Friday, June 28, 2013

Masjidil Haram Direnovasi untuk Lansia dan Pengguna Kursi Roda

Masjidil Haram Direnovasi untuk Lansia dan Pengguna Kursi RodaPemerintah Arab Saudi merombak total halaman Masjidil Haram demi memberikan kesempatan bagi lebih banyak umat islam untuk bisa ke tanah suci. Proyek yang akan digarap tiga tahun kedepan itu rencananya akan rampung pada tahun 2016.

Buntut dari pemugaran yang dilakukan, 20 persen kuota calon jamaah haji Indonesia dipangkas. Namun, pemerintah Arab Saudi tetap memperhatikan calon jamaah yang memiliki keterbatasan dan berangkat tahun ini.

"Ada bangunan knock down yang dibangun dua lantai yang berada mengelilingi Ka'bah. Pemerintah Saudi juga memastikan daerah Tawaf sementara itu akan selesai pada Bulan Ramadan," kata Dirjen Penyelenggaran Haji dan Umrah Kementerian Agama, Anggito Abimanyu kepada wartawan di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat (28/6/2013) pagi.

Menurutnya, selasar itu nantinya akan digunakan calon jamaah lanjut usia dan yang menggunakan kursi roda. Bangunan tempat tawaf itu berdiri mengelilingi Ka'bah, terletak antara tangga Masjidil Haram dengan Kakbah. Dari bangunan tempat tawaf ke Kakbah masih terdapat pelataran yang lebarnya sekitar 20 meter. Itulah pelataran yang dipakai untuk tawaf nantinya.

"Kami yakin bisa menampung jamah lansia dan yang menggunakan kuris roda," lanjutnya.

Bangunan tersebut dari konstruksi baja. Lebarnya sekitar 11 meter atau setara dengan 9 shaf ketika salat berjamaah. Seperti jembatan. Tidak didinding. Tetapi dipasang pagar setinggi pinggang, sehingga tidak menutup seluruh pandangan dari dalam masjid ke arah Kakbah.

Tiangnya terbuat dari besi baja berdiameter 60 cm. Berdiri seperti susunan gawang, lantainya pun konstruksi baja. Semua pekerjaannya tinggal merakit saja di pelataran Kakbah. Yang dicor dengan semen hanya tapak tiang dan tapak besi skor tiang saja. Pengerjaan pengukuran, pemotongan, bor dan lain dilakukan di luar Masjidil Haram.(tribunnews)

Wednesday, June 26, 2013

Catatan Seputar Pembagian Tauhid

Kaum muslimin yang dirahmati Allah. Seringkali dalam buku-buku tauhid kita menemukan istilah-istilah tauhid serta pembagiannya. Dan yang lebih sering lagi kita dengar ungkapan sebagian orang bahwa mereka juga mendakwahkan tauhid dan memprioritaskannya. Akan tetapi pada kenyataannya, mereka justru sibuk dengan masalah-masalah selainnya.

Oleh sebab itu, sudah semestinya bagi umat Islam untuk membedakan antara pengertian dan pembagian tauhid yang benar dengan pengertian dan pembagian tauhid yang tidak benar atau menyimpang.

Tauhid -sebagaimana dijelaskan para ulama- adalah mengesakan Allah dalam perkara-perkara yang menjadi kekhususan-Nya. Kekhususan Allah itu terbagi menjadi tiga bagian: rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat. Oleh sebab itu tauhid pun terbagi ke dalam tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid asma’ wa shifat.
  1. Tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah dalam perbuatan-perbuatan-Nya, seperti mencipta, menguasai, dan mengatur alam semesta. Kita meyakini bahwa Allah satu-satunya pencipta, penguasa dan pengatur alam semesta. Tauhid semacam ini telah tertanam dalam fitrah manusia dan diakui oleh orang kafir sekali pun. Oleh sebab itu jenis tauhid ini belum bisa memasukkan pemiliknya ke dalam Islam.
  2. Tauhid uluhiyah -disebut juga tauhid ibadah- adalah mengesakan Allah dalam hal ibadah. Yaitu seorang hamba tidak menujukan ibadah kecuali kepada-Nya. Segala macam ibadah hanya boleh ditujukan kepada-Nya, apakah itu shalat, sembelihan, doa, istighatsah, dan lain sebagainya. Tauhid inilah yang menjadi sebab utama perselisihan antara para rasul dengan umatnya. Tauhid inilah yang menjadi kandungan utama kitab-kitab suci yang Allah turunkan dan misi utama dakwah para rasul. Dengan tauhid inilah seorang hamba masuk ke dalam Islam. Tauhid inilah yang dimaksud dalam kalimat tauhid laa ilaha illallah.
  3. Tauhid asma’ wa shifat adalah mengesakan Allah dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Kita meyakini bahwa Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat sebagaimana yang diterangkan di dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah. Kita wajib menerimanya dan tidak menolaknya, tidak menyelewengkan artinya, dan tidak menyerupakan sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya.

Pembagian Tauhid Menjadi Dua

Sebagian ulama yang lain membagi tauhid menjadi dua, yaitu
  1. Tauhid fil ma’rifah wal itsbat, disebut juga tauhid ilmi khabari
  2. Tauhid fi thalab wal qashd, disebut juga tauhid iradi thalabi
maka hal ini tidaklah bertentangan dengan pembagian di atas. Karena yang mereka maksud dengan tauhid ilmi khabari adalah gabungan antara tauhid rububiyah dan tauhid asma’ wa shifat. Adapun yang mereka maksud dengan tauhid iradi thalabi adalah tauhid uluhiyah. Sebagaimana hal itu telah diterangkan oleh Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah di dalam Fath al-Majid.

