Monday, July 22, 2013

Arab Saudi Luncurkan Stasiun TV khusus Wanita

Arab Saudi membuat saluran televisi (TV) satelit khusus untuk perempuan guna menampilkan bakat dan kemampuan para perempuan di negeri itu.

Saluran TV khusus perempuan yang dioperasikan oleh Ideas Arabia Limited milik pengusaha Sheikh Yusuf bin Awad Al-Ahmadi itu juga ditujukan untuk meluruskan kesalahpahaman masyarakat internasional tentang perempuan Arab.

Ketua Dewan Abdullah Al-Nazawi mengatakan saluran TV itu akan menampilkan aspek positif tentang perempuan yang hidup di Arab Saudi untuk membantu mengubah stereotipe yang selama ini dilekatkan pada perempuan Arab dan Muslim.

"Tujuan saluran ini adalah untuk menyoroti keahlian, tradisi, budaya, pendidikan, pemikiran Islam dan masalah yang dihadapi para perempuan Arab secara umum dan perempuan Arab Saudi khususnya," kata dia.

"Saluran ini akan sepenuhnya disesuaikan dengan hukum Islam," katanya seperti dilansir laman Arab News, Senin.

Menurut Al-Nazawi, saluran itu juga akan mencakup program yang isinya meliputi tema luas termasuk ilmu pengetahuan, budaya, politik, sosial, psikologi, ekonomi, teknologi, pendidikan, kesehatan dan aspek lain yang berhubungan dengan perempuan.

"Kami sepenuhnya yakin TV ini akan membantu para perempuan memahami makna modernitas. Perempuan adalah bagian dari masyarakat dan kehidupan kita, kita tidak boleh mengabaikan mereka dan kebutuhan mereka," kata Al Nazawi. [ant/jy]

Sunday, July 21, 2013

Saudi Bagikan 130.000 Paket Ramadhan Pengungsi Suriah

Hidayatullah.com—Kampanye Nasional untuk Pengungsi Suriah Arab Saudi telah mengirimkan 70.000 paket makanan sebagai bagian dari tahap kedua bantuan Ramadhan untuk para pengungsi Suriah di kota-kota perbatasan Suriah-Turki.

Menurut keterangan salah seorang pengurus kampanye itu, disamping makanan paket bantuan berisi perlengkapan kesehatan.

 “Kampanye ini bertujuan mendistribusikan 130.000 paket makanan selama bulan Ramadhan. Setiap paket berisi 27 macam bahan makanan disamping perlengkapan kesehatan yang dibutuhkan untuk setiap keluarga,” kata Khaled al-Salama, direktur kampanye untuk kantor di Turki dalam pernyataannya kepada kantor berita Arab Saudi SPA hari Kamis (18/07/2013).

Al-Salama mengatakan, sebelum Ramadhan lembaganya membagikan 30.000 paket bantuan berisi 60.000 keranjang makanan dan 30.000 paket perlengkapan kesehatan. Bantuan itu dibagikan di kota Aleppo dan daerah pedesaan sekitarnya, Idlib, Hama dan daerah pedesaan di Homs, Raqqa dan sejumlah kamp pengungsian dekat wilayah perbatasan Suriah.

Sementara 70.000 paket bantuan juga akan dibagikan ke wilayah perbatasan Turki dekat Suriah, di mana terdapat banyak kamp-kamp pengungsian.

Al-Salama menjelaskan, proyek bantuan kemanusiaan itu merupakan arahan dari Raja Saudi Abdullah, dengan pengawas Menteri Dalam Negeri Pangeran Muhammad bin Nayif.

Selain mengirimkan bantuan untuk pengungsi Suriah di Turki dan di daerah perbatasan Suriah di dekatnya, bantuan kemanusiaan serupa dikirimkan ke Yordania dan Libanon.

Hampir 1,8 juta orang warga Suriah tercatat sebagai pengungsi di UNHCR di negara-negara tetangga Suriah. Tidak kurang dari 5.000 orang setiap harinya keluar dari Suriah untuk mencari perlindungan.*

Rep:
Ama Farah
Editor: Cholis Akbar

Masjid Bersejarah di Eropa Bantuan KSA

Masjid Lala Mustafa Pasha awalnya dikenal sebagai Katedral Saint Nicolas. Bangunan ini adalah bangunan abad pertengahan terbesar di Famagusta, Siprus Utara. Dibangun mulai tahun 1298 dan ditahbiskan sebagai katedral Kristen pada tahun  1328. Katedral diubaBanyak masjid megah berdiri di Benua Eropa. Beberapa di antaranya bahkan termasuk masjid bersejarah. Sebagian besar dibangun pada era 1980-an, tetapi ada pula yang telah ada sejak abad ke-13. Tak langsung menjadi masjid, beberapa awalnya merupakan gereja atau katedral yang karena di tinggalkan jamaahnya kemudian diambil alih kaum Muslim menjadi masjid.

Masjid Lala Mustafa Pasha
Sebelum menjadi Masjid Lala Mustafa Pasha, ba ngun an ini dikenal sebagai Katedral Saint Nicolas. Ini adalah bangunan abad pertengahan terbesar di Famagusta, Siprus Utara. Dibangun mulai 1298, kemudian difungsikan sebagai katedral Kristen pada 1328. Katedral diubah menjadi masjid setelah Kesultanan Turki Utsmani menguasai Famagusta pada 1571. Ayasofya, demikian nama indah yang disematkan pada masjid itu.

Karena ajaran Islam melarang penggambaran makh luk hidup, seperti manusia dan hewan, maka keberadaan patung dan lukisan makhluk hidup pada dinding dan kaca patri di interior bangunan ini dihapus. Pada 1954, nama masjid ini diganti menjadi Lala Mustafa Pasha.

Masjid Roma
Siapa bilang hanya ada gereja di Kota Roma? Di Ibu Kota Italia ini juga terdapat masjid megah, yakni Masjid Roma. Didesain oleh arsitek Italia, Paulo Porthogesi, masjid ini berdekatan dengan Kota Vatikan dan sinagoge Yahudi.

