang mengunjungi Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Sulawesi Selatan. Dubes Saudi yang didampingi Atasa Agama Ibrahim Al-Nughaimsy dan asisten pribadi Isam A Bobsaid diterima Rektor UIN Makassar Prof Dr Abdul Qadir Gassing, para wakil rektor, dekan dan dosen di ruang rektorat.

Kepada para tamunya, Prof Abdul Qadir Gassing mengungkapkan rasa terimakasihnya yang tak terhingga atas kunjungan, perhatian, dukungan serta bantuan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi selama ini terhadap pengembangan pendidikan di lingkungan kampus UIN Makassar. Tak hanya bantuan fisik seperti pembangunan kampus II UIN Makassar yang mencapai Rp 400 Miliar serta pembangunan masjid senilai Rp 1,2 Miliar, juga bantuan buku-buku perpustakaan dan pengiriman tenaga dosen.

“Alhamdulillah,perhatian dan dukungan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi kepada pendidikan di Kampus UIN Makassar selama ini cukup tinggi. Mereka membantu kita untuk pembangunan masjid senilai Rp 1,2 Miliar, pembangunan kampus II UIN Makassar dari dana IDB senilai Rp 400 Miliar dan pengiriman tenaga dosen sejak tujuh tahun terakhir serta bantuan buku-buku. Sementara sedang proses kerjasama dengan Universitas Islam Madinah Arab Saudi,” ungkap Pembantu Rektor IV UIN Alauddin Makassar Prof Dr Kamaruddin Amin Kamis (30/8).

Dubes Arab Saudi untuk Indonesia Moustafa bin Ibrahim bin Ali Al Mubarak mengungkapkan rasa gembiranya berkesempatan mengunjungi kampus islam terbesar di kawasan Indonesia Timur. Selain ingin bersilaturahim sekaligus mengenal lebih dekat dengan para akademiksi di UIN Makassar, Al Mubarak juga ingin mengetahui lebih jauh terhadap pengembangan dari kegiatan pendidikan yang mendapat dukungan dari Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Dalam kesempatan tersebut, ia menyatakan kesiapannya untuk membantu jika ada hal-hal yang diperlukan UIN Makassar untuk lebih mengembangkan pendidikan di Kampus UIN Makassar.

Tidak sekadar mendapatkan laporan dari rektor dan pembantunya terhadap bantuan yang diberikan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi, bersama-sama dengan Wakil Menteri Agama Prof Dr Nasaruddin Umar serta para tamu lainnya, Al Mubarak juga melihat langsung masjid yang merupakan sumbangan dari Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Selain memasuki masjid yang diresmikan pada masa Duta Besar Abdurrahman Muhammad Al Khayyat, Al Mubarak melihat-lihat sekeliling masjid yang saat ini sudah tidak mampu menampung lagi mahasiswa UIN Makassar.

Selain mengunjungi UIN Alauddin, di Makassar Sulawesi Selatan Al Mubarak juga sempat mengunjungi Rumah Sakit islam Faisal yang merupakan wakaf dari Pemerintah Kerajaan Arab Saudi yang diresmikan pada tahun 1980. Dalam kunjungannya ke Makassar, Al Mubarak juga mengunjungi Masjid Al Markaz Al Islami, Universitas Muslimin Indonesia (UMI), Universitatas Hasanuddin serta mengunjungi Pondok Pesantren Al Ikhlas di Bone Sulawesi Selatan. (rep/dam)

http://kemenag.go.id

Hal Yang Tidak Akan Dijumpai Di Arab Saudi


NegaraArab Saudi merupakan negara Islam dan tempat kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam,  Jadi jelas saja mereka pasti melaksanakan aturan Islam, selain itu ada hal-hal unik lainnya yang tidak akan dijumpai di Arab Saudi, yaitu:

1.Sepeda Motor
Selain Saudi mengalami 2 musim yaitu musim panas dan musim dingin, negeri ini juga tidak memberlakukan pajak bagi warganya, pajak sama dengan Haram, jadi mereka lebih memilih mobil, karena harga mobil disini murah dikarenakan tidak adanya pajak, dan harga 2 liter bensin setara dengan 1 botol air mineral 500 ml atau 4 liter bensin setara dengan 1 kaleng soft drink 330ml. jadi jangan heran kalau disini tidak pernah melihat motor Jepang apalagi Cina. Kalaupun ada biasanya motor gede sekelas Harley Davidson atau Ducati.

2.Bintang iklan atau Model

Bermimpi ingin jadi model, artis, atau bintang iklan?? Kalau ada keinginan seperti itu mending buang jauh jauh, karena di negara yang terkenal dengan Islamnya ini, akan melarangnya, jadi buat sobat yang kesini jangan kaget melihat model iklan baju, mukanya disensor alias dikaburkan seakan akan kita melihat orang memakai baju dengan muka rata tanpa hidung, mata, apalagi bibir walau iklannya di pasang di keramaian atau di pusat perbelanjaan.

3.Minuman Keras (wine,bir, atau sejenisnya yang mengandung Alkohol)

Untuk minuman keras pemerintah Saudi sangat melarang keras, kalau ada yang ketahuan mengkonsumsi atau dengan sengaja mengedarkanya, maka hukumanya setara dengan hukuman tindakan asusila lainnya.

4.Payung atau jas hujan
Di Saudi jarang sekali menemui orang memakai payung, karena di sini Hujan merupakan sesuatu yang langka dan bahkan Ditungu tunggu, kalaupun ada hujan mereka memilih keluar rumah untuk menikmati air yang turun lansung dari langit, melihat hujan sama dengan melihat makanan ketika lapar.

5.Minyak Angin atau jamu Tolak Angin
Selama saya disini belum pernah mendengar orang masuk angin, atau mati karena angin duduk apalagi orang Saudi, kalaupun ada biasanya orang kita yang sudah terbiasa masuk angin di kampungnya.ketika saya menanyakan ke Apotik tentang minyak angin selalu dibilang maffi (tidak ada).


sumber : http://www.memobee.com/index.php?do=c.every_body_is_journalist&idej=5468 


Note : Anda setuju dengan pernyataan ini, Silahkan komentar dengan bijak.

Bagi Yang Ingin Tahu Siapa Wahabi Sebenarnya

بسم الله الرحمن الرحيم

Bagi  mereka yang ingin mengetahui siapakah wahabi yang sebenarnya, maka kini telah hadir sebuah buku hasil terjemahan dari karya seorang ulama. Karya seorang Doktor dari Al-Azhar Mesir, beliau adalah Doktor Muhammad bin Sa’ad Asy-Syuwai’ir. Buku tersebut diterbitkan untuk ke sekian kalinya oleh Universitas Islamiyah Madinah. Beberapa kali dicetak di Maroko dan Afrika Utara.

Buku beliau telah diterbitkan dalam edisi Indonesia dengan judul “Sebenarnya Siapakah Wahabi Itu?”

Buku ini menjelaskan siapakah sebenarnya wahabi itu, beliau menjelaskannya melalui metode sejarah.

Secara sejarah wahabi telah muncul pada kurun kedua (2) Hijriyah. Pada waktu itu ada sekte khawarij abadhy (khawarij yang berpemikiran  ekstrim) yang dipimpin oleh Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum. Abdul Wahhab bin Abdurrahman adalah anak dari Abdurrahman bin Rustum sang pendiri negara khawarij Rustumiyah, dan Abdul Wahab pun mewarisi kekuasaan bapaknya dan pemikirannya. Sekte ini muncul di daerah Afrika Utara. Sehingga para ulama setempat khusunya dan ulama yang lain menjuluki mereka dengan Wahabi atau Wahabiyah.

Lalu kenapa akhir-akhir ini, atau semenjak 2-3 kurun yang lalu gelar dan nama ini disematkan kerpada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab?? Yang notabene beliau hidup pada kurun ke 11 hijriyah?? Dan beliau tidak punya pemikiran khwarij?? Bahkan beliau adalah pembela tauhid.

Jawabannya ada dalam buku ini. Karena penyematan gelar wahabi pada beliau ini tidak lepas dari keterkaitan beberapa pihak; 1. para penjajah (orang kafir dari negara barat) 2. kaum sufi (dianataranya melalui daulah utsmaniyah) 3. kaum syi’ah / rafidhah (diantaranya melalui daulah fathimiyah)

Semoga suatu hari nanti kami bisa memberikan gambaran singkat siapa wahabi melalui ringkasan buku ini. Dan isyaallah kami akan usahakan. Pembahasan ini sangat menggugah kami, karena adanya pihak-pihak yang menyalah gunakan nama ini untuk ‘menindas’ orang lain secara serampangan.

Sebuah alasan klasik yang diwarisi turun temurun memang menjadikan sebagian orang tesebut berbuat demikian.

http://thalibmakbar.wordpress.com/2012/08/30/bagi-yang-ingin-tahu-siapa-wahabi-sebenarnya/

Thursday, August 30, 2012

Virus komputer incar infrastruktur energi Arab Saudi


Riyadh - Setelah serangan virus Shamoon dua pekan lalu, raksasa minyak Arab Saudi, Aramco, mengatakan bahwa pihaknya kini telah memperbaiki jaringan internal utamanya.

"Perusahaan telah memperbaiki semua layanan jaringan internal utamanya yang terdampak pada 15 Agustus 2012 oleh sebuah virus berbahaya yang berasal dari sumber eksternal," demikian pernyataaan resmi dari CEO Aramco Khalid Al-Falih, seperti dikutip oleh New York Times.

Meskipun tidak sampai mempengaruhi jalannya produksi, namun menurut Al Falih serangan 'cyber' itu mempengaruhi sekitar 30 ribu workstation.

"Akan tetapi kini mereka telah dibersihkan dan diperbaiki untuk layanan, sementara akses Internet jarak jauh ke sumber daya online dibatasi sebagai tindakan pencegahan," tambah Al-Falih.

Perusahaan milik negara yang menjalankan produksi minyak seluruh Arab Saudi itu, mengatakan bahwa eksplorasi hidrokarbon tidak terpengaruh karena mereka beroperasi pada sistem jaringan terisolasi.

Dikatakan Al-Falih, produksi pabrik juga tetap 'beroperasi penuh' berkat sistem kontrol yang juga terisolasi.
"Ini bukan yang pertama atau juga tidak akan menjadi upaya terakhir yang ilegal untuk menyusup ke sistem kami," ujar Al-Falih seraya berjanji untuk lebih memperkuat terhadap kemungkinan serangan 'cyber' di masa depan.

Seperti INILAH.COM wartakan sebelumnya, pada 15 Agustus 2012, Aramco melaporkan jaringan komputernya diserang sehingga offline.

Meskipun Aramco tidak mengaitkan serangan yang dialaminya terhadap ancaman Shamoon, namun perusahaan itu menyatakan telah menderita akibat 'gangguan mendadak'.

Di pernyataan resminya saat itu, perusahaan minyak terbesar di Arab Saudi tersebut mengisolasi jaringan komputernya sebagai langkah pencegahan.

Arab Saudi pada Maret 2012 lalu 'dinobatkan' menjadi produsen minyak terbesar di dunia setelah meningkatkan produksinya menjadi 9,923 juta barel per hari. Jumlah tersebut melampaui produksi Rusia sebanyak 9,920 juta barel per hari. [mor] INILAH.COM

Sebelumnya
Varian virus komputer baru, yang disebut Shamoon, mengincar infrastruktur sektor energi dunia, termasuk Arab Saudi.

Virus itu, seperti disebut BBC, ditujukan untuk menyerang setidaknya satu organisasi atau perusahaan di sektor industri.

Shamoon mempunyai kemampuan menghapus file dan memformat (render) sejumlah komputer pada jaringan sehingga tidak dapat dioperasikan.