Istilah Tauhid Hakimiyah dan Tauhid Mulkiyah

Adapun apa yang muncul belakangan di kalangan pergerakan Islam dengan istilah tauhid hakimiyah atau tauhid mulkiyah adalah pembagian yang tidak dikenal oleh para ulama. Yang mereka maksud dengan tauhid hakimiyah yaitu kewajiban untuk mentauhidkan Allah dalam hal penetapan hukum. Adapun yang mereka maksud dengan tauhid mulkiyah adalah keyakinan bahwa Allah satu-satunya penguasa yang berhak mengatur dan membuat syari’at bagi umat manusia, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam hal itu. Kedua macam tauhid ini telah tercakup dalam jenis-jenis tauhid yang ada.
  1. Tauhid hakimiyah pada hakikatnya telah tercakup di dalam tauhid uluhiyah. Karena menetapkan hukum adalah bagian dari ibadah (perbuatan hamba). Sehingga mengesakan Allah dalam hal ini pun termasuk di dalam tauhid uluhiyah. Sebagaimana wajibnya mengesakan Allah dalam hal doa, dalam menyembelih, dan lain sebagainya.
  2. Tauhid mulkiyah, yaitu keyakinan Allah sebagai satu-satunya penguasa merupakan bagian dari tauhid rububiyah (perbuatan Allah). Oleh sebab itu tidak perlu dikeluarkan dari tauhid rububiyah. Sebagaimana kita tidak mengeluarkan tauhid dalam hal penciptaan (khalqiyah) sebagai tauhid tersendiri. Oleh sebab itu menjadikan tauhid hakimiyah atau tauhid mulkiyah sebagai jenis tauhid tersendiri yang terpisah dari tiga jenis tauhid yang ada merupakan tindakan yang tidak dilandasi alasan ilmiah yang akurat.
Terlebih lagi, diketahui dari praktek penerapan istilah ini oleh para penyerunya, bahwa pemunculan istilah baru ini adalah dalam rangka memuluskan tercapainya tujuan mereka dalam mengkafirkan para penguasa negeri muslim dan menghasut rakyat untuk melawan dan memberontak kepada mereka. Inilah syi’arnya kaum Khawarij di masa kini, sebagaimana Khawarij tempo dulu mendengungkan slogan ‘Tidak ada hukum kecuali hukum Allah’ tetapi yang mereka maksudkan adalah pengkafiran terhadap para sahabat Nabi! ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu menanggapi seruan mereka dengan mengatakan, “Kalimat yang benar akan tetapi dimaksudkan dengan niat yang keliru”.

Istilah Tauhid Ittiba’

Sebagian ulama masa kini memunculkan istilah tauhid ittiba’. Maksudnya adalah menjadikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai satu-satunya manusia yang berhak untuk diikuti dan dipatuhi secara penuh. Sebagaimana yang disampaikan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Wushabi al-Yamani hafizhahullah di dalam bukunya al-Qaul al-Mufid fi Adillati at-Tauhid.

Maka, pembagian yang beliau sampaikan ini pada dasarnya dilandaskan kepada keterangan Imam Ibnu Abil ‘Izz al-Hanafi rahimahullah di dalam Syarh al-’Aqidah ath-Thahawiyah dimana beliau menyebut istilah tauhid mursil -yaitu mentauhidkan pengutus rasul; yakni Allah- dan tauhid mursal -yaitu orang yang diutus; yakni Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam-.

Dari situ dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan tauhid ittiba’ berada di luar pembahasan tiga macam tauhid yang biasa dibicarakan para ulama. Karena para ulama memaksudkan dengan pembicaraan tauhid terbatas kepada ruang lingkup iman kepada Allah. Adapun kandungan iman kepada Rasul -yang disebut dengan tauhid ittiba’ ini- biasa mereka sebut dengan istilah tajridul ittiba’/pemurnian ittiba’ kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan pembicaraan tentangnya di kalangan para ulama berada di luar pembahasan tentang iman kepada Allah.

Dengan begitu, pada hakikatnya penambahan istilah tauhid ittiba’ ini tidak dipermasalahkan dari sisi pemisahannya dari jenis-jenis tauhid yang lain. Hanya saja kita katakan, bahwa penggunaan istilah tauhid ittiba’ tidak lazim di kalangan para ulama terdahulu. Istilah yang lebih tepat adalah tajridul ittiba’. Sehingga pembahasan tentang ittiba’ ini dengan sendirinya berada di luar pembahasan substansi permasalahan tauhid yang berbicara tentang keimanan kepada Allah. Adapun pembicaraan seputar ittiba’ itu berada di dalam ruang lingkup pembahasan keimanan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamWallahu a’lam.