Berlokasi di area Pusat Budaya Islam di Roma, masjid ini merupakan yang terbesar di Italia dan Eropa Barat. Pembangunan Masjid Roma yang memakan waktu sekitar delapan tahun (1984-1992) terlaksana berkat dana bantuan dari beberapa negara Islam, secara khusus Kerajaan Arab Saudi yang menyumbang sebesar 50 juta dolar AS.

Ide untuk membangun masjid ini dicetuskan oleh Raja Arab Saudi Faisal bin Abdul Aziz pada sekitar 1970-an. Rencana itu kemudian dimatangkan pada 1974 ketika Presiden Italia Giovanni Leone berkunjung ke Arab Saudi. Saat pertemuan kedua pemimpin, Geovanni menyambut baik usulan Faisal. Bahkan, ia berjanji akan me nyediakan tanah untuk lokasi pembangunan masjid itu. Na mun, ia memberi syarat, antara lain, pihak Raja Faisal harus menyediakan seluruh dana pembangunannya. Faisal langsung menyetujui.

Masjid Wina
Dengan menara setinggi 30 meter dan kubah berdiameter 20 meter, masjid di Ibu Kota Austria ini boleh jadi tak tergolong megah. Meski demikian, masjid ini istimewa mengingat aktivitas keislaman yang berlangsung di dalamnya. Selama lebih dari 30 tahun, masjid ini menjadi pusat kajian dan pengembangan Islam di Austria.

Vienna Islamic Center dibangun mulai 1975 dan rampung pada 1979. Masjid ini menjadi pusat kegiatan amaliah selama Ramadhan bagi Muslim Austria dan mampu mengakomodasi delapan persen dari 430 ribu Muslim di negeri ini.

Masjid ini merupakan rujukan bagi mualaf ketika ingin menggali pemahaman tentang Islam. Setiap bulannya, rata-rata dua hingga tiga warga asli Austria berkunjung ke masjid untuk mendapat pencerahan mengenai Islam dan bersyahadat. (REP)









Saturday, July 20, 2013

Jangan Harap Orang Israel Naik Pesawat Saudi

HeadlineINILAH.COM, Riyad – Saudi Airlines tetap tolak penumpang Israel, karena tidak adanya hubungan politik antara Saudi Arabia dengan Israel.

Direktur Jenderal Maskapai Saudi Airlines (SA), Khalid al-Melhem menegaskan kembali aturan yang sebenarnya telah berlaku sejak 2011. “Tidak ada hubungan politik antara Arab Saudi dan Israel. Kami tidak akan membiarkan warga negara itu masuk ke kerajaan (Arab Saudi)," ujarnya dikutip Al-Arabiya, Jumat (19/7/2013).

Awal pekan ini, Advokat New York, Bill de Blasio mengutuk keputusan maskapai SA tersebut. Menurutnya, hal itu itu merupakan diskriminasi rasial dan memperingatkan penerbangan Saudi agar tidak mendarat di bandara AS. "Tidak ada kota di dunia memiliki hubungan yang lebih dekat ke Israel dari pada kita, namun warga Israel sedang didiskriminasi di bandara. Ini bukan hanya ilegal, ini adalah hinaan terhadap kita," ungkap De Blasio.

Dia menambahkan bahwa ia akan berupaya melarang SA mendarat dan tinggal landas di seluruh bandara AS, dimulai dengan bandara John F Kennedy di New York, jika SA tidak mengubah kebijakannya.

Menurut berbagai laporan, Blasio mengirim surat kepada Melhem yang memberitahukan adanya dua pilihan yakni meninjau kebijakan maskapai atau bekerja sesuai dengan hukum penerbangan internasional. [tjs]

Sunday, July 7, 2013

Awal Terjadinya Kedua Jenis Syirik Di Tengah Bangsa Arab Dan Lainnya, Serta Diutusnya Nabi Yang Terakhir, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

iiBegitulah, para nabi dari keturunan Bani Israil muncul secara berturut-turut. Nabi dari keturunan mereka yang terakhir adalah Nabi Isa bin Maryam ‘alaiha allam.

Selang beberapa masa setelah para nabi dan rasul tersebut, tersebarlah di muka bumi ini dua jenis syirik, yaitu penyembahan terhadap kuburan dan bintang di langit. Sementara bangsa Arab masih tetap berpegang pada agama warisan leluhur mereka, Nabi Ibrahim ‘alaihi sallam di jazirah Arab. Akan tetapi, ‘Amr bin Luhay al-Khuza’i sewaktu berziarah ke negeri Syam melihat orang-orang di daerah Balqa menjadikan berhala-berhala sebagai media untuk memperoleh manfaat dan mencegah mudharat, maka dia pun membawa keyakinan mereka tersebut ke Mekkah, yaitu ketika Bani Khuza’ah menjadi penguasa Baitullah sebelum Bani Quraisy, tepatnya ketika ‘Amr bin Luhay sebagai pemimpin mereka. Akibat perjalannya inilah, dia menjadi orang yang pertama kali merubah agama Nabi Isma’il ‘alaihi sallam, dan berpaling dari agama Nabi Ibrahim ‘alaihi sallam.

Kemudian, ‘Amr bin Luhayy mendirikan banyak berhala di sekitar Baitullah, membebaskan sâibah, membelah telinga bahîrah, mengkeramatkan washîlah dan memberi perlindungan mutlak kepada hâmiyah( Saaibah adalah unta betina yang dibiarkan pergi ke mana saja lantaran suatu nadzar. Seperti jika seorang Arab Jahiliyyah akan melakukan sesuatu atau perjalanan yang berat, maka dia biasa bernadzar akan menjadikan untanya saaibah bila maksud atau perjalanannya berhasil dan selamat. Bahirah adalah unta betina yang telah beranak lima kali dan anak yang kelima itu jantan, lalu unta betina tersebut dibelah telinganya, dilepaskan, tidak boleh ditunggangi lagi, dan tidak boleh diperas air susunya. Washilah adalah domba betina yang telah melahirkan anak kembar yang terdiri dari jantan dan betina, maka yang jantan ini disebut washilah, tidak disembelih dan diserahkan kepada berhala. Haamiyah adalah unta jantan yang tidak boleh diganggu gugat lagi, karena telah dapat membuntingkan unta betina sepuluh kali. Perlakuan terhadap saaibah, bahirah, washilah, dan haamiyah ini adalah kepercayaan orang Arab pada masa Jahiliyyah.)