Pada Rabu (15/8), Perusahaan minyak Aramco Arab Saudi melaporkan jaringan komputernya diserang sehingga mati (offline).

Meski Aramco tidak mengaitkan serangan yang dialaminya terhadap ancaman Shamoon, perusahaan itu menyatakan telah menderita akibat "gangguan mendadak".

Dalam pernyataan resminya, perusahaan Arab Saudi itu telah mengisolasi jaringan komputernya sebagai langkah pencegahan.

"Dicurigai sebagai hasil virus yang menyerang (komputer) workstation personal tanpa berdampak pada komponen utama jaringan," sebut Aramco dalam pernyataan resmi.

Perusahaan keamanan komputer dan jaringan, Symantec, menyebut, "Itu adalah 'malware' pengganggu yang merusak file dari komputer tanpa pengamanan dan menimpa file 'Master Boot Record' yang bertujuan menjadikan komputer tidak dapat digunakan."(antara)

Kejadian Unik Di Pesawat [Syaikh Al'Arifi]

Dikisahkan oleh Syaikh Dr. Muhammad al-‘Arifi dalam sebuah Muhadaroh :
“Saya teringat kejadian dalam pesawat ketika bertolak dari Inggris,bersama seorang Syaikh yang sering mengisi  di televisi (Saudi), Selama perjalanan kami duduk bersama di pesawat.
Di sebelah kami duduk seorang pria warga negara Inggris, di sebelahnya lagi duduk seorang wanita, yang juga warga negara Inggris, cara berpakaiannya seronok, dia sedang membaca buku berbahasa Inggris.
Saya berasumsi bahwa wanita itu mungkin istri pria tersebut, pacar atau saudarinya. Saya juga sedang membaca buku, dan sesekali ngobrol dengan rekan saya. Saat itu matahari sudah terbenam.
Saya berkata pada teman : “Abu Abdallah, apa kita sholat disini saja?”
“atau nanti saja sesampainya di tujuan?”
Beliau berkata : “ Nanti saja, masih ada 2 jam lagi buat Maghrib, kita sholat di Riyadh saja”
“Baiklah..” kemudian saya lanjutkan membaca buku.
Tiba-tiba wanita tadi........berdiri....kemudian membuka bagasi pesawat...mengambil tas, dan mengeluarkan Abaya dan kerudungnya dari tas tersebut.
Kemudian memakainya dan sholat Maghrib!!! Padahal baju yang dipakainya tadi seronok.
Saya berkata “ Saya bersaksi bahwa  tiada Ilah selain Allah, dan Muhammad adalah RasulNya “
Abu Abdallah berkata “ Lihat,!! dia sedang sholat !!”
“ Ya, memang.....!!”
Saya berkata “ Seharusnya Kita malu !! Kita seperti ini, sementara wanita itu sedang sholat di pesawat?? “

“Ayo bangun, kita sholat !!“
Saat kami ingin sholat, wanita tadi sudah selesai. Dia menaruh Abaya dan kerudungnya lalu kembali duduk.
Saya berkata padanya “ Baarakallahu fiiki, semoga Allah membalas kebaikanmu...”
Tentunya saya tidak memandangnya saat bicara...saya tidak memandanginya. Saya tegaskan hal ini, supaya nanti tidak ada yang mengatakan Syaikh sengaja memberi nasehat, soalnya perempuannya cantik !!”
Wanita tadi berkata “ Saya sudah mengerti..jadi sudahlah........”
“Belum.. anda harus lebih memahami nasehat saya............!”
Saya katakana padanya “ Saya sangat bersyukur anda telah menunaikan sholat, semoga Allah membalasmu “

“Ini menandakan adanya iman dan kebaikan darimu”
“Akan lebih baik lagi ya ukhti..Anda meningkatkan lagi kebaikan ini dengan tetap memakai Abayamu, itu akan lebih baik untukmu”
Dia mengatakan “ Semoga Allah membalas kebaikan anda, Tolong doakan saya..tolong doakan saya“ kemudian saya pergi.
Walaupun di hadapan kalian terlihat sebagai sesuatu yang melanggar/maksiat, ketahuilah bahwa masih ada bibit kebaikan dalam dirinya. Mungkin keburukannya 90%, tapi masih ada 10% kebaikan, maka tambah 10% kebaikan itu menjadi 50%, jangan langsung memvonis :
“Kamu ini ahli maksiat !!”
Pertimbangkan kebaikan yang mungkin bertambah. Mudah-mudahan Allah memperbaiki orang tersebut melalui tanganmu “

Sumber : http://www.youtube.com/watch?v=NsVb13VUuEc&feature=share
http://pepisusanti.blogspot.com/2012/08/kejadian-unik-di-pesawat-syaikh-alarifi.html

Wednesday, August 29, 2012

Dakwah Salafiyyah Dan Daulah Su'udiyyah

Oleh
Ustadz Arif Fathul Ulum bin Ahmad Saifullah


Dalam pembahasan yang lalu telah kami jelaskan bahwa Salafiyyah bukan suatu hizb (kelompok) atau golongan. Sesungguhnya dia adalah jama’ah yang berjalan di atas jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Dia bukanlah salah satu kelompok dari kelompok-kelompok yang muncul sekarang ini, karena dia adalah jama’ah yang terdahulu dari zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berlanjut terus-menerus di atas kebenaran dan nampak hingga hari kiamat sebagaimana diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Maka dakwah Salafiyyah adalah dakwah kepada Islam yang murni bukan dakwah hizbiyyah. Imam dakwah Salafiyyah adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para imam yang datang berikutnya dari para sahabat, tabi’in, dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan hingga hari kiamat.

Di antara daulah yang ditegakkan atas landasan dakwah Salafiyyah adalah daulah Su’udiyyah di jazirah Arabiyyah, yang dikenal sebagai pembela dakwah Salafiyyah yang gigih sejak berdirinya hingga saat ini.

Maka daulah Su’udiyyah memiliki kehormatan sebagai pembela dakwah yang haq dan pembela para ulama Sunnah.

Usaha yang agung dari daulah Su’udiyyah di dalam mendakwahkan Islam yang haq menyejukkan mata dan membesarkan hati setiap muslim yang cinta kepada Islam yang haq, tetapi sebaliknya membuat geram dan panas orang-orang yang hatinya diselubungi oleh kebatilan dan kebid’ahan!.

Lihatlah di semua media masa sekarang, siapakah yang memusuhi daulah Su’udiyyah saat ini ? Mereka adalah gabungan dari berbagai kelompok bid’ah mulai dari Syi’ah Rafidhah, Shufiyyah, Asy’ariyyah, Maturidiyyah, Quthbiyyah Ikhwaniyyah, Quthbiyyah Sururiyyah, Tablighiyyah, Hizbut Tahrir, JIL dan sederet nama-nama lainnya yang menujukkan kesesatan jalan mereka. Dari jati diri mereka dapat disimpulkan bahwa mereka memusuhi daulah Su’udiyyah bukan karena orang-orangnya, tapi karena dakwah daulah Su’udiyyah kepada manhaj Salaf.

Berangkat dari kenyataan ini, terbetik dalam benak kami untuk menyumbangkan sedikit pembelaan kepada daulah pembela dakwah Salafiyyah ini sebagai wujud loyalitas kami kepada al-haq dan ahlinya.

PERTEMUAN ANTARA DUA IMAM DAKWAH SALAFIYYAH
Membicarakan tentang dakwah Salafiyyah di jazirah Arabiyyah tidak bisa dilepaskan dari sebuah pertemuan yang bersejarah pada tahun 1158H bertepatan dengan tahun 1745M antara dua imam dakwah Salafiyyah ; Mujaddid abad ke-13H Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dengan amir Ar-Rasyid Muhammad bin Su’ud –penguasa negeri Dar’iyyah waktu itu dan pendiri daulah Su’udiyyah-, keduanya sepakat untuk bekerjasama mendakwahkan dakwah Tauhid –dakwah Salafiyyah- dengan segenap daya upaya. Muhammad bin Su’ud menyambut baik kedatangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab di Dar’iyyah dan mengatakan kepada Syaikh : “Berbahagialah di negeri yang lebih baik daripada negerimu, dan berbahagialah dengan dukungan dan pembelaan”.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata : “Dan aku memberi khabar gembira kepadamu dengan kemuliaan dan kedudukan yang kokoh kalimat ini –Laa Ilaha Illallah- barangsiapa yang berpegang teguh dengannya, mengamalkannya, dan membelanya, maka Alloh akan memberikan kekuasaan kepadanya pada negeri dan hamba-hambaNya, dialah kalimat tauhid, yang merupakan dakwah para rasul semuanya. Engkau melihat bahwa Nejed dan sekitarnya dipenuhi dengan kesyirikan, kejahilan, perpecahan dan peperangan diantara mereka, aku berharap agar engkau menjadi imam bagi kaum muslimin, demikian juga pada keturunanmu”.

Maka Muhammad bin Su’ud berkata : “Wahai Syaikh, ini adalah agama Alloh dan RasulNya, yang tidak ada keraguan di dalamnya. Berbahagialah dengan pembelaan kepadamu dan kepada dakwah yang engkau seru, dan aku akan berjihad membela dakwah Tauhid” [Tarikh Najed oleh Husain bin Ghannam hal. 87 dan Unwatul Majd Fi Tarikhi Najed oleh Utsman bin Bisyr 1/12]

Maka mulailah kedua imam dakwah Salafiyyah tersebut beserta para pendukung keduanya menyebarkan dakwah Salafiyyah dengan modal ilmu dan keimanan, dan mengibarkan bendera jihad di depan setiap para penghalang jalan dakwah.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab tidak henti-hentinya melancarkan dakwah kepada Alloh, mengajarkan ilmu-ilmu syar’i kepada para penuntut ilmu, menyingkap syubhat-syubhat yang disebarkan oleh orang-orang kafir, para penyembah kubur, dan selain mereka. Beliau menghasung umat agar berjihad dengan berbagai jenisnya. Beliau juga langsung turun di medan jihad berserta anak-anak beliau. Beliau tulis karya-karya ilmiah dan risalah-risalah yang bermanfaat di dalam menjelaskan aqidah yang shahihah, sekaligus membantah setiap pemikiran yang menyelisihinya dengan berbagai macam argumen, sehingga nampaklah agama Alloh, menanglah pasukan Alloh dan hinalah pasukan setan, menyebarlah aqidah Salafiyah di jazirah Arabiyyah dan sekitarnya, bertambah banyaklah para penyeru kepada kebenaran, dihapuslah syi’ar-syi’ar kebid’ahan, kesyirikan dan khurafat, ditegakkanlah jihad, dan masjid-masjid di makmurkan dengan shalat dan halaqah-halaqah pengajaran Islam yang murni. [Muqaddimah Syaikh Abdul Aziz bin Baz atas kitab Syaikh Ahmad bin Hajar Alu Abu Thami hal.4]

BERDIRINYA DAULAH SU’UDIYYAH SALAFIYYAH
Para ulama tarikh sepakat bahwa pendiri daulah Su’udiyyah (kerajaan Saudi Arabia) adalah Al-Imam Muhammad bin Su’ud, dialah yang membuat sunnah hasanah pada keturunannya di dalam membela agama Alloh dan memuliakan para ulama Sunnah. [Lihat Unwanul Majid oleh Ibnu Bisyr 1/234-235]

Dr. Munir Al-Ajlani menyebutkan bahwa pendiri daulah Su’udiyyah adalah Muhammad bin Su’ud, dengan baiatnya kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab untuk mengikhlaskan ibadah semata kepada Alloh dan ittiba kepada hukum Islam yang shahih di dalam siyasah (politik) daulah, serta menegakkan jihad fi sabilillah. [Tarikh Bilad Arabiyyah Su’udiyyah hal. 46-47]

Maka daulah Su’udiyyah adalah daulah Islamiyyah yang ditegakkan untuk menerapkan hukum Islam dalam kehidupan dan sekaligus daulah Salafiyyah yang membela dakwah Salafiyyah dan menyebarkannya ke seluruh penjuru dunia.