Kitab Rujukan

Bagi pembaca yang ingin mengkaji lebih dalam seputar definisi dan pembagian tauhid  silahkan membaca referensi berikut:
  1. Al-Qaulul Mufid ‘ala Kitabit Tauhid karya Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin rahimahullah (lihat cet. Maktabah al-Ilmu 1424 H, Jilid 1 hal. 5-10)
  2. At-Tam-hid li Syarhi Kitabit Tauhid karya Shalih bin Abdul ‘Aziz alusy Syaikh hafizhahullah (lihat cet. Dar at-Tauhid 1423 H, hal. 5-8)
  3. Syarh Al-’Aqidah Ath-Thahawiyah karya Ibnu Abil ‘Izz al-Hanafi rahimahullah (lihat cet. al-Maktab al-Islami 1408 H, hal. 78-98)
  4. Syarh ‘Aqidah Ahlis Sunnah wal Jama’ah karya Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin rahimahullah (lihat cet. Dar al-Quds 1426 H, hal. 7-11)
  5. Syarh Kitab Kasyfus Syubuhat karya Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah (lihat cet. ar-Risalah 1422 H, hal. 44-46)
  6. Ibthal at-Tandid bi Ikhtishar Syarh Kitab at-Tauhid karya Hamd bin ‘Atiq rahimahullah(lihat cet. Dar Athlas al-Khadhra’ 1424 H, hal. 6-7)
  7. Al-Mujalla fi Syarhi Al-Qawa’id Al-Mutsla karya Kamilah Al-Kiwari hafizhahallah (lihat cet. Dar Ibnu Hazm 1422 H, hal. 31-34)
  8. Fath al-Majid Syarh Kitab at-Tauhid karya Abdurrahman bin Hasan rahimahullah (lihat cet. Dar al-Hadits 1423 H, hal. 14-17)
  9. At-Tanbihat Al-Mukhtasharah Syarh Al-Wajibat Al-Mutahattimat karya Ibrahim bin Shalih al-Khuraishi hafizhahullah (lihat cet. Dar ash-Shumai’i 1414 H, hal. 83-95)
  10. Mu’taqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah fi Tauhid Al-Asma’ wa Shifat karya Dr. Muhammad Khalifah at-Tamimi hafizhahullah (lihat cet. Dar Ilaf ad-Dauliyah , hal. 42-50)
  11. Tath-hir al-I’tiqad ‘an Adran al-Ilhad karya Muhammad bin Isma’il ash-Shan’ani rahimahullah (lihat cet. Maktabah Dar al-Kitab al-Islami 1412 H, hal. 35 dst)
Dalam pembahasan tauhid ini, kami banyak memetik faidah dari penjelasan guru kami al-Ustadz Abu ‘Isa hafizhahullah. Bagi para pembaca yang ingin membaca penjelasan-penjelasan beliau seputar masalah-masalah tauhid bisa menelaah buku beliau Mutiara Faidah Kitab Tauhid (Penjelasan Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab), penerbit Pustaka Muslim Yogyakarta.

Selain itu, pembaca juga bisa membaca keterangan yang berharga tentang dasar-dasar ilmu tauhid di dalam buku Jawaban Tiga Pertanyaan Kubur (Penjelasan Tiga Landasan Utama karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab) karya al-Akh al-Fadhil Adika Mianoki hafizhahullah, yang juga diterbitkan oleh Pustaka Muslim Yogyakarta.
Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.
Artikel Muslim.Or.Id

Menyingkap Kesamaran Perbuatan Syirik (Kasyfu Asy Syubuhat)

dosa syirik بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم و رحمة الله و بركاته

Allah Ta’ala berfirman terkait dengan perintah untuk beribadah hanya kepada-Nya semata :
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ
Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka hanya beribadah kepada-Ku
[Surat ke-51 Adz Dzariyat ayat 56]

وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِى ڪُلِّ أُمَّةٍ۬ رَّسُولاً أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّـٰغُوتَ‌ۖ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus seorang rosul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Beribadahlah hanya kepada Allah dan jauhilah thoghut (yang diibadahi selain Allah)
[Surat ke-16 An Nahl ayat 36]

وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِىٓ إِلَيۡهِ أَنَّهُ ۥ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنَا۟ فَٱعۡبُدُونِ
Dan Kami tidak mengutus seorang rosul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya : “Bahwasanya tidak ada ilah (yang berhak diibadahi) kecuali Aku, maka beribadahlah kalian hanya kepada-Ku”.[Surat ke-21 Al Anbiya' ayat 25]

Demikian juga dengan lawan dari tauhid, yakni perkara kesyirikan (memberikan suatu bentuk peribadatan kepada selain Allah Ta’ala atau membuat sekutu bagi Allah dalam peribadatan) merupakan dosa terbesar yang tidak akan Allah ampuni selamanya jika pelaku kesyirikan tersebut mati dalam kondisi belum bertaubat dari perbuatan kesyirikan tersebut, akan menghapuskan seluruh pahala amalan kebaikan, akan kekal tinggal di dalam neraka selamanya, dan disebut dengan sebutan sejelek-jelek makhluq.

Allah Ta’ala berfirman terkait sangat besarnya dosa kesyirikan dan pelakunya :
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغۡفِرُ أَن يُشۡرَكَ بِهِۦ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٲلِكَ لِمَن يَشَآءُ‌ۚ وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ ضَلَّ ضَلَـٰلاَۢ بَعِيدًا
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan [sesuatu] dengan-Nya, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan [sesuatu] dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. 
[Surat ke-4 An Nisa ayat 116]

وَلَقَدۡ أُوحِىَ إِلَيۡكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكَ لَٮِٕنۡ أَشۡرَكۡتَ لَيَحۡبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَـٰسِرِينَ
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu [wahai Muhammad] dan juga kepada [nabi-nabi] yang sebelummu : “Jika kamu berbuat syirik, niscaya akan hapuslah amalanmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang sangat merugi. [Surat ke-39 Az Zumar ayat 65]

إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَـٰبِ وَٱلۡمُشۡرِكِينَ فِى نَارِ جَهَنَّمَ خَـٰلِدِينَ فِيہَآ‌ۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمۡ شَرُّ ٱلۡبَرِيَّةِ
Sesungguhnya orang-orang kafir dari kalangan ahli Kitab dan orang-orang yang berbuat syirik (orang-orang musyrik) berada di neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluq. [Surat ke-98 Al Bayyinah ayat 6]

Dari beberapa ayat di atas kita mengetahui betapa pentingnya bagi kita semua untuk memberikan prioritas lebih besar terkait pengetahuan tentang perkara mentauhidkan Allah Ta’ala (yakni menjadikan Allah Ta’ala sebagai satu-satunya yang berhak diibadahi) dan pengetahuan tentang perkara kesyirikan. Sehingga jangan sampai sedikitpun kita meremehkan perkara yang sangat penting  ini misalkan dengan mengatakan bahwa perkara tauhid adalah perkara yang sangat gampang atau enteng, atau perkataan peremehan semisalnya.