Dari sini, mulailah bangsa Arab membuat berhala. Berhala yang pertama kali mereka buat, adalah patung Manat yang dibangun di tepi laut di Qudaid, sebuah daerah yang terletak di antara Mekkah dan Madinah, lalu patung Latta di Thaif, yaitu berupa batu besar berbentuk segi empat yang dilumuri dengan lemak, lalu patung ‘Uzza yang berupa lahan pohon kurma setelah ‘Syarai’ yang terletak sebelah timur di luar kota Mekah.

Kemudian, jumlah patung-patung itu pun bertambah banyak di jazirah Arab, dan setiap suku (kabilah) mempunyai satu patung tersendiri yang antara lain terbuat dari pohon, batu, kurma dan bahan lainnya. Konon, di sekeliling Ka’bah terdapat sekitar 360 patung, bahkan setiap rukun keluarga membuat sebuah patung di dalam rumah mereka masing-masing.

Jangan tanyakan lagi tentang jumlah patung-patung tersebut, juga penyembahan terhadap api dan tata surya di Persia, di tengah kalangan umat Majusi, umat Shabia dan umat-umat lainnya. Sebagian mereka ada yang menyembah air, sebagian lagi ada yang menyembah binatang, dan sebagian lainnya lagi ada yang menyembah para malaikat.

Di antara mereka ada yang berkeyakinan ‘Sang Pencipta ada dua.’ Mereka adalah kaum Tsanawiyyah (paganis), salah satu sekte dalam agama Majusi. Mereka ini lebih buruk daripada orang-orang musyrik Arab. Mereka ini telah mendewakan cahaya, api, air, dan tanah. Begitu pula, umat-umat selain mereka, semisal Shabia, Dahriyyah, kaum filosof dan atheis. Ibnul Qayyim rahimahullah di dalam “Ighâtsat al-Lahfân” (2/203-320), telah memaparkan secara terperinci mengenai umat-umat tersebut, mazhab (aliran) mereka, dan sesembahan mereka.

Diutusnya Nabi dan Rasul yang terakhir, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
Ketika umat manusia di bumi ini melakukan perbuatan syirik dan menyembah berhala, maka Allah ta’ala mengutus Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, selaku Nabi dan Rasul terakhir, yang telah diberitakan oleh Nabi Isa (al-Masih) beserta para nabi dan rasul sebelumnya, untuk mengajak kepada agama Ibrahim dan agama para rasul sebelum Ibrahim dan para rasul sesudahnya, dan untuk mengajak kepada ajaran “tauhid yang murni” dan memberantas syirik, baik yang bersifat ardhi (yang menyangkut apa saja yang ada di bumi) maupun samawi (apa saja yang ada di langit), serta mencegah berbagai kerusakan. Maka, beliau melarang menjadikan kuburan sebagai masjid, dan melarang shalat di atasnya atau menghadap kepadanya, serta mengagungkannya. Hal itu beliau lakukan untuk mencegah berbagai perangkat syirik ardhi yang berangkat dari ‘pengkultusan terhadap orang mati’ yang terjadi pada kaum Nabi Nuh ‘alaihi sallam. Begitu pula, beliau juga melarang shalat pada waktu terbit atau terbenamnya matahari, untuk mencegah berbagai perangkat syirik samawi yang berangkat dari‘penyembahan terhadap tata surya’ yang terjadi pada kaum Nabi Ibrahim ‘alaihi sallam.

[Sumber: Dinukil dari kitab Tashhîh ad-Du’â`, karya Syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid, dengan edisi indonesia berjudul Koreksi Zikir] 

sumder :http://www.alsofwa.com

Fatwa Ramadhan: Malam Bermain-Main, Siang Hari Tidur

Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al Ustaimin

Ada sebagian kaum muslimin yang menyikapi bulan Ramadhan dengan menghidupkan malam dengan aktifitas dan bergadang, bermain-main, keluar denga teman serta banyak berktifitas mubah yang melalaikan. Karena malam hari bebas makan minum dan tidak panas, kemudian nanti siang harinya bisa “balas” tidur penuh dan tidak terasa ternyata sudah waktu berbuka.

Berikut fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al Ustaimin mengenai hal ini:

Soal:
Banyak manusia pada bulan Ramadhan, keinginan (tekad) mereka yang paling nomor satu adalah makan dan tidur. Maka jadilah bulan Ramadhan (menurut mereka) adalah bulan bermalas-malasan dan mengantuk. Sebagian mereka bermain-main pada malam hari dan tidur pada siang hari, apa nasehatmu kepada mereka?

Jawab:
Menurutku, hal ini pada hakikatnya menyia-nyiakan waktu dan harta, apabila manusia keinginan (tekad) mereka hanyalah memvariasi makanan (biasanya makanan bermacam-macam pada bulan Ramadhan, pent), tidur pada siang hari, begadang pada malam hari untuk perkara yang tidak bermanfaat. Tidak diragukan lagi bahwa hal ini menyia-nyiakan kesempatan yang berharga yang bisa jadi tidak akan datang lagi pada manusia selama hidupnya.

Seseorang yang bertekad kuat adalah yang konsisten pada bulan Ramadhan tidur pada awal malam, shalat tarawih dan shalat pada akhir malam jika mudah baginya. Demikian juga tidak berlebihan dalam makan dan minum.

