Dari Mahmud bin Labid, bahwa Nabi saw bersabda:
“Yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah apa itu syirik kecil?” Beliau menjawab, “Riya’ (Pamer). Allah Ta’ala berfirman kepada mereka pada hari Dia membalas para hamba, sesuai perbuatan-perbuatan mereka, ‘Pergilah kalian kepada orang-orang yang kalian berbuat riya, untuk mereka sewaktu di dunia. Lalu lihatlah, apakah kalian dapati kebaikan ada pada mereka.” (Hadis Sahih. HR. Ahmad (5/428); Al-Baihaqi di dalam Asy-Syu’ab (6831): Al-Baghawi di dalam Syarh As-Sunan (7/430).[1]
Imam Abu Al-Laits As-Samarqandi bekata:
Hal ini dikatakan kepada mereka, karena amal mereka di dunia dalam
bentuk tipuan (kepalsuan), maka di akhirat pun mereka diperlakukan
dengan bentuk tipuan, sebagaimana firman Allah Ta’ala; “Sesungguhnya
orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan
meeka.” (QS. An-Nisaa, 4: 142). Maksudnya Dia membalas mereka dengan
balasan tipuan sehingga menggugurkan amal-amal mereka. Allah juga
berfirman kepada mereka; “Pergilah kalian kepada orang-orang yang
menjadi tujuan kalian beramal, sesungguhnya di sisi-Ku tidak ada pahala
untuk amal-amal kalian, karena amal-amal itu tidak murni untuk meraih
ridha Allah Ta’ala.” Yang menyebabkan seorang hamba meraih pahala
adalah jika amalnya ikhlas untuk meraih ridha Allah. Jika amalnya
dilakukan untuk selain-Nya diserta syirik, maka Allah belepas diri dari
amal tersebut.[2]
Dari Abu Huraiah, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Allah
Ta’ala akan berfirman, ‘Aku paling tidak membutuhkan persekutuan, Aku
tidak membutuhkan amal yang di dalamnya terdapat persekutuan pada
selain-Ku. Barangsiapa yang melakukan suatu amal yang mempesekutukan
diri-Ku dengan yang lain, maka Aku berlepas diri dari amal itu.” (Hadis
Sahih HR. Ibnu Majah (4202) hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim
dalam Sahihnya (4/2985).
Riya adalah beramal dengan niat dan
tujuan untuk dipuji oleh manusia. Dia berniat supaya diagungkan oleh
manusia. Dia beniat supaya namanya terus disebut-sebut bahwa ia adalah
ustadz, ia adalah seorang alim. Ia adalah orang yang rajin beribadah dan
beramal shaleh. Ia adalah orang dermawan. Ia adalah orang yang pandai.
Ia adalah pahlawan Islam. Jika seseorang beramal kepada Allah dengan
tujuan dan niat sebagaimana dimaksud di atas serta yang sejenisnya, maka
ia termasuk orang yang riya. Maka kelak di Yaumil Mahsar, dia akan
menjadi orang yang terusir lagi terhina.
Sesungguhnya, amalan shaleh itu hanya
ditujukan kepada Allah Ta’ala. Diniatkan untuk mendapat keridhaan Allah
Ta’ala. Semata-mata amal itu dilakukan karena Allah Ta’ala. Tidak boleh
ada niat lain dalam ibadah. Ada salah satu ayat yang selalu kita baca
ulang-ulang, yakni: “Hanya Engkau-lah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah, 1 : 5).
Ayat ini menyangkut dengan ketahuidan.
Kita mengungkapkan peribadatan hanya kepada Allah Ta’ala. Dan tidak
menyekutukan-Nya. Perkara riya termasuk dalam perkara tauhid, maka itu
Rasulullah saw menyebutnya sebagai syirik kecil. Sedangkan orang yang
berbuat syirik pasti dicampakkan ke dalam Jahannam—aku dan keluargaku
belindung kepada Allah darinya—Dan segala puja dan puji hanya kepada
Allah Ta’ala, yang telah mengajarkan hamba-Nya baca tulis melalui
perantara Qalam. Demikian.
[1] Hadis Dikutib Dari Kitab Tanbih Al-Ghafilin Imam As-Samarqandi, Hadis Nomor 2, pembahasan Ikhlas, hal. 10.
Short URL: http://www.kabarsyariah.com/?p=19
No comments:
Post a Comment