Kalau kita lihat dalam Al Qur’an, bahkan seorang nabi dan rosul sekelas Nabi Ibrohim ‘alaihissalam pun yang juga dikenal sebagai bapaknya para nabi dan rosul (abu al anbiya’) ternyata dalam salah satu do’a nya kepada Allah Ta’ala adalah memohon perlindungan bagi dirinya sendiri dan anak cucunya dari bahaya syirik (memberikan peribadatan kepada selain Allah) yang merupakan lawan dari tauhid.

Allah Ta’ala berfirman :
وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٲهِيمُ رَبِّ ٱجۡعَلۡ هَـٰذَا ٱلۡبَلَدَ ءَامِنً۬ا وَٱجۡنُبۡنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعۡبُدَ ٱلۡأَصۡنَامَ
Dan [ingatlah], ketika Ibrohim berdo’a : “Wahai Robb-ku, jadikanlah negeri ini [Makkah] sebagai negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari beribadah kepada berhala-berhala. [Surat ke-14 Ibrohim ayat 35]

Jika demikian besarnya kekhawatiran Nabi Ibrohim ‘alaihissalam dari perkara kesyirikan yang merupakan lawan dari tauhid, maka jika di masa sekarang ada seseorang yang kelasnya sangat jauh di bawah kelas seorang nabi  lalu orang tersebut meremehkan perkara tauhid, maka tentunya orang tersebut telah menyelisihi salah satu tuntunan Al Qur’an dan tentunya orang tersebut pada hakikatnya merupakan orang yang memiliki sikap tinggi hati dan tidak tahu akan kadar dirinya sendiri.

Maka untuk menambahkan pengetahuan kita terkait perkara tauhid dan syirik, maka berikut ini adalah kajian pembahasan Kitab Kasyfu Asy Syubuhat (Menyingkap Kesamaran-Kesamaran) yang mana pembahasan utama kitab ini adalah terkait masalah mentauhidkan Allah dalam peribadatan dan menyingkap kesamaran-kesamaran dari para pengusung kesyirikan yang mana mereka menghiasi perbuatan syirik mereka seolah-olah adalah merupakan perkara tauhid.

Kajian ini dibawakan oleh Al Ustadz Luqman Ba’abduh hafizhohullah dalam format mp3, dan terdiri dari 21 file rekaman ceramah.

Semoga bermanfaat.

Nas’alullahassalamah wal ‘afiyah, wa na’udzu billahi minasysyirk.

Kita memohon kepada Allah keselamatan dan keterjagaan, dan kita berlindung kepada Allah dari kesyirikan.
Dengarkan online atau download di : http://www.ilmoe.com/audio/3131/kasyfussyubhat-01
Terjemahan format PDF : Buku Kasyfu Syubhat karya At Tamimi
Kitab Asli Bahasa ‘Arob format PDF : kasyfusy syubuhat

diambil dari :http://pentasatriya.wordpress.com/2013/06/23/menyingkap-kesamaran-perbuatan-syirik-kasyfu-asy-syubuhat/

Saturday, June 22, 2013

Siapakah Wahabi?

Penanya : Ikhwan
Assalamu'alaikum ustadz,
Saya mau tanya ni ustadz, banyak sekarang org membicarakan wahabi, kata nya wahabi itu sesat,

Jadi wahabi itu golongan baru ustadz, mohon penjelasaan nya ustadz,

Jawab :
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Syaikh Ibnu Baz berkata:
Wahabiah/wahabi (julukan ini.pen) disematkan oleh musuh dakwah Salafiah kepada pengikut syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sualaiman bin Ali At-Tamimi yang meninggal pada tahun 1206 h di Dir’iyyah.

Beliau berdakwah di jalan Allah ta’ala pada paruh kedua abad ke 12 di Najed Dir’iyyah dan sekitarnya, beliau mengajak kepada pengesaan Allah ta’ala dan mengingkari ketergantungan masyarakat terhadap kuburan, orang mati dan berhala.

Beliau juga mengingkari pembenaran terhadap dukun, ahli nujum dan penyembahan terhadap pohon serta batu-batu dengan metode dakwah yang dilakukan oleh salaf sholeh, dengan metode dakwah Rasul shallalahu alaihi wa sallam ketika diutus oleh Allah ta'ala dan metode dakwah yang ditapaki oleh para sahabatnya.

Beliau berdakwah kepada Allah ta'ala, dan para ulama' (dari kalangan kerabat, anak-anak dan yang lainnya) yang diberi taufiq (untuk mengetahui kebenaran) juga berdakwah bersamanya. Allah ta'ala menampakkan agama dan menghilangkan keburukan di Najed dan sekitarnya dengan perantara beliau, kemudian tersebarlah dakwah beliau di Yaman, Syam, Iraq, Mesir, India dan selainnya. Para peneliti mengetahui:
- Kebenaran dakwah beliau dan keistiqomahannya.
- Bahwa beliau berada di atas hidayah dan jalan lurus.
- Bahwa sebenarnya beliau adalah pembaharu untuk penegakan rambu-rambu islam yang telah luntur.
- Beliau bukanlah beliau seorang Ahli bid’ah (membuat perkara yang baru dalam agama dengan dakwah ini.pent).
- Beliau tidak membawa agama dan madzhab baru.

Beliau hanya mengajak kepada pengesaan Allah ta’ala dan untuk mengikuti syariat-Nya, serta berjalan diatas manhaj salaf shalih dari kalangan para sahabat Nabi dan orang yang mengikuti mereka. Inilah madzhab syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya.

Mereka berjalan diatas manhaj Nabi shalallahu alaihi wa sallam dan para pengikutnya dari kalangan para sahabat dan ahli ilmu serta ahli iman setelahnya. Akan tetapi mereka memiliki musuh. Para pendusta berdusta atas nama mereka, sampai musuh-musuh itu menghalalkan darah mereka.