Selayaknya juga bagi mereka yang memiliki kemampuan untuk memberi makan buka puasa, bisa di masjid atau tempat yang lain. Karena memberi makan buka puasa bagi orang yang berpuasa sebagaimana pahala orang yang berpuasa. Jika sesorang memberi makan buka puasa untuk saudaranya maka baginya semisal pahala mereka. Maka selayaknya ia memanfaatkan kesemoatan ini bagi mereka yang Allah kayakan dengan harta hingga ia mendapatkan pahala yang banyak.

(Majmu’ Fatawa wa Rasail Al Ustaimin, 19/175, syamilah)
Penerjemah: Raehanul Bahraen

KEHEBATAN TAUHID, MENGHAPUS SEMUA DOSA

Oleh
Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin

Apa rahasia kehebatan tauhid, sehingga mampu menghapus segala dosa, sebesar apapun ? Seorang Umar bin Khathab Radhiyallahu anhu misalnya, tokoh yang sebelum masuk Islam terkenal paling menentang ajaran Islam dan terkenal dengan kekafirannya serta pernah mengubur putrinya hidup-hidup. Namun dengan masuk Islam, mentauhidkan peribadatan hanya kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala saja, maka terhapuslah segala dosa dan kesalahannya yang menggunung. Bahkan menjadi tokoh paling mulia di sisi Allâh sesudah Abu Bakar Radhiyallahu anhu.

Apalagi jika kesalahan seseorang lebih kecil, tentu akan lebih mudah terhapus dengan tauhid. Bahkan jika kesalahan serta kekufurannya lebih besar dari Umar Radhiyallahu anhu sekalipun, tetap semua itu akan hapus dan sirna dengan tauhid.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, bahwa Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

"...وَمَنْ لَقِيَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطِيْئَةً لاَيُشْرِكُ بِي شَيْئًا، لَقِيْتُهُ بِمِثْلِهَا مَغْفِرَةً" رواه مسلم

Allâh Azza wa Jalla berfirman, "…Dan barangsiapa menjumpai-Ku dengan membawa kesalahan sepenuh bumi dalam keadaan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Aku, maka Aku akan menjumpainya dengan ampunan yang sepenuh bumi pula". [HR. Muslim][1] .

Dalam Sunan Tirmidzi, dari Anas Radhiyallahu anhu , beliau mengatakan bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allâh Tabaraka wa Ta'ala berfirman :

يَاابْنَ آدَمَ! إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأرْضِ خَطَايَا، ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَتُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

Wahai anak Adam! Sesungguhnya jika engkau datang menghadap kepada-Ku dengan membawa kesalahan-kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau datang kepada-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Ku, maka Aku akan datang kepadanya dengan membawa ampunah sepenuh bumi pula[2].

Syaikh Abdur Rahman bin Hasan Aal asy-Syaikh (wafat th. 1285 H) menyebutkan bahwa al-Hâfizh Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah mengatakan, "Barangsiapa yang datang dengan membawa tauhid (kepada Allâh), meskipun memiliki kesalahan sepenuh bumi, niscaya Allâh akan menemuinya dengan membawa ampunan sepenuh bumi pula"[3]

Maksudnya, hadits di atas menegaskan bahwa siapa yang bertauhid dengan sempurna, maka bisa mendapat ampunan dari dosa-dosanya meskipun dosa-dosa itu memenuhi bumi. Bukan hanya itu, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menegaskan bahwa orang yang sempurna tauhidnya, tidak akan diadzab oleh Allâh di akhirat.

Dalam hadits Mu'adz bin Jabal Radhiyallahu anhu tentang hak dan kewajiban hamba kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala , Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوا اللهَ وَلاَيُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئاً، وَحَقُّ الْعِباَدِ عَلَى اللهِ : أَنْ لاَ يُعَذِّبَ مَنْ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئاً. قُلْتُ: ياَرَسُوْلَ اللهِ، أَفَلاَ أُبَشِّر الناَّسَ؟ قَالَ : لاَتُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوْا. أخرجاه

Hak Allâh yang menjadi kewajiban para hamba ialah agar mereka beribadah kepada Allâh saja dan tidak mempersekutukan sesuatupun (syirik) dengan Allâh. Sedangkan hak hamba yang akan diperoleh dari Allâh ialah bahwa Allâh tidak akan mengadzab siapapun yang tidak mempersekutukan (syirik) sesuatu dengan Allâh." Aku (mu'adz) berkata, ‘Wahai Rasûlullâh, tidakkah kabar gembira ini aku sampaikan kepada orang banyak ?’ Beliau menjawab, "Jangan engkau kabarkan kepada mereka, sebab mereka akan bergantung (dengan mengatakan: yang penting tidak syirik-pen) [HR. Bukhari dan Muslim][4]

Hadits ini menunjukkan, orang yang sama sekali tidak berbuat syirik dalam beribadah kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala , ia tidak akan di adzab.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pula :

مَنْ قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَأَنَّ عِيْسَى عَبْدُ اللهِ وَابْنُ أَمَتِهِ، وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِنْهُ، وَأَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَأَنَّ النَّارَ حَقٌّ، أَدْخَلَهُ الله مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةِ شَاءَ(وفى رواية: أَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ). أخرجاه

Siapa yang berkata: Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allâh saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, juga bersaksi bahwa Isa adalah hamba Allâh dan anak hamba (perempuan) Allâh, ia adalah manusia yang dicipta dengan kalimat-Nya, lalu dimasukkan ke dalam diri Maryam, dan ia adalah ruh yang dicipta oleh Allâh. Juga bersaksi bahwa sorga adalah benar adanya, dan nerakapun benar adanya, maka Allâh pasti akan memasukannya ke dalam sorga, melalui pintu mana saja yang dia kehendaki dari pintu-pintunya yang delapan. (Dalam riwayat lain: maka Allâh pasti akan memasukannya ke dalam sorga, sesuai dengan amal perbuatan yang dilakukannya). [HR. Bukhari dan Muslim][5]

Masih banyak nash lain yang menceritakan kehebatan tauhid. Apa Rahasianya?
Di sini perlu dikaji beberapa hal di antaranya:

PENGERTIAN TAUHID
Tauhid ialah meng-Esakan Allâh Azza wa Jalla dengan hanya memberikan peribadatan kepada-Nya saja.[6] Artinya, agar orang beribadah (menyembah) hanya kepada Allâh Azza wa Jalla saja serta tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya (tidak syirik kepada-Nya). Dia beribadah hanya kepada Allâh Azza wa Jalla dengan mencurahkan kecintaan, pengagungan, harapan dan rasa cemas.[7]

Syaikh Muhammad bin Shâlih al-Utsaimîn rahimahullah menerangkan bahwa kata tauhid merupakan mashdar dari wahhada, yuwahhidu, artinya menjadikan sesuatu menjadi satu-satunya. Dan ini tidak akan terjadi kecuali dengan menggabungkan antara nafi (peniadaan) dan itsbât (penetapan). Meniadakan (peribadatan) dari selain yang di Esakan, serta menetapkan (peribadatan) hanya pada yang di Esakan.[8]

Sementara Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, "Tauhid yang di bawa Rasul Allâh sebagai ajarannya tidak lain berisi penetapan bahwa sifat Uluhiyah (berhak disembah) hanyalah milik Allâh Azza wa Jalla saja. Yaitu, ikrar bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allâh Azza wa Jalla , tidak ada yang boleh diibadahi kecuali Dia, tidak diserahkan sikap tawakal kecuali hanya kepada-Nya, tidak ada kecintaan kecuali karena-Nya, tidak dilakukan permusuhan kecuali karena-Nya dan tidak dilakukan amal perbuatan kecuali dalam rangka ridha-Nya. Dan itu semua mencakup penetapan nama-nama serta sifat-sifat-Nya sesuai dengan apa yang telah Dia tetapkannya sendiri bagi diriNya".[9]

Selanjutnya beliau rahimahullah mengatakan, "Bukanlah tauhid yang dimaksud sekedar Tauhid Rububiyah. Yaitu meyakini bahwa Allâh adalah pencipta alam semesta satu-satunya".[10]

Itulah hakikat tauhid yang menjadi intisari dakwah serta ajaran setiap Rasul Allâh, yaitu yang berisi dua hal pokok: Pertama, penolakan terhadap setiap sesembahan selain Allâh, dan kedua, penetapan bahwa sesembahan yang benar hanyalah Allâh Azza wa Jalla saja.

Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang Rasul pada setiap umat untuk menyeru kepada umat masing-masing, “Beribadahlah kalian kepada Allâh saja, dan jauhilah thaghut. [an-Nahl/16:36]

Dan banyak firman Allâh yang senada dengan ayat ini.

TUJUAN DICIPTAKANNYA MANUSIA
Adalah sangat naif dan dangkal jika orang berprasangka bahwa hidup di dunia ini hanyalah untuk tujuan dunia, untuk membangun dunia dengan segala gebyar serta teknologinya, dan untuk melakukan kebaikan-kebaikan duniawi hanya demi kebaikan serta kesejahteraan dunia.

Orang hidup pasti akan mati dan meninggalkan dunia fana ini menuju kehidupan lain. Dan pasti akan ada pertanggung jawaban dalam kehidupan lain itu. Karenanya Allâh Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan, bahwa hidup di dunia ini memiliki tujuan agung yang bukan sekedar hidup, kemudian mati, lalu selesai. Tujuan agung itu adalah peribadatan kepada Allâh Azza wa Jalla . Firman-Nya :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepadaKu. [adz-Dzariyât/51:56]

Ibadah yang dimaksud adalah ibadah murni yang tidak terkotori dengan peribadatan kepada selain Allâh Azza wa Jalla . Jika seseorang dalam peribadatannya melakukan perbuatan syirik, mempersekutukan makhluk dengan Allâh, maka pasti Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan murka dan tidak akan ridha.[11]

Di antara dalilnya ialah, firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala :

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا

Sesungguhnya Allâh tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersukutukan) kepadaNya, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa yang mempersekutukan Allâh, maka sungguh, dia telah mengadakan dosa yang sangat besar. [an-Nisâ'/4:48]

Juga firman-Nya :

إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Sesungguhnya (dosa) syirik (mempersekutukan Allâh), benar-benar merupakan kezaliman yang sangat besar. [Luqmân/31:13]

Demikian pula firman-Nya :

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا

Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah untuk Allâh, maka janganlah kamu memohon di dalamnya kepada siapapun, di samping kepada Allâh. [al-Jin/72:18]

Jadi, bagaimana mungkin Allâh Azza wa Jalla tidak murka jika Dia Yang Maha Perkasa dan Sempurna disejajarkan dengan makhluk-Nya yang serba lemah dan kurang. Karena itulah, larangan terbesar dalam Islam adalah syirik. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

Dan beribadahlah kepada Allâh dan janganlah mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun [An-Nisâ/4:36]

Demikian juga maksud diturunkannya kitab-kitab Allâh Azza wa Jalla serta diutusnya para rasul ialah agar para manusia beribadah hanya kepada Allâh Azza wa Jalla saja.[12] Dalilnya sangat banyak, di antaranya firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala :

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya, "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan aku". [Al-Anbiya’/21:25]

Nah, agar orang tidak kecewa kelak dalam kehidupan di alam lain, ia harus tunduk pada aturan yang ditetapkan oleh Penciptanya. Dan Penciptanya ini telah menunjuk utusan kepercayaan-Nya untuk menyampaikan risalah-Nya. Ia adalah Rasûlullâh, utusan-Nya.