DAULAH SU’UDIYYAH DAN DAULAH UTSMANIYYAH
Sebagian orang menyangka bahwa Syaikh Muhammad bin Adbul Wahhab dan Muhammad bin Su’ud melakukan pemberontakan terhadap daulah Utsmaniyyah, seperti yang dilakukan Muhammad bin Hasan Al-Hajawi Ats-Tsa’alabi Al-Fasi di dalam kitabnya Al-Fikru Sami Fi Tarikhil Fiqh Islami (2/374) yang menyatakan bahwa Muhammad bin Su’ud mendukung dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab untuk merealisasikan impiannya di dalam melepaskan diri dari kekuasaan daulah Turki Utsmani!

Pernyataan Muhammad bin Hasan Al-Fasi di atas adalah pernyataan yang keliru, karena menyelisihi realita sejarah, realita sejarah menunjukkan bahwa di saat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab melancarkan dakwahnya dan bahkan jauh sebelumnya negeri Nejed –termasuk Dar’iyyah- tidak pernah menjadi wilayah daulah Utsmaniyyah. [Tarikh Bilad Arabiyyah Su’udiyyah hal. 47]

Di antara bukti-bukti sejarah yang menunjukkan bahwa Nejed tidak pernah masuk dalam wilayah daulah Turki Utsmani adalah sebuah dokumen yang ditulis oleh Yamin Ali Affandi dengan judul asli berbahasa Turki : Qawanin Ali Utsman Dur Madhamin Daftar Diwan, di dalamnya terdapat daftar wilayah daulah Turki Utsmani sejak penghujung abad ke 11H yang terbagi menjadi 32 wilayah, 14 wilayah darinya adalah wilayah-wilayah di jazirah Arabiyyah, dan Najed tidak tercantum dalam daftar wilayah tersebut. [Lihat Bilad Arabiyyah wa Daulah Utsmaniyyah oleh Sathi’ Al-Hushari hal. 230-240]

Merupakan hal yang dimaklumi oleh setiap pemerhati sejarah Islam bahwa banyak dari wlayah-wilayah kaum muslimin yang tidak masuk ke dalam wilayah daulah Turki Utsmani yang ditunjukkan oleh adanya daulah-daulah yang sezaman dengan daulah Turki Utsmani seperti daulah Shafawiyyah Rafidhiyyah di Iran, daulah Mongoliyyah di India, daulah Maghribiyyah di Maroko dan beberapa negara Islam di Indonesia.

DAKWAH SALAFIYYAH PADA PERIODE PERTAMA DARI DAULAH SU’UDIYYAH
Tidak henti-hentinya Al-Imam Muhammad bin Su’ud memenuhi janjinya kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab di dalam mendukung dakwah Salafiyyah dan berjihad fi sabilillah di hadapan para penghalang dakwah hingga beliau wafat pada tahun 1179H

Sepeninggal Muhammad bin Su’ud, dibai’atlah putranya Abdul Aziz bin Muhammad bin Su’ud sebagai imam kaum muslimin. Di antara yang membaiatnya adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.

Al-Imam Abdul Aziz bin Muhammad memiliki perhatian yang besar kepada keilmuan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab sejak usia dini, ketika Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab masih di negeri Uyainah beliau mengirim surat kepada Syaikh agar menuliskan kepadanya tafsir surat Al-Fatihah, maka Syaikh menuliskan kepadanya tafsir surat Al-Fatihah yang di dalamnya terkandung aqidah Salafush Shalih, ketika itu beliau belum mencapai usia baligh. Merupakan hal yang dimaklumi bahwa menuntut ilmu dalam usia dini memiliki atsar yang dalam dan kokoh.

Al-Imam Abdul Aziz bin Muhammad bin Su’ud memiliki sebuah risalah yang agung, yang memiliki andil yang besar di dalam menyebarkan aqidah Salafush Shalih, beliau buka risalah tersebut dengan pujian kepada Alloh dan shalawat dan salam atas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian beliau berkata.

“Dari Abdul Aziz bin Muhammad bin Su’ud kepada para ulama dan para hakim syar’i di Haramain, Syam, Mesir dan Iraq, beserta para ulama yang lain dari Masyriq dan Maghrib…” Kemudian beliau mulai menjelaskan aqidah Salafush Shalih dengan penjelasan yang gamblang dan argumen-argumen yang kuat, beliau berbicara tentang hikmah penciptaan Alloh terhadap makhlukNya, makna kalimat tauhid, hak Alloh dan hak RasulNya, siapakah musuh-musuh dakwah Slafiyyah dan yang lainnya. Kemudian beliau mengakhiri risalahnya dengan ajakan untuk kembali kepada Kitab dan Sunnah, mengamalkan keduanya dan meninggalkan segala macam bid’ah dan kesyirikan. Risalah ini mencapai 34 halaman. [Al-Hadiyyah Saniyyah oleh Ibnu Sahman, bagian awal]

Beliau juga mengirim risalah ke negeri-negeri Rum yang menjelaskan tentang agama yang haq dan tentang aqidah Salafush Shalih. [Durar Saniyyah 1/143-146]

Al-Imam Abdul Aziz bin Muhammad bin Su’ud juga banyak mengirim para ulama untuk mendakwahkan aqidah Salafiyyah ke negeri-negeri di sekitarnya.

Di antara para ulama yang memiliki peran yang besar dalam dakwah Salafiyyah pada masa pemerintahan Abdul Aziz bin Muhammad adalah Syaikh Husain bin Muhammad bin Abdul Wahhab, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Husain, dan Syaikh Sa’id bin Hajji.

Al-Imam Abdul Aziz bin Muhammad bin Su’ud dikenal banyak takut kepada Alloh, banyak berdzikir, selalu memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang yang mungkar, sederhana dalam pakaiannya, sesudah shalat Shubuh dia tidak keluar dari masjid hingga matahari meninggi dan shalat Dhuha.

Pada masa pemerintahan Abdul Aziz bin Muhammad negeri Saudi dalam keadaan aman, makmur dan sejahtera. [Unwanul Majd oleh Ibnu Bisyr 1/124]

Ketika Al-Imam Abdul Aziz bin Muhammad wafat pada tahun 1218H, putranya Su’ud bin Abdul Aziz dibaiat sebagai penggantinya. Su’ud bin Abdul Aziz dikenal memiliki perikehidupan yang baik, meneladani jejak para Salafush Shalih, dikenal kejujurannya, keberaniannya, kedalaman ilmunya, selalu membela para wali Alloh dan memusuhi para musuh Alloh. Pada zaman pemerintahannya, aqidah Salafiyyah tersebar luas hingga meliputi Haramain (Makkah dan Madinah) serta berbagai penjuru jazirah Arabiyyah. [Unwanul Majd oleh Ibnu Bisyr 1/165]

Al-Imam Su’ud bin Abdul Aziz menyebarkan sebuah kitab yang menjelaskan tentang aqidah Salafush Shalih dan menyingkap syubhat-syubhat musuh-musuh dakwah Salafiyyah, kitab tersebut disetujui dan ditandatangani oleh para ulama Makkah, para qadhi dari empat madzhab dan Syarif Ghalib bin Musa’id [Durar Saniyyah i/318-320]

Di antara para ulama yang memiliki andil yang besar dalam dakwah Salafiyyah pada masa pemerintahan Su’ud bin Abdul Aziz ialah : Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab, Syaikh Abdurrahman bin Nami dan Syaikh Muhammad bin Sulthan Al-Ausaji.

Pada masa pemerintahan Su’ud Abdul Aziz bin Muhammad. Daulah Su’udiyyah mengalami kemajuan yang pesat dalam keadaan keamanan, kemakmuran dan kesejahteraan sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Bisyr yang melihat langsung keadaan pada masa pemerintahan Su’ud Abdul Aizi bin Muhammad. [Lihat Unwanul Majd oleh Ibnu Bisyr 1/214]

Ketika Al-Imam Su’ud bin Abdul Aziz bin Muhammad wafat pada tahun 1229H, putranya Abdullah bin Su’ud dibaiat sebagai penggantinya. Abdullah bin Su’ud dikenal keberaniannya, kebaikan agamanya dan kedermawanannya.

Al-Imam Abdullah bin Su’ud menempuh jalan yang telah ditempuh oleh ayahandanya, Su’ud, hanya saja sebagian saudara-saudaranya tidak sependapat dengannya, hingga terjadilah perpecahan yang menyebabkan lemahnya daulah Su’udiyyah hingga runtuhnya daulah Su’udiyyah periode pertama dengan ditandai oleh wafatnya Abdullah bin Su’ud pada tahun 1233H

DAKWAH SALAFIYAH PADA PERIODE KEDUA DARI DAULAH SU’UDIYYAH
Pada tahun 1240H berdirilah daulah Su’udiyyah periode kedua dengan dibaiatnya Al-Imam Turki bin Abdullah bin Muhammad bin Su’ud sebagai imam bagi kaum muslimin dan penerus penyebar dakwah Salafiyyah di jazirah Arabiyyah. Al-Imam Turki bin Abdullah dikenal memiliki ghirah yang besar terhadap syari’at Alloh dan gigih berjihad menegakkan kalimat Tauhid. [Tarikh Daulah Su’udiyyah oleh Dr. Madihah Darawisy hal.58]

Di antara para ulama yang memiliki andil yang besar dalam penyebaran dakwah Salafiyyah di periode ini adalah Syaikh Abdurrahman bin Hasan bin Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab –penulis kitab Fathul Majid-, Syaikh Abdul Lathif bin Abdurrahman Alu Syaikh, Syaikh Hamd bin Muhammad bin Atiq, dan Syaikh Ahmad bin Ibrahim bin Isa [Aqidah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab As-Salafiyah hal. 560-575]

DAKWAH SALAFIYYAH PADA PERIODE KETIGA DARI DAULAH SU’UDIYYAH (NEGERI SAUDI SEKARANG INI)
Setelah runtuhnya daulah Su’udiyyah periode kedua pada tahun 1308H, berdirilah daulah Su’udiyyah periode ketiga yaitu daulah Su’udiyyah sekarang ini yang ditandai dengan dibaiatnya Al-Malik Abdul Aziz bin Abdurrahman Alu Su’ud pada tanggal 21 Jumadil Ula 1351H

Al-Malik Abdul Aziz dikenal sebagai seorang yang gigih mengikuti jejak Salafush Shalih di dalam mendakwahi manusia kepada aqidah yang shahihah dan berpegang teguh kepada syari’at Islamiyyah serta menerapkan hukum-hukum Islam dalam semua segi kehidupan.