Termasuk kedustaan yang dilakukan oleh musuh-musuh tersebut adalah:” Ajaran mereka (wahabi.pent) adalah madzhab kelima, dan mereka mencela Rasul shallallahu alaihi wa sallam serta para Sahabat”. Akan tetapi ini semua adalah kedustaan dan kebatilah. Bahkan mereka adalah manusia yang paling mencintai Rasul shallallahu alaihi wa sallam, mereka sejalan dengan para sahabat. Rasul lebih mereka cintai daripada diri, anak dan harta mereka.

Mereka mendakwahkan apa yang didakwahkan oleh Rasul shallallahu alaihi wa sallam. Mereka berdakwah kepada
- Ajaran mengesakan Allah dan mengikuti syariat-Nya.
- Mengagungkan perintah dan larangan-Nya.
- Meniti manhaj Rasul shallallahu alaihi wa sallam.

Kitab-kitab mereka penuh dengan hal itu. Kitab-kitab syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan pengikutnya jelas dalam masalah itu. Barang siapa yang membacanya akan mengetahui itu... Fatawa Nur Ala Ad-Darb oleh syaikh Ibnu baz juz.3 hal.148-149

Untuk lebih adil dan bijak, seharusnya orang yang mencela dan antipati terhadap gerakan Muhammad bin Abdul Wahab seharusnya membaca buku-bukunya (yang merupakan buah pemikirannya), dan tidak hanya membaca tulisan-tulisan yang hanya memojokkan “wahabi” dengan memotong-motong tulisan maupun perkataan untuk mendukung pendapatnya mengenai “Wahabi”

Sebagai bukti nyata atas tuduhan yang tidak benar terhadap “wahabi”, adalah Negara Saudi yang notabene dikatakan Negara “wahabi” menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai undang-undang Negara secara umum. Ulama'-ulama' nya pun getol dalam mengajari masyarakat ajaran-ajaran yang dilandasi oleh Nash (kami tidak bermaksud mentazkiah semua kebijakan kerajaan Arab Saudi dan tidak bermaksud mengatakan semua ulama' Saudi ma'shum).

Sedangkan di sisi lain, orang-orang yang gemar menuduh negara Arab Saudi sebagai markasnya wahabi dan ulama' nya sebagai corong wahabi serta gemar mencela mereka hidup di negara yang menjadikan aturan manusia sebagai undang-undang, dan anehnya mereka tidak merasa terganggu dengan itu, mereka lebih sibuk menarik massa supaya berduyun-duyun mengikuti ajaran dan amalan mereka yang tidak ada tuntunannya dari Rasul shallallahu alaihi wa sallam. Mereka membiarkan masyarakat berada dalam kebodohan dalam urusan agama mereka.

Dari sini bisa diketahui, siapakah sebenarnya yang lebih mencintai Nabi shallallahu alaihi wa sallam, apakah si penuduh ataukah yang tertuduh.

وبالله التوفيق
Oleh : Ustadz Mukhsin Suaidi, Lc
http://m.salamdakwah.com/baca-pertanyaan/apa-wahabi-itu--apa-aliran--apa-golongan-.html

Wednesday, June 19, 2013

Fatwa Ulama: Wahabi dan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab

wahabi
Fatwa Al Lajnah Ad Daimah, Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa  Kerajaan Saudi Arabia

Soal:
“Siapakah wahabi?”

Jawab:
Wahabi adalah kata yang dimunculkan oleh para penentang dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah. Padahal Syaikh rahimahullah berdakwah untuk memurnikan tauhid dari berbagai macam kesyirikan. Beliau ingin menghapus berbagai macam cara beragama di luar yang dituntunkan oleh  Nabi kita Muhammad bin Abdillah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Maksud dari pemunculan nama ini sebenarnya adalah untuk menjauhkan dan menghalangi manusia dari dakwah beliau.

Namun usaha semacam ini tidaklah membahayakan dakwah beliau. Bahkan dakwah beliau semakin tersebar di berbagai penjuru dunia dan semakin dicintai. Di antara mereka yang diberi taufik oleh Allah untuk mengenal dakwah beliau, mereka melakukan penelitian lebih lanjut tentang hakikat dakwah beliau, mereka pun membelanya, karena beliau selalu bersandar pada dalil Al Kitab dan As Sunnah yang shohih pada setiap apa yang beliau sampaikan. Sehingga mereka semakin berpegang teguh dengan dakwahnya, mengikutinya dan mengajak manusia kepada dakwah beliau. Wa lillahil hamd (Segala pujian hanyalah milik Allah).

Wabillahit taufiq. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, juga kepada pengikut dan para sahabatnya.

Yang menandatangani fatwa ini: Anggota : Syaikh Abdullah bin Ghodyan Wakil Ketua : Syaikh Abdur Rozaq ‘Afifi Ketua : Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baz

[Fatwa Al Lajnah Ad Da’imah Lil Buhuts Al ‘Ilmiyah wal Iftah (Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi) no. 9450, pertanyaan kedua]
Artikel Muslim.Or.Id

Surat Nasihat Ulama Saudi kepada Gubernur Jazan dan Balasan Gubernur

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Nasihat Mufti kpd Amir Jazan
Terjemahan Surat:
Kerajaan Saudi Arabia, Kantor Pusat Pembahasan Ilmiah dan Fatwa, Kantor Pusat Komite Ulama Besar (no. 241)

Dari Abdul Aziz bin Abdillah bin Muhammad Aaalus Syaikh, kepada Yang Mulia Gubernur Propinsi Jazan –semoga Allah ta’ala memberikan taufiq kepadanya.