BAGAIMANA CARA BERTAUHID?
Adalah jelas bahwa Islam dibangun berdasarkan pondasi tauhid.[13] Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

قُلْ إِنَّمَا يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya apa yang diwahyukan kepadaku ialah bahwasanya sesembahan kamu adalah sesembahan yang Esa, maka apakah kamu telah Islam (berserah diri) kepada-Nya"? [al-Anbiyâ'/21:108]

Maka agar keislaman seseorang itu benar dan diterima di sisi Allâh Azza wa Jalla , ia harus bertauhid dengan benar, yaitu hanya memberikan peribadatan kepada Allâh Azza wa Jalla dengan ikhlas dan tidak memberikan sedikitpun dari macam-macam ibadah kepada selain Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Tidak berdoa dan tidak memohon kepada selain Allâh Subhanahu wa Ta’ala , hal-hal yang hanya menjadi kekuasaan Allâh untuk memberinya; tidak kepada malaikat, tidak kepada Nabi, tidak kepada wali, tidak kepada 'orang pintar', tidak kepada pohon, batu, matahari, bulan, kuburan dan lain sebagainya.[14]

Jadi dalam bertauhid, orang harus menolak dan menyingkiri segala yang disembah selain Allâh Azza wa Jalla , dan hanya mengakui, menetapkan serta menjalankan bahwa peribadatan hanya merupakan hak Allâh saja, Pencipta alam semesta.

Bertauhid bukan sekedar mengikrarkan bahwa Allâh adalah satu-satunya Pencipta, Pemberi rizki, Pengatur serta Pemilik alam semesta. Sebab tauhid semacam ini telah diikrarkan pula oleh kaum musyrikin Arab pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.[15] Tetapi bertauhid harus direalisasikan dengan memberikan peribadatan hanya kepada Allâh Azza wa Jalla , permohonan, doa dan kegiatan-kegiatan lain yang semakna, hanya kepada Allâh saja.

Dengan demikian, agar tauhid berfungsi menghapus segala dosa dan menghalangi masuk neraka, maka seseorang harus memurnikan tauhidnya kepada Allâh Azza wa Jalla serta berupaya menyempurnakannya. Ia harus memenuhi syarat-syarat tauhid, baik dengan hati, lidah maupun anggauta badannya. Atau –minimal- dengan hati dan lidahnya pada saat meninggal dunia.[16]

Intinya, menyerahkan peribadatan, kehidupan dan kematian hanya kepada Allâh, meninggalkan segala bentuk kemusyrikan serta segala pintu yang dapat menjerumuskan ke dalam kemusyrikan, sebagaimana telah diterangkan dalam ayat-ayat atau hadits-hadits di atas.

Demikian secara sangat ringkas gambaran tentang kehebatan tauhid yang memiliki daya hapus luar biasa terhadap dosa-dosa. Karena itu mengapa orang tidak tertarik memanfaatkan kesempatan ini ? yaitu dengan bertaubat, kembali bertauhid serta memurnikan tauhidnya kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala ? Dan mengapa tidak takut kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala ?

Perlu disadari oleh setiap insan, bahwa kelak masing-masing akan datang sendiri dan mempertanggung jawabkan dirinya sendiri dihadapan Allâh yang Maha adil keputusan hukumNya.

وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا

Dan setiap orang dari mereka akan datang kepada Allâh sendiri-sendiri pada hari Kiamat. [Maryam/19:95]

REFERENSI
1. Fathul Bâri Syarh Shahîh al-Bukhâri
2. Shahîh Muslim Bisyarhi an-Nawawi, Tahqîq wa Takhrîj: 'Ishâm ash-Shababithiy Hazim Muhammad dan 'Imad 'Amir. Daar al-Hadits, Kairo, cet. III, 1419 H/1998 M
3. Shahîh Muslim Syarh an-Nawawi, Tahqiq : Khalail Ma'mun Syiha
4. Shahîh Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albâni, Maktabah al-Ma'ârif, Riyâdh, cet. I dari terbitan terbaru,
5. Dar'u Ta'ârudh al-'Aql wa an-Naql, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Tahqiq: Iyad bin Abdul Lathif bin Ibrahim al-Qaisy, Maktabah ar-Rusyd, cet.I, 1427 H/2006 M.
6. Fathul Majîd Syarh Kitâbit Tauhîd, Tahqiq: Dr. Al-Walid bin Abdur Rahman Aal Fariyyan, Dar 'Alam al-Fawa'id, cet. VI, 1420 H.
7. Taqrib at-Tadmuriyah, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, I'dad & takhrij: Sayyid Abbas bin Ali al-Julaimi, Maktabah as-Sunnah, Kairo, cet I, 1413 H/1992 M
8. Syarh Kasyfi asy-Syubuhat wa yalihi Syarh al-Ushul as-Sittah, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah, I'dad : Fahd bin Nashir as-Sulaiman, Dar ats-Tsurayya, cet. IV, 1426 H/2005 M
9. Syarh Tsalatsati al-Ushul, karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah, I'dad: Fahd bin Nashir as-Sulaiman, Daar ats-Tsurayya, cet. III, 1417 H/1997 M