Al-Malik Abdul Aziz berkata : “Aku adalah penyeru kepada aqidah Salafush Shalih, dan aqidah Salafush Shalih adalah berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan apa yang datang dari Khulafaur Rasyidin” [Al-Wajiz Fi Siratil Malik Abdul Aziz hal.216]

Beliau juga berkata : “Mereka menamakan kami Wahabiyyin, dan menamakan madzhab kami adalah madzhab wahabi yang dianggap sebagai madzhab yang baru. Ini adalah kesalahan fatal, yang timbul dari propaganda-propaganda dusta yang disebarkan oleh musuh-musuh Islam. Kami bukanlah pemilik madzhab baru atau aqidah baru. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab tidak pernah mendatangkan sesuatu yang baru, aqidah kami adalah aqidah Salafush Shalih yang datang di dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan apa yang ditempuh oleh Salafush Shalih. Kami menghormati imam empat, tidak ada perbedaan di sisi kami antara para imam : Malik, Syafi’i, Ahmad dan Abu Hanifah, semuanya terhormat dalam pandangan kami” [Al-Wajiz Fi Siratil Malik Abdul Aziz, hal. 217]

DAULAH SU’UDIYYAH DAN PENERAPAN SYARI’AT ISLAM
Daulah Su’udiyyah menjadikan Kitab dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai undang-undang dasar daulah sebagaimana termuat dalam surat kabar Ummul Qura 21 Shafar 1345H : “Seluruh hukum di Saudi berdasarkan atas Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan apa yang ditempuh oleh para sahabat dan Salafush Shalih” [Syibhul Jazirah Fi Ahdil Malik Abdul Aziz 1/354]

Daulah Su’udiyyah menerapkan syari’at Islam di seluruh penjuru daulah. Di antara hal-hal yang nampak dari penerapan syari’at yang bisa dilihat oleh setiap orang yang datang ke negeri Saudi adalah.

[1]. Menjadikan aqidah Salaf sebagai pelajaran wajib di semua jenjang pendidikan dari tingkat TK hingga perguruan tinggi.

[2]. Menghilangkan semua hal yang merusak aqidah dan membawa kepada kesyirikan seperti kubah-kubah di atas kubur, berhala-berhala, dan yang lainnya.

[3]. Melarang semua pemikiran yang menyelisihi Islam seperti rasialisme, sekulerisme, komunisme, dan yang lainnya dengan melarang masuknya buku-buku yang mengandung pemikiran-pemikiran tersebut ke dalam negeri.

[4]. Mendirikan Haiah Amar Ma’ruf wa Nahi Munkar yang bertugas mengawasi pelaksanaan hukum-hukum dan syi’ar-syi’ar Islam serta menghasung kaum muslimin agar selalu shalat berjama’ah, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan ibadah-ibadah yang lainnya.

[5]. Seluruh mahkamah di daulah Su’udiyyah berlandaskan hukum-hukum Islam

[6]. Menegakkan hukum-hukum had terhadap pelanggaran-pelanggaran syar’i seperti qishash, dera potong tangan pencuri, dan yang lainnya.

Hingga detik ini kami belum pernah melihat negara mana pun di dunia yang mampu menegakkan hukum-hukum had ini kecuali daulah Su’udiyyah –semoga Alloh menjaga daulah Su’udiyyah dari rongrongan musuh-musuh-Nya.

KEAMANAN DAN KESEJAHTERAAN BERKAH PENERAPAN SYARI’AT ISLAM
Alloh telah menjanjikan keamanan, kekokohan kedudukan, dan kesejahteraan bagi siapa saja yang melaksanakan syari’at-syari’at Alloh.

“Artinya : Dan Alloh telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku” [An-Nur : 55]

Demikian juga, Alloh menjanjikan keamanan dan petunjuk di dunia dan akhirat bagi siapa saja yang mentauhidkanNya.

“Artinya : orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk” [Al-An’am : 82]

Siapa pun yang datang ke negeri Saudi Arabia akan mengatakan keamanan yang tidak bisa didapat di negeri-negeri lainnya. Angka kriminalitas di negeri Saudi Arabia terkecil di dunia, hal ini diakui oleh negeri-negeri di luar Saudi Arabia termasuk negeri-negeri kafir.

Manfaat keamanan di Saudi Arabia tidak hanya dirasakan oleh para penduduk Saudi Arabia, tetapi juga dirasakan oleh seluruh kaum muslimin di seluruh dunia terutama yang melaksanakan ibadah haji ke Baitullah. Dahulu sebelum Makkah masuk wilayah daulah Su’udiyyah dikatakan bahwa : “orang yang berangkat haji dianggap orang yang hilang, dan jika dia kembali dianggap seperti orang yang dilahirkan kembali”, hal ini disebabkan lantaran tidak amannya jalan yang dilalui oleh orang-orang yang haji, banyak pencurian, perampokan, dan pembunuhan. [Halatul Amn Fi Ahdil Malik Abdul Aziz oleh Rabih Luthfi Jum’ah, hal. 42]

Tentang kemakmuran negeri Saudi tidak seorangpun pada saat ini yang tidak mengetahuinya, padahal negeri Saudi adalah negeri yang gersang, tetapi dengan rahmat Alloh kemudian dengan sebab penegakkan tauhid dan syari’at Islam. Alloh melimpahkan rizqi dari arah yang tidak disangka-sangka.

DAULAH SU’UDIYYAH MENGHORMATI PARA ULAMA SUNNAH
Ilmu memiliki keutamaan yang agung, dan sungguh Alloh telah meninggikan derajat para ulama yang mengamalkan agamanya, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat” [Al-Mujadilah ; 11]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, tetapi yang mereka wariskan adalah ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya sungguh dia telah mengambil bagian yang banyak” [Diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Jami’nya 5/48, Abu Dawud dalam Sunannya 3/317, dan Ibnu Majah dalam Sunannya 11/81 dan dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari 1/83 dan Syaikh Al-Albani dalam Shahih Targhib 1/105]

Masih banyak lagi dalil-dalil yang menyebutkan tentang kedudukan yang agung dari para ulama. [Lihat Urgensi Ilmu dan Ulama dalam majalah Al-Furqon Edisi 6/III hal. 29-33]

Daulah Su’udiyyah sejak awal berdirinya hingga saat ini begitu menghormati dan memuliakan para ulama Sunnah dari dalam dan luar negeri Saudi. Hal ini diketahui oleh siapapun yang membaca dan melihat sejarah perjalanan daulah Su’udiyyah sejak berdirinya hingga sekarang.

Syaikh Musthafa Al-Adawi –seorang ulama dari Mesir- berkata : “Aku bersyukur kepada Alloh yang telah memberikan khusnul khatimah kepada Syaikhuna Al-Jalil Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i, karena seseorang yang meninggal dengan sebab sakit perut adalah syahid sebagaimana disabdakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau dishalati di Masjidil Haram dan dikuburkan di Makkah Baladul Haram.

Tidak lupa aku mengucapkan syukur kepada pemerintah negeri Saudi Arabia –semoga Alloh membalas mereka dengan kebaikan- atas sambutan dan pelayanan mereka yang baik terhadap para ulama tanpa membeda-bedakan apakah dia itu warga negara Saudi atau warga negara Yaman, atau warga negara Mesir” [Wada’in Lisyakhina Al-Wadi’i yang dimuat oleh majalah Tauhid Kairo Mesir Tahun ke-30 Edisi 6 Jumadi Tsaniyyah 1422H hal.62]

PERAN DAULAH SU’UDIYYAH DALAM DAKWAH ISLAMIYYAH
Daulah Su’udiyyah memiliki peran yang besar di dalam penyebaran dakwah Islamiyyah sekarang ini, setiap orang yang memiliki sedikit perhatian tentang dakwah Islamiyyah pasti akan mengetahui tentang hal ini, dan tidak mengingkari hal ini kecuali orang-orang yang dalam hatinya ada sesuatu.

Di antara saham yang besar dari daulah Su’udiyyah di dalam menyebarkan aqidah shahihah dan agama yang shahih ke seluruh penjuru dunia adalah mencetak dan menerbitkan kitab-kitab yang bermanfaat dan risalah-risalah yang berharga dari para ulama Sunnah dalam jumlah yang besar dan menyebarkannya ke seluruh dunia dengan beraneka ragam bahasa, mulai dari mushaf Al-Qur’an dan terjemahannya, kitab-kitab aqidah, hadits, fiqh, tarikh dan disiplin ilmu yang lainnya.

Usaha lain yang tidak kalah pentingnya di dalam dakwah adalah mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang mengajarkan Islam yang shahih di dalam dan luar negeri Saudi, lembaga-lembaga ini memiliki kesitimewaan dengan disediakannya semua sarana pendidikan seperti buku-buku dan yang lainnya secara gratis, bahkan diberikan juga beasiswa kepada para penuntut ilmu yang belajar di lembaga-lembaga tersebut.

Direktorat Ifta, Dakwah, dan Irsyad Saudi Arabia banyak mengirim para da’i ke seluruh dunia. Da’i-da’i tersebut berasal dari dalam dan luar negeri Saudi, seperti Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani yang pernah ditugasi oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz direktur Darul Ifta wad Da’wah untuk berdakwah di Mesir, Maroko dan Inggris” [Tarjamah Syaikh Al-Albani dari www.albani.org]

SYUBHAT DAN JAWABANNYA
Setelah membaca uraian di atas, barangkali terlontar sebagian pertanyaan, seperti.

[1]. Mengapa daulah Su’udiyyah dikatakan daulah Islamiyyah sedangkan sistem pemerintahannya adalah monarki (kerajaan)?

Kami katakan : Tidak diragukan lagi bahwa cara pemilihan pemimpin yang Islami adalah dengan penunjukkan sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu terhadap Umar Radhiyallahu ‘anhu, atau dengan diserahkan kepada Ahli Syura sebagaimana yang dilakukan oleh Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu [Lihat Politik Islami dalam Al-Furqon Esisi 7/IV Rubrik Manhaj]

Jika pemimpin sebuah daulah dipilih dengan selain cara di atas maka para ulama sepakat tentang wajibnya taat kepada pemimpin tersebut (Lihat Fathul Baari 13/7) sebagaimana para sahabat taat kepada Abdul Malik bin Marwan dan yang lainnya, demikian juga hal tersebut tidak menjadikan daulah Islamiyyah menjadi daulah kufriyyah.

Merupakan hal yang dimaklumi bahwa para ulama tarikh menyebut daulah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyyah adalah dua daulah Islamiyyah dalam keadaan cara pemilihan pemimpinnya tidak sebagaimana dilakukan oleh Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu dan Umar Radhiyallahu ‘anhu.

Ketika daulah Turki Utsmani runtuh dianggap oleh para tokoh pergerakan bahwa itu adalah pertanda runtuhnya daulah Islamiyyah, dan semua orang tahu bahwa sistem pemerintahan daulah Turki Utsmani adalah monarki.

[2]. Mengapa daulah Su’udiyyah dikatakan daulah Islamiyyah sedangkan daulah Su’udiyyah pernah meminta bantuan kepada negara Amerika yang kafir?

Kami katakan : Meminta bantuan orang kafir tidak menjadikan pelakunya kafir, bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berangkat hijrah ke Madinah beliau mengupah seorang kafir sebagai penunjuk jalan. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerangi penduduk Hunain, sebagian orang kafir Makkah seperti Shafwan bin Umayyah ikut dalam barisan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam [Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Ya’la dan dikatakan oleh Haitsami dalam Majma’ Zawaid 6/180 Para perawinya perawi kitab shahih]

Tidak ada seorang pun dari para tokoh pergerakan yang mengkafirkan daulah Turki Utsmani karena bersekutu dengan Jerman pada waktu perang Dunia ke 1

Syaikhuna Al-Allamah Abdul Muhsin bin Hamd Al-Abbad berkata : “Para ulama Saudi Arabia ketika membolehkan datangnya kekuatan asing ke Saudi Arabia karena darurat, hal ini seperti kasus seorang muslim yang meminta pertolongan kepada non muslim untuk membebaskan dirinya dari perampok yang hendak masuk ke rumahnya untuk melakukan tindakan kriminal di rumahnya dan pada keluarganya : Apakah kita katakan kepada orang yang terancam oleh para perampok ini : Kamu tidak boleh meminta pertolongan kepada orang kafir untuk menyelamatkan diri dari perampokan!? [Madariku Nazhar Fi Siyasah hal. 12]

Yang sangat mengherankan dari orang-orang yang mengkafirkan daulah Su’udiyyah dengan sebab meminta banuan Amerika bahwasanya mereka ini membolehkan diri-diri mereka meminta suaka politik ke negeri kafir, bahkan kemudian bermukim di negeri kafir, bahkan dengna resmi menjadi warga negara dari negeri kafir!