Assalaamu’alaykum warohmarullahi wabarokaatuh, wa ba’du:
Telah menyurat kepada kami sebagian orang yang mau menasihati, tentang keberadaan patung kuda di bagian timur jalan Al-‘Aridhah wilayah Abu ‘Urays, dan ini adalah kemungkaran yang besar, sebab patung-patung bernyawa hukumnya haram berdasarkan dalil dari sunnah yang mulia.

عَنْ أَبِى الْهَيَّاجِ الأَسَدِىِّ قَالَ قَالَ لِى عَلِىُّ بْنُ أَبِى طَالِبٍ أَلاَّ أَبْعَثُكَ عَلَى مَا بَعَثَنِى عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ لاَ تَدَعَ تِمْثَالا إِلاَّ طَمَسْتَهُ وَلاَ قَبْرًا مُشْرِفًا إِلاَّ سَوَّيْتَهُ
“Dari Abul Hayyaj Al-Asadi, ia berkata, Ali bin Abi Thalib berkata kepadaku, Aku akan mengutusmu sebagaimana Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah mengutusku, janganlah engkau biarkan sebuah patung kecuali engkau hancurkan, dan kuburan yang ditinggikan kecuali engkau ratakan.” [HR. Muslim dan Abu Daud dalam Sunannya (lafaz pada fatwa milik Abu Daud)]

Oleh karena itu wajib menghilangkan patung tersebut, dan memperingatkan kepada yang diberikan tugas untuk tidak lagi membuat patung-patung bernyawa.

Semoga Allah memberikan taufiq untuk semuanya kepada apa yang dicintai dan diridhoinya.
Wassalaamu’alaykum warohmatullahi wabarokaatuh.

Ttd
Mufti umum Kerajaan Saudi Arabia
Dan Pemimpin Komite Ulama Besar dan Kantor Pembahasan Ilmiah dan Fatwa.

Balasan Gubernur terhadap Surat Nasihat Mufti:

Balasan Amir Jazan atas Nasihat
Terlihat kaki patung kuda yang tersisa


Demikianlah teladan dari seorang penguasa muslim dan ulama Ahlus Sunnah dalam menasihati penguasa.

http://nasihatonline.wordpress.com/2013/06/12/surat-nasihat-ulama-saudi-kepada-gubernur-jazan-dan-balasan-gubernur/

Thursday, June 13, 2013

Arab Saudi terlepas dari Semua Stigma Wahabi

Hidayatullah.com—Stigma Wahabi yang sering disampaikan beberapa orang dinilai pekerjaan kelompok-kelompok tertentu untuk merusak gerakan dakwah dan perbaikan yang pernah dilakukan Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab. Padahal, dakwah yang dibawa Syeikh Abdul adalah dakwah yang hanif. Demikian disampaikan Duta Besar Arab Saudi,  H.E Mustafa Ibrahim Al-Mubarak.

“Gerakan Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab adalah gerakan reformasi dan perbaikan bagi agama yang hanif ini. Tak ada keraguan bagi gerakan ini. Tidak ada mazhab baru ataupun agama baru, Alhamdulillah,” ujarnya kepada hidayatullah.com belum lama ini di Jakarta.

Selain itu, menurut Mustafa, stigma-stigma Wahabi yang sering dilontarkan beberapa kalangan dinilai sebuah usaha secara sengaja yang dilakukan guna menjauhkan hubungan Arab Saudi dan pemerintah Indonesia yang dinilainya telah berjalan cukup baik.

“Saudi terlepas dari semua itu. Mereka (pihak-pihak yang membuat stigma itu, red) ingin menjauhkan kami dengan saudara-saudara kami di Indonesia. Stigma ini bukan hanya bermaksud menjelekkan kami, tapi juga ingin merusak hubungan antara rakyat Saudi dan rakyat Indonesia,” tambahnya.

Padahal, menurut pria kelahiran provinsi Ahsa, Arab Saudi, 59 tahun silam ini hubungan antara Saudi dan Indonesia telah berjalan dengan baik dan banyak lagi yang perlu ditingkatkan.  Baik dalam bidang pendidikan dan ekonomi.

“Kita berharap volume perdagangan bilateral terus meningkat,” tambahnya.

Menurutnya, Arab Saudi mengekspor komoditi bernilai sekitar 4 milyar dolar dalam bentuk petrokemikal dan produk petroleum (minyak). Sementara Indonesia mengekspor bahan makanan, karet, dan lainnya. Tapi itu masih terbatas, sekitar 1,5 milyar.

“Tentu ini tidak cukup. Kami ingin angka ini terus bertambah. Indonesia juga menginginkan hal yang sama. Pintu-pintu kami terbuka untuk menerima ekspor Indonesia ke Arab Saudi dalam jumlah yang lebih besar lagi. Kita harus bekerja dan mewujudkan hal ini,” tambahnya.

Karenanya, ia berharap kaum Muslimin Indonesia untuk menguatkan tsiqah (rasa percaya) terhadap Islam. Ia juga berharap Arab Saudi bersama dan pemerintah Indonesia terus menjaga hubungan persaudaraan yang sangat kuat dan mengikat kedua negara.

“Saya berusaha untuk terus meningkatkan hubungan ini dalam berbagai aspek, dan mencurahkan semua kemampuan saya untuk mewujudkan kemaslahatan bersama. Semoga Allah memberi petunjuk.”*/Nurkholis Ridwan

Keutamaan Syahadat Tauhid

TakbirSyahadat Tauhid adalah landasan makna aqidah islam. Dengan mengakuinya, seseorang menjadi muslim dan dengan mengingkarinya seseorang menjadi musyrik, kafir dan sesat.  