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XV/1432H/2011. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Lihat Shahih Muslim Bisyarhi an-Nawawi, Tahqîq wa Takhrîj: 'Ishâm ash-Shababithiy, Hazim Muhammad dan 'Imad 'Amir. Dâr al-Hadîts, Kairo, cet. III, 1419 H/1998 M, IX/16, no. 2687. Atau Tahqiq : Khalil Ma'mun Syiha: XVIII/15, no. 6774
[2]. Lihat Shahîh Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albâni, Maktabah al-Ma'ârif, Riyâdh, cet. I dari terbitan terbaru, 1420 H/2000 M. III/455, no. 3540
[3]. Lihat Fathu al-Majîd Syarh Kitâb at-Tauhîd, Tahqiq: Dr. al-Walîd bin Abdurrahmân Aal Fariyyan, Dar 'Alam al-Fawâ'id, cet. VI, 1420 H. I/151
[4]. Lihat Fathul Bâri Syarh Shahîh al-Bukhâri I/226-227, no. 128, 129 dll, juga Shahîh Muslim Syarh an-Nawawi, Khalil Ma'mûn Syiha, I/177-178, no. 143
[5]. Lihat Fathul Bâri Syarh Shahîh al-Bukhâri VI/474, no. 3435 dan Shahîh Muslim Syarh an-Nawawi, Khalil Ma'mun Syiha, I/173-174, no. 139, 140.
[6]. Demikian Syaikh Muhammad bin Badul Wahhab memberikan definisi kaitannya dengan Tauhid Uluhiyah. Lihat Syarh Kasyfisy Syubuhat wa yalihi Syarh al-Ushulis Sittah, Syaikh Muhammad bin Shâlih al-Utsaimin t , I'dad : Fahd bin Nashir as-Sulaiman, Dar ats-Tsurayya, cet. IV, 1426 H/2005 M, hlm. 20, matan.
[7]. Ibid. Pada bagian penjelasan Syaikh Muhammad bin Shâlih al-Utsaimin t
[8]. Ibid. Syarah
[9]. Lihat Dar'u Ta'ârudh al-'Aql wa an-Naql, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Tahqiq: Iyad bin Abdul Lathif bin Ibrahim al-Qaisy, Maktabah ar-Rusyd, cet.I, 1427 H/2006 M. I/186
[10]. Ibid. hlm. 187
[11]. Lihat perkataan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab t dalam al-Ushûl ats Tsalâtsah. Dalam Syarh Tsalâtsati al-Ushûl, karya Syaikh Muhammad bin Shâlih al-Utsaimin trahimahullah, terdapat pada hlm. 33. I'dad: Fahd bin Nashir as-Sulaiman, Daar ats-Tsurayya, cet. III, 1417 H/1997 M
[12]. Lihat Taqrib at-Tadmuriyah, Syaikh Muhammad bin Shâlih al-Utsaimin, I'dad & takhrij: Sayyid Abbas bin Ali al-Julaimi, Maktabah as-Sunnah, Kairo, cet I, 1413 H/1992, hlm. 119
[13]. Ibid, hlm.110
[14]. Ibid. 112
[15]. Ibid. 110
[16]. Lihat Fathul Majîd Syarh Kitâbit Tauhîd, op.cit. I/151
sumber http://almanhaj.or.id/content/3660/slash/0/kehebatan-tauhid-menghapus-semua-dosa/

Friday, July 5, 2013

Salah Dalam Memahami Syirik

Syirik sudah kita pahami bersama adalah sejelek-jeleknya dosa. Namun sebagian orang keliru dalam memahami syirik, dikira syirik hanyalah bentuk penyembahan terhadap berhala atau meyakini ada pencipta selain Allah. Padahal syirik tidak terbatas pada itu saja.

Beberapa kekeliruan dalam memahami syirik: 

Pertama: Syirik dianggap hanyalah bentuk penyembahan terhadap berhala. Sedangkan bentuk beribadah pada wali, orang sholih atau pada kuburan, maka bukanlah syirik. Bentuk peribadahan yang ada hanyalah tawassul, meminta syafa’at atau semacam itu. Sehingga syirik hanyalah bentuk peribadahan pada berhala.

Bantahan: Bentuk peribadahan kepada berhala adalah di antara jenis syirik. Syirik adalah meminta pada selain Allah baik dari berhala maupun selainnya. Dan sesembahan orang musyrik bermacam-macam, tidak hanya berhala. Sesembahan mereka ada berupa berhala. Ada yang berupa matahari dan rembulan. Ada yang berupa setan, juga ada yang berupa pohon dan batu. Ada pula yang menyembah malaikat. Ada pula yang menyembah wali dan orang sholih. Jadi sekali lagi bukan hanya terbatas pada penyembahan pada berhala saja.
Dalil bahwasanya sesembahan orang musyrik bukan hanya berhala namun beraneka ragam, sebagaimana dalil berikut.
 
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan.” (QS. Fushshilat: 37).

Ini menunjukkan bahwa ada orang musyrik yang menyembah matahari dan rembulan.

Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai tuhan.” (QS. Ali Imran: 80).

Dalil yang disebut di sini menunjukkan bahwa ada orang musyrik yang menyembah malaikat dan nabi.

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?”. Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib”.”(QS. Al Maidah: 116).

Ini juga dalil bahwa Nabi juga ada yang disembah.

Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya.” (QS. Al Isro’: 57).

Orang sholih pun ada yang disembah dan ini termasuk kesyirikan.

Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al Lata dan al Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)” (QS. An Najm: 19-20).

Dalil ini juga menunjukkan pohon dan batu ada yang disembah.

Kedua: Yang dianggap syirik adalah jika meyakini bahwa ada pencipta selain Allah, ada yang memberi rizki selain Allah dan ada yang mengatur alam semesta selain Allah. Jadi dianggap seseorang disebut bertauhid jika meyakini bahwa tidak ada pencipta, pemberi rizki dan pengatur alam semesta selain Allah.

Bantahan: Keyakinan seperti ini benar. Namun seseorang disebut musyrik (berbuat syirik) di masa silam bukanlah karena keyakinan di atas. Mereka tidak disebut musyrik karena tidak meyakini perkara rububiyah di atas. Mereka sama sekali tidak meyakini bahwa berhala itu dapat mencipta, memberi rizki, dapat menghidupkan atau mematikan. Berhala-berhala tadi hanya dijadikan perantara dalam beribadah kepada Allah.

Allah Ta’ala berfirman,
Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah”.” (QS. Yunus: 18).

Orang-orang musyrik tidaklah mengatakan bahwa berhala-berhala tadi menciptakan mereka atau memberi rizki pada mereka, namun yang mereka yakini, berhala-berhala tersebut bisa memberikan syafa’at kepada mereka di sisi Allah dan menjadi perantara pada Allah. Ini adalah keyakinan sesat, yaitu hanya membatasi syirik pada tauhid rububiyah saja ketika tidak meyakini Allah sebagai pencipta dan pemberi rizki. Bahkan sejelek-jelek syirik adalah syirik dalam hal uluhiyah yaitu memalingkan satu jenis ibadah kepada selain Allah. Inilah syirik yang telah diperingatkan dengan keras dan menjadi misi utama para rasul diutus, serta menjadi sebab disyari’atkannya jihad. Sedangkan keyakinan bahwa berhala itu bisa mencipta dan memberi rizki hampir-hampir jarang ditemui, yang diyakini adalah berhala-berhala tadi dijadikan perantara dan pemberi syafa’at di sisi Allah.