Bahkan banyak orang-orang yang mengkafirkan daulah Su’udiyyah dengan sebab meminta bantuan Amerika karena dharurat, sedangkan mereka meminta bantuan orang-orang kafir hanya sekerdar untuk menambah suara partai mereka agar menang dalam pemilihan!

PENUTUP
Di akhir tulisan ini ada beberapa hal yang ingin kami sampaikan sebagai pelengkap bahasan diatas.

[1]. Kami katakan di atas bahwasanya daualah Su’udiyyah berdiri dengan landasan dakwah Salafiyyah, ini bukan berarti bahwa daulah adalah tujuan dakwah karena tujuan dakwah adalah untuk memberikan hidayah kepada manusia, menyelamatkan mereka dari kesesatan dan kesyirikan dan mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya.[Lihat tulisan kami Daulah Bukan Tujuan Dakwah majalah Al-Furqon Edisi 12/III Rubrik Manhaj]

[2]. Ketika kami mengatakan bahwa Saudi Arabia adalah negeri Islam bukan berarti kami mengatakan bahwa selain Saudi adalah darul kufur, karena jika masih nampak syi’ar-syi’ar Islam dalam suatu negeri maka negeri tersebut adalah darul Islam sebagaimana dikatakan oleh Al-Imam Qurthubi : “Adzan adalah tanda yang membedakan antara darul Islam dan darul Kufur” [Al-Jami Li Ahkamil Qur’an 6/225 dan lihat tulisan kami Darul Islam dan Darul Kufur majalah Al-Furqon Edisi 9/IV Rubrik Manhaj]

[3]. Ketika kami mengatakan bahwa Saudi Arabia adalah negeri Islam bukan berarti negeri yang sempurna tidak ada kesalahan, kekurangan dan kemaksiatan ; bahkan kemaksiatan ada di negeri-negeri Islam sejak zaman para sahabat.

[4]. Kami tekankan lagi bahwa tulisan kami ini hanyalah sekerdar pembelaan kepada negeri pembela dakwah yang haq bukan untuk tendensi lain, dan kami hingga saat ini tidak punya hubungan resmi dengan satu pun dari pejabat Saudi Arabia. Yang kami harapkan dari tulisan kami adalah agar kita bisa mengambil ibrah bahwa mengikuti manhaj yang haq di dalam berdakwah akan membuahkan kebaikan di dunia dan akhirat.

[Pembahasan ini banyak mengambil faedah dari kitab Aqidah Syaikh Miuhammad bin Abdul Wahhab As-Salafiyyah oleh Syaikh Dr Shalih bin Abdullah bin Abdurrahman Al-Abud dan Atsaru Da’wah Salafiyyah Fi Tauhidil Mamlakah Arabiyyah Su’udiyyah oleh Dr Hamud bin Ahmad Ar-Ruhaili]

[Disalin dari Majalah Al-Furqon, Edisi 09 Tahun V/Rabi’u Tsani 1427/Mei 2006M. Penerbit Lajnah Dakwah Ma’had Al-Furqon, Alamat Maktabah Ma’had Al-Furqon, Srowo Sidayu Gresik-Jatim] 
Senin, 19 Februari 2007 13:19:30 WIB
http://almanhaj.or.id/content/2051/slash/0/dakwah-salafiyyah-dan-daulah-suudiyyah/

Wanita Di Saudi Arabia

Oleh: Ustadz Abu Ubaidah Al-Atsari


Telah sampai khabar kepada kami adanya perdebatan seru antara JIL (Jaringan Islam Liberal) dengan Ahli Sunnah wal Jama'ah. Mendengarnya, kami pun tertarik untuk mengetahuinya. Alhamdulillah, keinginan mendapatkan VCD perdebatan tersebut terwujud.

Seperti orang yang disambar petir, rasanya jantung ini hampir copot dan telinga pun terasa gatal mendengarkan ucapan-ucapan kotor dari para propagandis JIL. Betapa derasnya ilmu filsafat dan tasawuf yang menyesatkan terlontar. kontradiksi ucapan, pelecehan, celaan, kebohongan, ketimpangan pemikiran, dan sebagainya. Sungguh betul- betul dibutuhkan kesabaran yang sangat luar biasa untuk menyimaknya!

Dengan selalu berdo' a kepada Alloh agar selalu meneguhkan hati ini, kami tuntaskan `proses' menyaksikan perdebatan seru antara JIL dan Ahli Sunnah wal Jama' ah. Kendati tayangan sudah berlalu, masih terngiang-ngiang di telinga sebagian syubhat mereka. Namun aku pun berbaik sangka, barangkali inilah PR buatku untuk turut berpartisipasi dalam membela agama dan membantah ucapan para penyeleweng agama. Sekaligus sebagai keterangan bagi saudara-saudari kami yang mungkin telah tertipu dengan silat lidah mereka.

Maka, dengan memohon pertolongan kepada Alloh, aku bertawakkal untuk menulis artikel ini. Semoga Alloh memberikan hidayah kepada kita semua dan meneguhkan kita di atas jalan yang diridhai-Nya.

Sebenarnya banyak sekali permasalahan yang harus dikupas dan dibahas, tetapi semaga saja yang sedikit ini cukup untuk mewakili syubhat-syubhat lainnya. Yang penting, bentengilah diri kita dengan ilmu yang berlandaskan al-Qur'an dan Sunnah ; sehingga kita dapat terselamatkan dari berbagai syubhat yang banyak menyerang pada zaman ini.

Ingatlah selalu nasihat berharga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, "Janganlah engkau jadikan hatimu terhadap syubhat seperti spon (karet busa) yang menyerapnya serta merta: Tetapi jadikanlah hatimu seperti kaca yang kuat, . sehingga tatkala syubhat mampir padanya, dia dapat melihat dengan kejernihannya dan mengusir dengan kekuatannya. Tetapi apabila engkau jadikan hatimu menyerap setiap syubhat, maka dia akan menjadi sarang syubhat:" (Miftah Dar as- Sa'adah oleh Imam Ibnul Qayyim, l/443) Ulil Abshar Abdalla, koordinator JIL-semoga Alloh memberinya hidayah dan menyelamatkan manusia dari kesesatannya- mengatakan, "Tadi, Saudara Ahmad Hartono menyebut berkali-kali dasarnya adalah hadits, hadits, hadits, hadits. Oke, hadits, pendapat saya adalah; hadits yang shahih sanadnya belum tentu harus diikuti di sini. Itu pendapat saya. Saudara-saudara, dengarkan pendapat saya!"

Lanjutnya, "Saudara-saudara, di dalam ilmu hadits, yang berkembang pesat itu adalah ilmu yang berkaitan dengan verifikasi sanad, kritik atas sanad. Tetapi kritik atas matan tidak berkembang dengan pesat, karena orang Islam takut mengkritik matan. Menurut saya, jika hadits walaupun shahih sanadnya, bisa dikritik isinya. Ada contoh misalnya, hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, shahih di dalam Bukhari [1] ; bahwa shalat seorang itu batal kalau di depannya lewat tiga hal: perempuan, himar, dan yang satu lagi adalah anjing."

Lanjutnya lagi, "Gimana anda bisa membayangkan agama Islam yang kita hargai ini mengatakan shalat kita batal kalau di depan kita lewat perempuan, anjing atau himar. Perempuan disetarakan dengan anjing dan himar saudara-sauadara! Inilah yang terjadi di Saudi Arabia, negeri Wahabi itu. Karena perempuan dianggap hewan, tidak boleh nyetir mobil. Itulah negeri Saudi Arabia, apakah negeri semacam ini akan anda ikuti saudara-saudara?! [VCD "Debat Terbuka (membahas) Buku Ada Pemurtadan di IAIN"]

A. MUQADDIMAH
Sebelum kita memasuki topik bahasan, saya merasa perlu memberikan muqaddimah sebagai jembatan menuju pembahasan sekaligus sanggahan terhadap kaidah-kaidah rapuh Ulil di atas:

[1]. Melecehkan Hadits
Abu Nashr bin Salam al-Faqih berkata, "Tidak ada sesuatu pun yang paling berat dan dibenci oleh ahli ilhad (penyeleweng agama) daripada mendengar hadits serta meriwayatkan dengan sanadnya." [Aqidah Salaf Ashhabul Hadits oleh ash-Shabuni, hal. 302]

Saudaraku, bandingkan ucapan di atas dengan ucapan Ulil, "Tadi, saudara Ahmad Hartono menyebut berkali-kali dasarnya adalah hadits, hadits, hadits, hadits." Bukankah ucapan ini menunjukkan keberatannya membaca dan mendengar hadits Nabi?!

[2]. Tanyakanlah Keislamannya!
Imam Ahmad Rahimahullah berkata, "Barangsiapa menolak hadits Rasulullah maka dia berada di atas jurang kehancuran." [Manaqib Imam Ahmad oleh Ibnul Jauzi, hal. 235]

Ibnul Wazir berkata, "Sesungguhnya mendustakan hadits Rasulullah padahal dia mengakui keabsahannya merupakan kekufuran yang nyata." [Al-Awashim wal Qawashim 2/374]

Imam al-Barbahari berkata, "Apabila engkau mendengar seorang mencela hadits dan tidak menerimanya atau mengingkari sebagian darinya, maka curigailah keislamannya dan jangan ragu-ragu bahwa dia adalah seorang pengekor hawa dan ahli bid'ah:" [Syarhus Sunnah hal. 35; 51]

Saya memikirkan ucapan Ulil ini, bagaimana seorang beriman bisa mengatakan ucapan keji seperti itu. Seorang beriman tidak mungkin bisa mengeluarkan kata-kata itu. Itu kalau Ulil masih percaya kepada Alloh dan Rasul. Kecuali kalau Ulil mengambil pilihan untuk tidak percaya alias murtad.[2]

[3]. Beradablah Terhadap Hadits!
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah Rahimahullah berkata tatkala menjelaskan adab terhadap Rasulullah Shallallahu'alaihi wa salam "Adab yang paling utama terhadap beliau adalah kesempurnaan pasrah kepadanya, patuh terhadap perintahnya, menerima dan membenarkan sabdanya tanpa mempertentangkannya dengan akal dan keraguan atau mendahulukan pendapat orang lain di atasriya." [Madarijus Salikin 2/439]

Apabila Ulil sering mengkritik lawan debatnya dengan kurang adab dan tata krama, apakah dia menganggap dirinya seorang yang beradab?! Katakanlah padaku, seperti itukah adab seorang muslim terhadap Rasulullah dan haditsnya?!

[4]. Siapakah Ulama Panutannya
Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah berkata, "Janganlah engkau berucap dalam sebuah masalah yang engkau tidak mempunyai imam dalam masalah tersebut." [Manaqib Imam Ahmad hal. 178]

Bila Ulil mengatakan, "... Saya khawatir kalau Mas Hartono ini versi modern dari orang-orang Hasyawiyin. Lihat bukunya ini, semuanya kutipan al-Qur'an dan Hadits. Itu ciri khas orang-orang dari pihak sana, sedikit sekali membaca pendapat ulama."

Apakah Ulil menganggap dirinya banyak membaca pendapat ulama?! Khabarkanlah padaku, ulama siapakah yang berucap seperti ucapan kotor anda tersebut?! Mengapa anda tidak berterus-terang menyebutkannya?! Saya harap anda tidak menyebut guru-guru anda yang orientalis atau rasionalis!