Keutamaan kalimat Laa Ilaaha Illallah :

1.     Darah, harta dan kehormatan menjadi terlindungi.
Dari Ibnu Umar ra, Rasulullah saw bersabda:
اُمِرْتُ اَنْ اُقَاتِلَ النَّاسَ حَتىَّ يَشْهَدُوْا اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ الله ُ, فَاِذَا فَعَلُوْا ذَالِكَ عَصَمُوْا مِنيِّ دِمَائَهُمْ وَاَمْوا َلَهُمْ اِلاَّ ِبحَقِّهَـا  =متفق عليه=
Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Alloh. Jika mereka telah melakukan yang demikian itu, maka mereka telah melindungi darah dan harta mereka dariku kecuali apa yang menjadi haknya”  =HR. Bukhari-Muslim=

Dari Abi Malik dari Ayahnya ra, Rasulullah saw bersabda:
مَنْ قَالَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ الله ُوَكَفَرَ ِبمَا يُعْبَدُ مِنْ دُوْنِ اللهِ حَرَّمَ مَالُهُ وَدَمُهُ  =رواه مسلم=
Barang siapa yang mengucapkan  لا اله الا الله dan menolak apa saja yang disembah selain Alloh, maka diharamkan harta dan darahnya. =HR. Muslim=

2.     Berhak masuk ke dalam Surga.
Dari ‘Ubadah ra, Rasulullah saw bersabda:
مَنْ قَالَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ الله ُدَخَلَ الْجَنَّةَ عَلىَ مَا كَانَ مِنَ اْلعَمَلِ    =رواه البخاري=
Siapa yang mengatakan لا اله الا الله niscaya dia akan masuk surga sesuai dengan amalnya“. =HR. Bukhari=

3.     Berhak mendapat syafa’at  Rasulullah saw di hari kiamat.
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda:
….  اَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِيْ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ الله ُخَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ =رواه البخاري=
Orang yang paling beruntung memperoleh syafa’atku di hari kiamat adalah orang yang mengatakan لا اله الا الله  tulus dari hatinya “  =HR. Bukhari=

4.     Dapat terbebas dari siksa api neraka.
Dari Mahmud Ibnu Rabi’ ra, Rasulullah saw bersabda:
فَاِنَّ الله َحَرَّمَ عَلىَ النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ الله ُيَبْتَغِيْ بِذَالِكَ وَجْهُ اللهِ   =رواه البخاري=
Sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas neraka orang yang mengucapkan لا اله الا الله semata ingin mengharap wajah (ridha) Allah “  =HR. Bukhari=

Dari Abu Dzaar ra, Rasulullah saw bersabda:
مَنْ كَانَ اَخِرُ كَلاَمِهِ لاَ اِلَهَ اِلاَّ الله ُدَخَلَ الْجَنَّةَ   =رواه البخاري=
Barang siapa yang akhir dari ucapannya adalah  لا اله الا اللهniscaya ia masuk surga“ =HR. Bukhari=

Dari Muadz Bin Jabal ra, Rasulullah saw bersabda:
وَحَقُّ الْعِبَادِ عَلىَ اللهِ اَنْ لاَّ يُعَذِّبَ مَنْ لَّمْ يُشْرِكْ بِهِ شَيْئً   =رواه البخاري=
Dan hak para hamba atas Alloh adalah agar tidak menyiksa siapa pun yang tidak mempersekutukannya dengan sesuatu apa pun“ =HR. Bukhari=

Dari Qois Ibnu Robi’ dari Al-Aghor Ibnu Al-shobah ra, Rasulullah saw bersabda:
اَفْضَلُ مَا قُلْتُ اَنَا وَالنَّبِيُّوْنَ مِنْ قَبْلِيْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ الله ُوَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ   =رواه الطبرانى=
Yang paling utama yang aku ucapkan dan nabi-nabi sebelumku adalah La ilaaha Illallah =HR. Ath Thabrani=


عَنْ جَابِرٍ بْنِ عَبْدِ اللهِ يَقُوْلُ : سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَقُوْلُ : « أَفْضَلُ الذِّكْرِ : لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ ، وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ : اَلْحَمْدُ لِلَّهِ »  =رواه ابن حبان=
Dari Jabir bin Abdillah ra, ia berkata, Aku mendengar Nabi saw bersabda: Dzikir yang paling utama adalah mengucapkan  لا اله الا الله  dan do’a yang paling utama adalahاَلْحَمْدُ لِلَّهِ   =HR. Ibnu Hibban=

http://muhammadhaidir.wordpress.com/2013/06/12/keutamaan-syahadat-tauhid/

Dakwah Tauhid – Dakwah Pengikut Nabi yang Hakiki

tauhidTauhid adalah inti dakwah para Rasul, dari Rasul yang pertama sampai rasul yang terakhir. Allah berfirman,
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah saja, dan jauhilah Thaghut’.” [An Nahl: 36]
Kaum muslimin sekalian, mereka tidaklah mendakwahi ummatnya dengan menekankan perbaikan ekonomi terlebih dahulu, tidaklah pula dengan merebut kekuasaan para penguasa yang zhalim terlebih dahulu dan mendirikan daulah islamiyah. Padahal kita semua tahu bahwa para rasul tersebut diutus di tengah-tengah masyarakat yang penguasanya amat zholim. Namun pokok dakwah mereka adalah perbaikan akidah ummat dan membersihkannya dari segenap kotoran syirik.

Kewajiban Berdakwah Sebagaimana Dakwah Nabi
Allah Ta’ala berfirman,
“Katakanlah: ‘Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik’.” [Yusuf: 108]
Dari ayat yang mulia ini, kita tahu bahwa pengikut Rasulullah yang hakiki adalah mereka yang berdakwah sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam berdakwah. Tidaklah hal pertama dan utama yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam dakwahkan kecuali tauhid, maka penyeru yang sejati ialah mereka yang menyerukan kepada tauhid.