Ketiga: Yang disebut syirik adalah dalam tauhid hakimiyah yaitu ketika tidak berhukum dengan hukum Allah.

Bantahan: Ini memang di antara jenis syirik karena pensyariatan hukum hanya menjadi wewenang Allah. Namun syirik bukan hanya dibatasi dalam hal ini. Bahkan syirik lebih umum dari itu. Syirik terdapat dalam do’a, tumbal sembelihan pada selain Allah, nadzar pada selain Allah, dan istighotsah pada selain Allah. Jika dikhususkan pada tauhid hakimiyah saja, maka itu keliru.

Jadi, Syirik adalah …

Jika kita merenungkan Al Qur’an yang disebut syirik adalah memalingkan ibadah pada selain Allah. Dalilnya sebagaimana dalam beberapa ayat berikut,

Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah”.” (QS. Yunus: 18).
Katakanlah: ” Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi” (QS. Saba’: 22). Dalil ini menunjukkan syirik dalam do’a karena dipalingkannya do’a pada selain Allah.

Dalil berikut pula menunjukkan bahwa tumbal sembelihan hanya boleh untuk Allah,
Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah” (QS. Al Kautsar: 2)

Katakanlah: sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”.” (QS. Al An’am: 162-163).

Sembelihan dan shalat kepada selain Allah termasuk syirik dan syirik itu sendiri beraneka ragam macamnya.

Kaedah yang benar dalam memahami syirik:
Syirik adalah memalingkan salah satu ibadah kepada selain Allah. Orang yang memalingkannya disebut musyrik.*

Bahaya Syirik :
Syirik merupakan dosa besar yang paling besar. Abdullah bin Mas’ud rodhiyallohu ta’ala ‘anhu berkata: Aku pernah bertanya kepada Rosululloh , “Dosa apakah yang paling besar di sisi Alloh?” Beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau menjadikan sekutu bagi Alloh, padahal Dialah yang telah menciptakanmu.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Maka sudah selayaknya bagi kita untuk berhati-hati jangan sampai ibadah kita tercampuri dengan kesyirikan sedikit pun, dengan jalan mempelajari ilmu agama yang benar agar kita mengetahui mana yang termasuk syirik dan mana yang bukan syirik. Hendaklah kita merasa takut terjerumus ke dalam kesyirikan, karena samarnya permasalahan ini sebagaimana sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Wahai umat manusia, takutlah kalian terhadap kesyirikan, karena syirik itu lebih samar dari (jejak) langkah semut.” (HR. Ahmad)

Syirik Menggugurkan Seluruh Amal

Orang yang dalam hidupnya banyak melakukan amal sholeh seperti sholat, puasa, shodaqoh dan lainnya, namun apabila dalam hidupnya ia berbuat syirik akbar dan belum bertaubat sebelum matinya, maka seluruh amalnya akan terhapus. Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan jika seandainya mereka menyekutukan Alloh, maka sungguh akan hapuslah amal yang telah mereka kerjakan.” (Al- An’am: 88)

Begitu besarnya urusan ini, hingga Alloh Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu Jika kamu mempersekutukan Alloh, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Az Zumar: 65). Para Nabi saja yang begitu banyak amalan mereka diperingatkan oleh Alloh terhadap bahaya syirik, yang apabila menimpa pada diri mereka maka akan menghapuskan seluruh amalnya, lalu bagaimana dengan kita? Apakah kita merasa aman dari bahaya kesyirikan?

Oleh karena itu beruntunglah orang-orang yang menyibukkan diri dalam mempelajari masalah tauhid (lawan dari syirik) dan syirik agar bisa terhindar sejauh-jauhnya, serta merugilah orang-orang yang menyibukkan dirinya dalam masalah-masalah yang lain atau bahkan menghalang-halangi dakwah tauhid!!

Pelaku Syirik Akbar Kekal di Neraka dan Dosanya Tidak Akan Diampuni Oleh Alloh Ta’ala

Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia akan mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang Dia kehendaki.” (An-Nisa’: 48). Juga firman-Nya yang artinya, “Barangsiapa yang mensekutukan Alloh, pasti Alloh haramkan atasnya untuk masuk surga. Dan tempatnya adalah di neraka. Dan tidak ada bagi orang yang dhalim ini seorang penolongpun.” (Al-Ma’idah: 72).

Orang Musyrik Haram Dinikahi

Hal ini berdasarkan firman Alloh yang artinya, “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Alloh mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Alloh menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (Al-Baqarah: 221)

Sembelihan Orang-Orang Musyrik Haram Dimakan

Alloh Ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Alloh ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.” (Al-An’am: 121)

Begitu besarnya bahaya syirik, maka sudah selayaknya bagi setiap orang untuk takut terjerumus dalam dosa ini yang akan menyebabkan ia merugi di dunia dan di akhirat. Bagaimana mungkin kita tidak takut padahal Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam saja takut terhadap masalah ini? Sampai-sampai beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam berdoa supaya dijauhkan dari perbuatan syirik. Beliau mengajarkan sebuah do’a yang artinya, “Ya Alloh, aku berlindung kepada-Mu dari mempersekutukan-Mu padahal aku mengetahui bahwa itu syirik. Dan ampunilah aku terhadap dosa yang tidak aku ketahui.” (HR. Ahmad)

Semoga Alloh Ta’ala menjaga kita semua dari kesyirikan. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita shollallohu ‘alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.(**(
Wallahu waliyyut taufiq. 

(*) Dikembangkan dari tulisan Syaikhuna -guru kami- Dr. Sholih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan -hafizhohullah- dalam kitab “Durus fii Syarh Nawaqidhil Islam”, terbitan Maktabah Ar Rusyd, tahun 1425 H, hal. 41-43.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Sumber : Muslim.Or.id
(**) Penulis : Ibnu Ali Sutopo Yuwono
Sumber : www.muslim.or.id