[5]. Racun Pemikiran Orientalis
Imam Ibnu Sirin Rahimahullah berkata, "Sesungguhnya ilmu ini termasuk agama, maka lihatlah kepada siapakah kalian menimba ilmu." [Muqaddimah Shahih Muslim]

Sekarang perhatikanlah bersamaku ucapan Ulil di atas "Di dalam ilmu hadits, yang berkembang pesat itu adalah ilmu yang berkaitan dengan verifikasi sanad, kritik atas sanad. Tetapi kritik atas matan tidak berkembang dengan pesat, karena orang Islam takut mengkritik matan". Tahukah anda dari manakah dia menimba pemikiran ini?! Ini adalah pemikiran para orientalis Yahudi pendengki yang berusaha merusak agama Islam. Hal itu tidak aneh, lantaran sang pelontarnya terkenal telah dicekoki pemikiran dari sana.

Sesungguhnya ucapan ini menunjukkan kejahilan dan kesombongannya. Saya katakan jahil, karena pelontarnya berarti tidak mengerti ilmu hadits, bahkan definisi ilmu hadits saja tidak mengerti. Seandainya dia membuka buku ilmu musthalah hadits di mana pun berada, niscaya dia akan mendapati dalam pembukaannya bahwa ilmu ini adalah "undang- undang untuk mengetahui keadaan sanad dan matan dari segi shahih dan tidaknya". (Tadrib Rawi 1/41 oleh as-Suyuthi). Adakah anda mendapati seorang ahli hadits yang mendefinisikannya dengan ilmu yang berkaitan dengan keadaan sanad semata, tanpa matan (isinya)?!

Bukankah para ulama hadits telah mensyaratan hadits shahih atau hasan harus selamat dari syadz dan illat?!. Lalu, tatkala kita buka penjelasan mereka, ternyata mereka menjelaskan bahwa syadz dan illat itu terbagi menjadi dua macam, dalam sanad dan matan?! Apakah hal ini tidak menunjukkan perhatian mereka terhadap matan?! Demikian juga para ulama menulis tentang gharib hadits, mukhtalaf hadits, nasikh mansukh, bukankah semua itu menunjukkan perhatian mereka tentang matan wahai hamba Allah?![3] Fa'tabir ya Ulil Abshar!

Adapun kesombongannya, hal itu nampak dalam ucapannya "Karena umat Islam takut mengkritik matan". Lalu dia menganggap dirinya seorang pendekar yang berarii mengkritik matan hadits. Seperti inikah adab seorang yang mengaku beradab terhadap para ulama ahli hadits, bahkan kepada umat Islam? !

B. PEMBAHASAN HADITS [4]
Ketahuilah, hadits ini shahih dengan tiada keraguan di dalamnya, diriwayatkan dari banyak sahabat, di antaranya Abu Dzar, Abdullah bin Mughaffal, Ibnu Abbas, Abu Hurairah[5] dan sebagainya. Berikut beberapa riwayat mereka:

Hadits Pertama:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda, `Shalat seorang batal apabila lewat di depannya seorang wanita, himar, dan anjing. Dan yang menjaga shalatnya adalah sutrah seukuran kayu yang terletak di belakang kendaraan (satu hasta). " [Diriwayatkan Imam Muslim 511, Ibnu Majah 950]

Hadits Kedua:
Dari Abu Dzar Radhiyallahu'anhu berkata, "Rasulullah bersabda, `Apabila seorang di antara kalian shalat, maka sutrahnya adalah apabila di depannya semisal kayu yang terletak di belakang kendaraan. Dan apabila tidak ada di depannya semisal kayu yang terletak di belakang kendaraan, maka shalatnya akan terpotong oleh himar, wanita, dan anjing hitam. 'Saya bertanya, 'Wahai Abu Dzar, mengapa harus anjing hitam, bukan anjing merah dan kuning?' Abu Dzar menjawab, `Wahai anak saudaraku, saya telah bertanya kepada Rasulullah sebagaimana pertanyaanmu tadi, lalu jawab beliau, `Anjing hitam itu adalah setan. "' [Diriwayatkan Imam Muslim 510, Ahmad 5/ 149, 155, 156, 161, Abu Dawud 702, Nasa'i 2/63, 64, Tirmidzi 338, Ibnu Majah 952, Thabrani dalam Mu'jam ash-Shaghir 195, 505,1161 dan Mu'jam al-Kabir 1632,1635,1636, Ibnu Khuzaimah 830, Darimi 1/329, Ibnu Hibban 8383, 3385, 3388, Abdur Razzaq 4348, Thahawi 1/458, Abu Awanah 2/46, 47) Imam Baihaqi berkata dalam Sunan Kubra (2/274) tentang hadits ini, "Kita berhujjah dengan sanad seperti hadits ini, dan hadits ini memiliki syahid yang shahih sepertinya]"

Hadits Ketiga:
Dari Abdullah bin Mughaffal dari Nabi bersabda, "Shalat seorang batal bila lewat di depannya wanita, anjing, dan khimar." [Diriwayatkan Ibnu Majah 951, Ahmad 4/86, 5/57, Thahawi 1/458.Seluruh perawinya terpercaya, hanya saja dalam sanadnya terdapat `an`anah Hasan]

Hadits Keempat:
Dari Ibnu Abbas Radhiallahu'anhu dari Nabi bersabda, "Shalat seorang batal bila lewat di depannya anjing hitam dan wanita baligh. " [Diriwayatkan Abu Dawud 703, Nasa'i 2/ 64, Ibnu Majah 949, Ahmad 1/347, Ibnu Khuzaimah 832, Ibnu Hibban 2387, Baihaqi 2/374. Sanadnya shahih menurut syarat Muslim]

Dalam masalah ini ada beberapa riwayat lainnya dari Aisyah, Hakam bin Amr al-Ghifari, Anas bin Malik, dan Abdullah bin Amr. Lihat Sunan Tirmidzi (2/162), Nailul Authar (3/232).

Demikian pula banyak sekali atsar dari sahabat dan tabi'in yang memperkuat hadits ini, dari Anas, Ibnu Abbas, Zurarah bin Aufa, Abu Hurairah, Abul Ahwash; Makhul, Hasan Bashri, Ikrimah, Atha', dan sebagainya. [Lihat alMushannaf oleh Ibnu Abi Syaibah 1/281, Ahkam Sutrah oleh Muhammad Rizq Turhuni, 77-78]

C. JAWABAN ATAS KERANCUAN
Adapun ucapan Ulil -semoga Alloh memberinya hidayah-, "Bagaimana anda bisa membayangkan agama Islam yang kita hargai ini mengatakan shalat kita batal kalau di depan kita lewat perempuan, anjing, atau himar. Perempuan disetarakan dengan anjing dan himar saudara- saudara!" Maka jawabannya dalam beberapa point sebagai berikut:

[1]. Beda Ahli Sunnah Dengan Ahli Filsafat
Lihatlah wahai saudaraku, bagaimana orang seperti Ulil menolak hadits Rasulullah berdasarkan dalil ataukah dengan rasionya?! Seperti inikah sikap seorang muslim terhadap hadits?! Dengan enteng, dia berani mementahkan hadits hanya dengan ucapan "Menurutku"?! Apakah sikap seperti ini termasuk adab, wahai hamba Alloh?!

Imam Ibnul Qayyim berkata, "Termasuk adab terhadap Nabi adalah dengan tidak mempermasalahkan sabda beliau tetapi mempermasalahkan pendapat, tidak menentang sabda beliau dengan analogi tetapi semua analogi dilempar karena tunduk terhadap nash, tidak mengubah makna sabda beliau dari hakikat aslinya hanya berdasar pada rasio. Semua ini termasuk kurang adab terhadap beliau dan termasuk kelancangan yang sangat." [Madarijus Salikin 2/ 441-442]

Sepertinya rawi hadits, Abu Hurairah , telah menyindir orang-orang seperti Ulil ini ketika beliau berucap:

Wahai anak saudaraku, apabila kamu mendengar suatu hadits dari Rasulullah maka janganlah engkau membandingkannya dengan membuat permisalan. [Hasan, Riwayat Tirmidzi 79 dan Ibnu Majah 485]

Inilah perbedaan mendasar antara Ahli Sunnah dengan ahli filsafat semacam Ulil.

Imam Ibnu Qayyim berkata, "Mempertentangkan antara akal dengan naql (dalil) merupakan sumber kerusakan di alam semesta. Hal ini sangat berseberangan dengan dakwah para rasul, sebab mereka mengajak umatnya untuk mendahulukan wahyu di atas pendapat dan akal, maka terjadilah pertarungan antara pengikut rasul dan para penentangnya. Para pengikut rasul mendahulukan wahyu di atas pendapat dan akal. Adapun pengikut Iblis dan sejawatnya, mendahulukan akal di atas wahyu." [Mukhtashar Shawa'iq Mursalah 1/209] [6]

[2]. Wanita = Hewan?!
a). Hadits ini bukan berarti celaan kepada kaum wanita atau menyetarakan kaum wanita dengan hewan. Sama sekali tidak! Bagaimana mungkin Nabi yang mulia akan menyetarakan kaum wanita yang berakal lagi rnulia dengan hewan yang tidak memiliki akal.

Jadi, hadits ini hanya mengatakan bahwa shalat seorang itu batal bila lewat di depannya tiga hal; wanita, himar; dan anjing. Tidaklah dikatakan wanita itu setara dengan himar dan anjing. Disetarakannya wanita dengan himar dan anjing dalam suatu hukum tertentu (yakni membatalkan shalat seorang) bukanlah berarti sama dalam segala seginya. Lebih jelasnya, coba anda perhatikan ayat-ayat berikut:

Mereka mengatakan, "Jumlah mereka (ashhabul kahfi) adalah iujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya. " [al-Kahfi : 22]

Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia, dan burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib. [An-Naml : 17]

Dan tidaklah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan sayapnya, melainkan umat-umat juga seperti kamu. [Al-An'am: 38]

Apakah komentar anda tentang ayat-ayat ini?! Apakah anda akan mengingkarinya karena Alloh menyetarakan antara manusia dengan hewan?!

b). Aneh orang ini, dia tidak merasa kalau dirinya terjatuh dalam kontradiksi nyata. Bukankah dia yang sering mengatakan, "Semua agama itu benar dan sama"?! Padahal Alloh telah berfirman:

Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tidak memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab- kitab yang tebal”. [Al-Jumu'ah : 5]

Bila Alloh mengatakan bahwa mereka seperti himar, tetapi mengapa anda menyetarakannya dengan orang-orang Islam dengan ucapan yang sering anda dengung-dengungkan: "Semua Agama Sama"?!

c). Dia ingin menampakkan dirinya sebagai pembela hak dan martabat wanita, namun apa timbangannya?! Islam ataukah barat? Dalam timbangan Ulil, menghargai hak wanita adalah dengan kebebasan, nikah beda agama, dan lainnya. Inikah Islam, wahai hamba Alloh?! Atau inikah makar musuh-musuh Alloh yang engkau kembangkan di Indonesia?! Wahai Alloh, lindungilah manusia dari kejahatannya! !

[3]. Wanita di Saudi Arabia
Ucapan kotor Ulil, "Inilah yang terjadi di Saudi Arabia, negeri Wahabi itu. Karena perempuan dianggap hewan, tidak boleh nyetir mobil. Itulah negeri Saudi Arabia, negeri Wahabi itu, apakah negeri semacam ini akan diikuti saudara saudara? ! "

a). Inikah Adab?
Merupakan taqdir Alloh untuk membongkar kedok kesesatan orang ini, seringnya dia terjatuh dalam kontradiksi. Sungguh saya dibuat tercengang oleh kontradiksinya yang banyak sekali.

Coba bandingkan ucapan di atas dengan ucapannya sendiri tatkala mengkritik Ahli Sunnah, "Saya teringat dengan komentar yang terhormat Dr. Quraish Shihab, beliau mengatakan bahwasanya –dengan penuh penghormatan kepada Pak Hartono dan kawan-kawannya- ada sedikit kekurangan, yaitu adab, tata krama dalam berdebat, menggunakan kata-kata kasar, suka memurtadkan, suka mengkafirkan."