Sedangkan orang-orang yang menyimpang dari jalan ini disinyalir oleh Allah Azza wa Jalla dalam firmanNya:
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” [Al-An’am: 153]
Tauhid Adalah Poros Perbaikan Ummat
Kaum muslimin sekalian, dakwah perbaikan ummat manusia yang diserukan oleh para Rasul itu adalah dakwah Tauhid, memerangi syirik, yang mana kesyirikan adalah suatu kemungkaran dan kezhaliman yang paling besar di muka bumi ini.

Dan tauhid yang diserukan oleh para nabi dan Rasul adalah Tauhid Uluhiyah, yaitu mentauhidkan/mengesakan Allah dalam ibadah, artinya memurnikan dan memperuntukkan ibadah hanyalah untuk Allah semata, bukan untuk yang selain Allah. Di sinilah letak dimana mereka paling banyak ditentang dan diingkari oleh kaumnya.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu’, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.

Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” [An-Nahl: 36]
Dakwah Tauhid Adalah Dakwah Rinci
Dakwah tauhid bukan dakwah global yang hanya menyeru: ‘Mari bertauhid!’, akan tetapi dakwah yang mulia ini juga memerinci manakah yang termasuk tauhid dan manakah yang termasuk syirik. Sehingga dengan tertanamnya hal ini pada masyarakat kaum muslimin maka tujuan penciptaan manusia dan jin dapat terwujud.
Allah Ta’ala telah berfirman:
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” [Al-Baqarah: 21-22]
Maka dengan demikian wajib bagi setiap muslim untuk mempelajari tauhid yang merupakan awal yang harus dia tuntut kemudian direalisasikan dalam ibadahannya. Dan juga mempelajari tentang syirik yang merupakan lawan dari tauhid dan macam-macam syirik untuk dijauhi dan agar tidak terjerumus ke dalam kesyirikan.
Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [An-Nisa’:48]
Manakala tauhid merupakan pokok keselamatan dunia dan akhirat sekaligus hal pertama kali yang harus dipelajari oleh manusia, maka tauhidlah yang mestinya disampaikan dan didakwahkan kepada manusia pertama kali.

Selain itu dakwah tauhid juga harus dijadikan sebagai proiritas utama sebagaiman dakwah para Rasul Allah yang diutus untuk ummatnya dan juga apa yang telah telah Allah perintahkan. Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Katakanlah: ‘Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik’.” [Yusuf: 108]
Kuantitas Pengikut Bukanlah Barometer Keberhasilan Dakwah
Sidang pembaca sekalian, kita lihat dari sirah rasul bahwa Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam ketika berdakwah selama tiga belas tahun lamanya hanya menyerukan tauhid kepada bangsa Arab, khususnya kaum Quraisy di Mekkah.

Rentang waktu ini begitu sangat panjang dilihat dari masa kenabian beliau. Perjalanan dakwah beliau in ipun diiringi dengan rintangan yang luar biasa besar. Siksaan kaum Quraisy terhadap para pengikut beliau sangat gencar, sementara kaum muslimin pada waktu itu masih berjumlah sedikit dan tidak punya daya kekuatan untuk melawannya.

Dakwah ini memang membutuhkan waktu yang panjang dan lama untuk memetik hasilnya, tapi justru hal itulah yang dituntunkan oleh syari’at Islam.
Kita tidak akan ditanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di akhirat kelak: Berapa jumlah pengikut yang berhasil kita rekrut? tetapi yang akan ditanyakan adalah: Sudahkah kita menyampaikannya kepada manusia sebagaimana diperintahkan?
Sama saja bagi kita, apakah mendapat pengikut ataukah tidak, selama dakwah kita sesuai dengan tuntunan sesuai syariat maka itulah wujud keberhasilan dakwah yang sebenarnya.

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa ketika mi’raj, Allah menunjukkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam para nabi dan rasul sebelum beliau beserta pengikutnya. Ada nabi yang hanya memiliki beberapa orang pengikut, dan bahkan ada yang tidak mempunyai seorang pengikut pun.
Dan tatkala kita menengok sejarah nabi Nuh, berapa lama beliau berdakwah? Yaitu selama sembilan ratus lima puluh tahun.

Berapakah jumlah pengikut beliau yang berhasil didakwahi yang akhirnya ikut dalam bahtera dan diselamatkan dari adzab Allah?

Tidaklah banyak, hanya sedikit jumlahnya. Mereka para rasul adalah orang-orang yang sukses dalam berdakwah, walaupun jika dilihat dari jumlah pengikut amatlah sedikit.
Lihatlah sejarah perjalanan panjang dakwahnya para nabi dan Rasul, jika kita menelusuri jejak para nabi niscaya kita dapatkan cobaaan kita lebih kecil dibandingkan ujian yang diperoleh oleh para nabi dan Rasul tersebut berupa penentangan dan pengingkaran dari kaumnya, belum lagi kesabaran yang luar biasa yang mereka miliki untuk mendakwahkan tauhid di tengah-tengah kerusakan ummatnya.

Karena itulah nabi kita Muhammad shallallohu ‘alaihi wassalam ketika mengutus utusan beliau untuk berdakwah ke daerah lain, selalu mewasiatkan agar tauhidlah yang pertama kali mesti didakwahkan, sebagaimana sabda beliau kepada Mu’adz bin Jabal ketika akan diutus ke negeri Yaman untuk berdakwah, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya kamu akan mendatangi satu kaum dari ahli kitab, maka hendaklah yang pertama kamu serukan kepada mereka adalah (agar mereka) bersaksi bahwasanya tiada Tuhan yang berhak untuk disembah melainkan Allah.”
[Diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari dan Imam Muslim), dan dalam satu riwayat dari Imam Al-Bukhari [dengan lafazh]: Agar mereka mentauhidkan Allah (dalam beribadah kepadaNya)]
Wallahu a’lam.
Sumber : http://muslim.or.id/aqidah/dakwah-tauhid.html