Aneh, apakah anda menganggap bahwa kata-kata anda di atas sesuai dengan adab, tata krama, dan tidak kasar?! Hanya kepada Alloh kita mengadu semua ini.

b). Wanita Nyetir Mobil
Adapun ucapan Ulil "Karena perempuan dianggap hewan, tidak boleh nyetir mobil". Ini juga kontradiksi; sebab larangan nyetir mobil itu untuk menjaga kehormatan wanita. Sekiranya perempuan dianggap hewan oleh Saudi Arabia, tentu akan dibebaskan nyetir mobil seperti keinginan Ulil, yang sebenarnya juga keinginan musuh-musuh Islam?!

Sebenarnya, apa beratnya bagi pemerintah Saudi memberikan kebebasan kaum wanita nyetir mobil. Bukankah itu malah menguntungkan mereka?! Anda bisa membayangkan, entah berapa banyak uang yang mereka keluarkan untuk mengambil sopir-sopir dari luar negeri terbanyak adalah negeri kita Indonesia. Namun, untuk membendung kerusakan yang lebih besar [7], mereka rela mengeluarkan dana yang cukup besar. Tidakkah anda menyadari hal itu?!

c). Keinginan Musuh-Musuh Islam
Orang-orang seperti Ulil ini telah tertipu dengan pemandangan yang ada di negeri kafir barat.

Dia menyangka, dengan kebebasan mengumbar nafsu, manusia akan menjadi mulia. Sungguh benar apa yang dikatakan oleh Syaikh al Allamah Muhammad bin Shalih al-Utsaimin usai menerangkan tentang masalah nyetir mobil bagi wanita, "Kalau sekiranya celaan ini keluar dari musuh-musuh Islam yang berusaha menghancurkan negeri yang sekarang menjadi benteng Islam ini, maka itu ringan dan tak aneh. Tetapi yang aneh apabila muncul dari orang-orang yang mengaku Islam, yang tertipu dengan kemajuan teknologi negeri-negeri kafir, sehingga merekapun tertipu dengan akhlak yang mengeluarkan mereka dari keutamaan menuju kehinaan. Keadaan mereka ini seperti yang dilukiskan oleh Imam Ibnul Qayyim dalam Nuniyahnya:

Mereka lari dari kebebasan yang merupakan tujuan hidup mereka.
Menuju kebebasan mengikuti hawa nafsu dan setan.

Mereka menyangka bahwa negeri-negeri kafir itu maju disebabkan kebebasan ini. Semua itu tidak lain kecuali karena kejahilan mereka terhadap syari'at Islam dan keindahan keindahan yang tersimpan di dalamnya. Kita memohon kepada Alloh agar memberikan hidayah kepada kita dan mereka semua menuju kebaikan dunia dan akhirat." [Lihat Fiqh Nawazil 3/369]

e). Penghormatan Kepada Kaum Wanita
Kaum wanita adalah makhluk Alloh yang mulia, memiliki kehormatan dan kedudukan yang tinggi dalam Islam. Oleh karenanya, sebagai negeri yang menerapkan syari'at Islam, Saudi Arabia memposisikan wanita dalam posisi yang mulia. Coba perhatikan apa yang dikatakan menteri dalam negeri, Amir Nayif bin Abdul Aziz pada masa Raja Abdul Aziz di kota Riyadh, malam Ahad 21/2/1420 H, "Pemerintah enggan bila wanita dijadikan sebagai barang murahan dan dijadikan bahan pembicaraan. Wanita adalah seorang ibu, saudari, putri, dan istri, semuanya adalah sahabat kita bersama dalam kehidupan ini. Oleh karenanya, kita harus memposisikannya dalam posisi mulia, yang sesuai dengan fithrahnya. Dia memiliki pekerjaan yang berbeda jauh dengan pekerjaan kaum laki-laki, sebagaimana dia diciptakan dengan sangat berbeda dari kaum lelaki. Setiap hal yang menyimpan kebaikan bagi wanita dan masyarakat tidaklah akan bertentangan dengan syari'at." Lanjutnya, "Setiap manusia harus menghormati dirinya dan menghormati kaum wanita, sebab wanita adalah setengah bagian dari kita. Mereka begitu mulia dalam pandangan kami." [Koran al-Jazirah edisi 9748/23/2/1420 H. Dinukil dari buku al-Mar'ah baina Takrimil Islam wa Da'awi Tahrir oleh Muhammad bin Nashir al-Uraini, hal. 49-50]

Saya mencoba berpikir, apa sebabnya Ulil selalu dan selalu memojokkan Saudi Arabia?! Saya membaca bahwa di balik itu ada sebuah tujuan, yaitu Islam. Sebab negara yang satu itu sekarang merupakan benteng Islam. Oleh sebab itu, pembelaan saya bukanlah karena negeri tersebut, tetapi pembelaan terhadap Islam.

f). Bandingkan Dengan Wanita Barat
Apa yang sebenarnya diinginkan oleh Ulil?! Dia menginginkan kebebasan seperti apa yang dia lihat di negeri negeri kafir barat. Aduhai, tidakkah dia mendengar jeritan para wanita di sana dan pengakuan tulus sebagian mereka tentang keindahan syari'at Islam dan rusaknya kehidupan mereka di balik topeng kebebasan?! Seorang wartawan wanita Amerika yang telah berkelana menjelajahi dunia pernah mengatakan, "Cegahlah campur baur antara pria dan wanita, ikatlah kebebasan wanita, kembalilah ke masa hijab. Hal ini lebih baik bagi kalian daripada kebebasan dan keedanan Eropa dan Amerika. Saya telah banyak menyaksikan banyak hal di Amerika, ternyata bangsa Amerika penuh dengan kebebasan yang mengakibatkan banyak korban."

Wartawan wanita Perancis juga berkata, "Saya mendapati wanita muslimah Arab sangat lebih dihormati di rumahnya daripada wanita Eropa. Dan saya amat yakin bahwa seorang istri dan ibu dari mereka hidup berbahagia melebihi kebahagiaan kami." [Lihat al-Mar'ah baina Takrimil Islam wa Da'awi Tahrir hal. 28029]

Seorang kawanku bercerita bahwa ketika dirinya dulu sekolah di Amerika, sang guru dalam pengajarannya selalu melecehkan Islam dan menggambarkan bahwa Islam adalah agama yang zhalim terhadap wanita. Suatu saat seorang siswi maju ke depan seraya mengatakan, "Guru kita ini selalu memojokkan Islam dan bahwasanya Islam tidak memberikan keadilan kepada kaum wanita, tetapi saya mendapatkan di Yahoo (sebuah situs terkenal) sensus perceraian di berbagai negara, ternyata perceraian di negara yang menjadi kiblat Islam (Saudi Arabia) paling sedikit jumlahnya dibandingkan negara-negara lainnya, termasuk negeri ini (Amerika). Maka saya menilai bahwa di dalam Islam terdapat undang-undang yang lebih baik daripada undang-undang kita!"

Ucapan tadi langsung disambut tepuk tangan oleh kawan-kawan sekelasnya. Kawanku berkomentar kepada teman muslim lainnya, "Wanita kafir bisa membela Islam, sedangkan kita tidak bisa membela. Sungguh ini suatu hal yang mengherankan!"

D. KONTRADIKSI ADAB
Abdul Muqsith berkata, "Tak terjaga, saya membaca dalam kitab ini bagaimana seorang beriman bisa menyatakan si Jompo si Nuriyah Abdur Rahman Wahid. Seorang beriman tidak mungkin bisa mengeluarkan kata ini. Itu kalau Pak Hartono masih percaya kepada Alloh dan Rasul. Kecuali kalau Pak Hartono mengambil pilihan untuk tidak percaya alias murtad."

Ulil menambahkan, "Kalau Saudara Ahmad Jaiz ini, Ahmad yang boleh-boleh saja, jaiz `kan boleh-boleh saja, Hartono Ahmad Jaiz boleh-boleh saja. Menurut Ahmad Hartono tadi, menyebut Ibu Sinta Nuriyah, isterinya Gus Dur yang jompo itu, itu jelas masuk dalam kategori ayat:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-ngolokkan kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari yang mengolok (Al-Hujurat: 11) Enggak boleh kita menyebut-nyebut dengan jelek sesama muslim meskipun berbeda pendapat. Kalau saudara kita yang Wahabi ini mengatakan bahwa ada akhlaq syar'i, apakah itu bukan akhlaq syar'i?! Menyebut seorang muslimah dengan sebutan yang merendahkan. Itulah sebetulnya yang saya kritik."

JAWABAN
[1]. Senjata Penentang Dakwah
Saya lebih memilih kritikan di atas daripada kritikan lainnya, sebab menurut penilaian saya bahwa kritikan ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari lainnya, sebab masalah adab dan tata karma adalah senjata yang sering dihunuskan oleh para penentang dakwah sekarang ini, lebih jelas lagi kalau kita perhatikan ucapan Ulil yang telah lalu. Katanya, "Saya teringat dengan komentar yang terhormat Dr. Quraish Shihab, beliau mengatakan bahwa salah satu kekurangan -dengan penuh penghormatan kepada Pak Hartono dan kawan-kawannya- ada sedikit kekurangan, yaitu adab, tata krama dalam berdebat, menggunakan kata-kata kasar, suka memurtadkan orang, suka mengkafirkan."

[2].Kontradiksi
Tetapi saya pribadi menilai bahwa kritikan dua orang di atas (Ulil Abshar Abdalla dan Abdul Muqsith) hanyalah lari dari inti pokok permasalahan dan mencari-cari celah kesalahan untuk membela diri dan menjatuhkan lawan. Sebab kalau kita perhatikan adab mereka, ternyata amat jauh dari adab Islami. Sungguh tepat sekali firman Alloh:

Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebaikan sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri. [Al-Baqarah : 44]

Agar lebih jelas masalah ini maka perhatikanlah keterangan berikut:

[a]. Mengubah Kata
Menurut jawaban Ust. Hartono bahwa tuduhan Abdul Muqsith kalau dirinya mengatakan Siti Nuriyah dengan kata "si Jompo" adalah sebuah penyelewengan kata. Teks yang benar adalah "yang sudah jompo" (lihat bukunya hal. 106). Sedangkan kita -orang Indonesia- tahu semua bahwa antara dua kata tersebut ada perbedaan yang sangat tajam.

Sekarang katakanlah padaku, apakah perbuatan semacam ini termasuk adab Islami?! Mengubah ucapan orang dan melemparkan tuduhan?! Lantas siapakah yang pantas disebut manusia beradab, wahai saudaraku?!

Faedah
Termasuk juga kebohongan Abdul Muqsith yang harus kita bongkar di sini, adalah ucapannya tentang nikah beda agama, "Kalau di dalam al-Qur' an diperbolehkan nikah beda agama, maka Pak Hartono mengharamkannya. Pak Hartono di sini sedang menciptakan syari'at baru, yang mestinya itu tidak dilakukan." Lalu dia menukil atsar Umar yang menegur Hudzaifah tatkala menikah dengan wanita ahli kitab, lalu Hudzaifah berkata, "Apakah engkau mengharamkannya?"Jawab Umar, "Tidak." [Buka Mafatihul Ghaib juz 3 hal. 63]

Dia juga mengatakan, "Tidak ada dalil yang melarang nikah beda agama." Saya berkata, ucapan ini adalah kebohongan di atas kebohongan.

Pertama: Kebohongan terhadap al-Qur'an. Karena al-Qur' an tidak pernah membolehkan nikah beda agama dalam artian seorang laki-laki non muslim menikahi wanita muslimah, bahkan al-Qur'an dengan tegas mengharamkannya (lihat Al-Baqarah : 221 dan Al-Mumtahanah: 10). Yang dibolehkan, lelaki muslim menikahi wanita ahli kitab [Al-Ma'idah : 5]

Kedua: Kebohongan terhadap Umar bin Khaththab karena beliau juga mengharamkan nikah beda agama, sebagaimana diriwayatkan Ibnu Jarir dalam Tafsirnya (4/366) bahwa Umar berkata, "Lelaki muslim boleh menikah dengan wanita Nasrani, tetapi lelaki Nasrani tidak boleh menikah dengan wanita muslimah." Lalu Ibnu Jarir berkata, "Atsar ini lebih shahih dari atsar sebelumnya (kisah Hudzaifah)." [Lihat pula Tafsir Ibnu Katsir 1/587]

Ketiga: Kebohongan terhadap Fakhrur Razi dalam Mafatihul Ghaib, sebab beliau juga mengharamkan nikah beda agama. Setelah membawakan atsar Hudzaifah di atas dalam Tafsirnya 2/231, beliau mengiringinya langsung dengan hadits Jabir bahwa Nabi bersabda, "Kita boleh menikah dengan wanita ahli kitab, tetapi mereka tidak boleh menikah dengan wanita kita."[8]

Lebih jelas lagi, beliau mengatakan dalam lembar berikutnya (2/232), "Adapun firman Alloh `Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman' tidaklah ada perselisihan bahwa maksud musyrik di sini adalah umum (baik ahli kitab maupun bukan). Maka, tidak halal wanita mukminah dinikahkan dengan pria kafir sama sekali, apa pun jenis kekufurannya."

Wahai hamba Alloh! Mengapa engkau sembunyikan ucapan ini?! Di manakah kejujuranmu?!

[b]. Inshaf dan Keadilan
Masih menurut pengakuan Ust. Hartono bahwa dirinya tidaklah bermaksud menjelekkan dengan kata tersebut tetapi hanya menceritakan keadaan, sebagaimana hal itu adalah hasil pengalamannya sebagai wartawan. Dengan demikian, kita tidak bisa menghukuminya masuk dalam kategori celaan yang dimaksud dalam surat Al-Hujurat : 11, sebab para ulama menerangkan bahwa larangan tersebut apabila maksud orang yang melontarkannya adalah mencela atau orang yang disifati tersebut tidak ridha dengannya. [Lihat Tafsir al-Qurthubi 16/329, Muqaddimah Nuzhatul Albab fil Alqab oleh Ibnu Hajar, Bahjatun Nazhirin oleh Salim al-Hilali 3/49]

Bukankah dalam ayat Al-Qur'an juga disebutkan: Karena telah datang seorang yang buta kepadanya. [Abasa : 2]

Aisyah juga berkata tentang Saudah, "Dia adalah seorang wanita yang besar dan gemuk badannya." (HR. Muslim 294). Abdullah bin Sarjis berkata, "Saya melihat ashla' (seorang yang botak) Umar bin Khaththab." (HR. Muslim 250). Dan lain contoh yang banyak sekali Abu Hatim Ar-Razi berkata, "Menceritakan kami Abadah bin Abdur Rahim, `Saya bertanya kepada Abdullah bin Mubarak tentang ucapan seorang, `Humaid ath-Thawil (tinggi), Humaid al-A'raj (pincang),' maka dia menjawab, `Apabila dia bermaksud untuk mensifati kedaannya dan tidak bermaksud mencelanya maka tidak apa-apa. " [Muqaddimah Nuzhatul Albab]

Sekalipun dengan inshaf dan adil tetap saya katakan: Alangkah baiknya bila kata tersebut (yang telah jompo) ditinggalkan, agar tidak menimbulkan fitnah, apalagi tidak ada kebutuhan yang mendesak untuk mensifatinya dengan kata tersebut. Wallohu A'lam.

[c]. Senjata Makan Tuan
Aneh, mengapa kita jauh-jauh mengkritik orang lain, tetapi lupa terhadap diri kita sendiri?! Bukankah Ulil berkata, "Dalam sejarah Islam ada dua kelompok yang menimbulkan keributan dalam Islam .... Yang kedua : Salah satu kelompok yang berbahaya; yang menimbulkan kerusakan buat Islam adalah orang yang disebut sebagai Hasyawiyun [9], artinya orang-orang pinggiran, orang-orang yang tidak mengerti agama sebetulnya, yang biasanya hanya bermodal satu dua hadits, ayat Qur'an, kemudian dengan mudah menuduh orang yang berbeda pendapat kafir. Saya khawatir mas Hartono ini versi modern dari orang-orang Hasyawiyin."

Dia juga mengatakan, "Itulah cerminan Wahabi, dangkal, mengingkari akal, sedikit-sedikit Al-Qur'an dan Hadits", "Tadi teman kita yang Wahabi ini." "Menurut Hartono Ahmad Jaiz, Ahmad yang boleh-boleh saja." Lebih ngeri lagi ucapan Ulil menanggapi 11 keputusan fatwa MUI [10], "Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) itu sangat konyol, tidak masuk akal, dan tolol." [Majalah Cahaya Nabawi edisi 33/Th. III Sya'ban 1426 H/hal. 50]

Maka pikirkankanlah sendiri, wahai saudara pembaca, betapa terbaliknya orang ini!! Wallohul Musta'an.

[3]. Luasnya Adab
Harus kita pahami bahwa adab tidaklah terbatas pada hubungan antara sesama manusia, karena adab mempunyai ruang lingkup yang luas, meliputi adab terhadap Alloh, rasulNya, dan sesama manusia. [Lihat Madarijus Salikin oleh Ibnu Qayyim, 2/427-448]

Maka khabarkanlah padaku, apakah termasuk adab kepada Alloh ucapan Abdul Muqsith, "Anjing akbar, tidak ada yang salah dengan pernyataan itu. Apa yang salah, sama sekali tidak ada yang salah. Itu kalau diniati anjing itu adalah Alloh." "Syari'at Muhammad tidak sempurna." Dan ucapan Ulil, "Tidak ada hukum Tuhan", "Khamr bisa jadi halal di Rusia karena udaranya dingin sekali", "Semua agama benar"? !

Anggaplah Ust. Hartono salah ketika menyebut istri Gus Dur dengan "yang telah jompo" tetapi apabila dibandingkan dengan ucapan-ucapan kufur yang keji dan kotor di atas, manakah yang jauh lebih tidak beradab, wahai hamba Alloh? ! Oleh karena itu, dapat kita simpulkan bahwa kedua orang tersebut, Ulil Abshar Abdalla dan Abdul Muqsith, adalah manusia tidak beradab dan sangat jauh dari adab Islami.

[4]. Barometer Adab
Nampaknya, timbangan adab yang dipakai oleh Ulil dan kawannya adalah timbangan adab yang keliru, sehingga dalam pandangannya adab adalah toleransi terhadap sesama, termasuk kepada non muslim dan ahli bid'ah. Kalau timbangan Ulil seperti ini, berarti dia lebih beradab daripada Rasulullah, sahabatnya, dan para ulama, sebab Alloh berfirman: Muhammad itu adalah utusan Alloh dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. [Al-Fath: 29]

Akankah kita katakan bahwa Nabi dan para sahabatnya tidak beradab, lantaran keras terhadap orang-orang kafir?! Perhatikan pula ucapan Imam Syafi'i tatkala bersikap keras terhadap ahli kalam/filsafat semacam Ulil, "Hukumanku bagi ahli kalam adalah dipukul dengan pelepah kurma dan sandal, sembari diarak keliling seraya dikatakan kepada khayalak: Inilah hukuman orang yang berpaling dari Al-Qur'an dan Sunnah menuju ilmu kalam." (Majmu' Fatawa 4/ 298). Akankah kita katakan. Imam Syafi'i tidak beradab lantaran keras terhadap ahli filsafat?!

Akhirnya, kita berdo'a kepadaAlloh agar memberikan hidayah kepada kita semua dan menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang diselamatkan dari fitnah syubhat dan syahwat. Amiin.

[Disalin dari majalah Al Furqon, Edisi : 6 Tahun V/Muharram 1427/Februari 2006. Penerbit Lajnah Dakwah Ma’had Al-Furqon, Alamat : Maktabah Ma’had Al-Furqon, Srowo Sidayu Gresik Jatim]
__________
Foote Note
[1]. Ini adalah suatu kekeliruan, sebab Imam Bukhari tidak meriwayatkannya, sebagaimana akan datang penjelasan
[2]. Meminjam ucapan Abdul Muqsith Ghazali, M.A. -dengan sedikit penyesuaian kawan dialog Ulil Abshar tatkala mengkritik Ust. Hartono Ahmad Jaiz.
[3]. Sebenarnya banyak sekali point-point lain untuk membantah syubhat ini. Lihat secara panjang lebar bantahannya dalam kitab Ihtimam al-Muhadditsin bi Naqdil Hadits Sanadan wa Matan wa Dahdzi Maza'im al-Mustasyriqin wa Atbaa'ihim (Upaya Ahli Hadits Dalam Ktitik Sanad dan Matan, Serta Bantahan Terhadap Tuduhan Para Orientalis dan Antek-Anteknya) oleh Dr. Muhammad Luqman as-Salafi.
[4]. Dinukil dari Jinayah Syaikh al-Ghazali, Asyraf bin Abdul Maqsudh (hal. 283-284) dan Ahkam Sutrah oleh Muhammad bin Rizq Thurhuni.
[5]. Al-Hafizh Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata, "Telah shahih dari Nabi bahwa beliau bersabda, `Shalatseorang batal bila lewat di depannya wanita, himar, dan anjing.' Hal itu shahih diriwayatkan dari jalur Abu Dzar, Abu Hurairah, Ibnu Abbas, dan Abdullah bin Mughaffal. Yang menyelisihi hadits ini ada dua kemungkinan; shahih tapi tidak sharih (tidak jelas) atau sharih (jelas) tapi tidak shahih. Maka tidak boleh kita meninggalkan hadits shahih hanya karena dalil yang seperti ini keadaannya." [Zadul Ma'ad 1/296]
[6]. Lihat tulisan Ustadzuna Abu Aisyah -hafizhahulloh- "Kedudukan Akal Dalam Islam" dalam Majalah AL FURQON Edisi 4/Thn. IV
[7]. Lihat fatwa-fatwa para ulama: Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Ibnu Utsaimin, Syaikh Shalih al-Fauzan, dan lain-lain tentang masalah ini dalam Fiqh Nawazil (3/363-369) oleh Dr. Muhammad bin Husain al-Jizani dan buku Qiyadah Sayyarah lil Mar'ah oleh Amir Nayif bin Abdul Aziz.
[8]. Ibnu Jarir berkata dalam Tafsirnya (4/367), "Sanad hadits ini, sekalipun ada pembicaraan, namun kebenaran isinya merupakan ijma' umat." Dan dinukil Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirnya (1/587). [9]Imam Abu Hatim ar-Razi berkata, "Tanda-tanda ahli bid' ah adalah mencela ahli atsar (orang-orang yang mengikuti dalil). Dan tanda orang-orang zindiq adalah menggelari ahli atsar dengan Hasyawiyah, mereka menginginkan untuk menolak atsar/dalil " [Aqidah Salaf Ashhabul Hadits hal. 304]
[10]. Fatwa yang paling membuat kordinator JIL ini `kebakaran jenggot' adalah masalah pengharaman atas aliran Ahmadiyah, haramnya nikah beda agama, serta haramnya pemikiran liberalisme, sekulerisme, dan pluralisme. 
 
Selasa, 27 Februari 2007 16:07:11 WIB
http://almanhaj.or.id/content/2059/slash/0/wanita-di-saudi-arabia/