Produsen minyak goreng asal Arab Saudi, Pacific Interlink, siap
menambah kapasitas produksinya di Indonesia dari semula 30 ton per bulan
menjadi 50 ton per bulan pada tahun depan. Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, Deddy Saleh,
menyatakan kenaikan produksi itu untuk merespon semakin besarnya
permintaan ekspor perusahaan tersebut.
Dia
menyebutkan, selama ini tujuan pasar Pacific Interlink adalah pasar
ekspor, yakni negara-negara Timur Tengah dan Afrika, antara lain Saudi
Arabia, Irak, dan Angola. "Sebelumnya, negara-negara tersebut biasa
mengkonsumsi minyak makan dari kedelai dan bunga matahari," kata dia.
Namun, dengan upaya promosi akhirnya masyarakat di ketiga negara itu
sudah mulai banyak menggunakan minyak makan dari kelapa sawit.
Perusahaan
asal Arab itu juga memberikan apresiasi pada perubahan aturan bea
keluar kelapa sawit yang baru dirilis pemerintah. "Sebab, pada aturan
baru, minyak goreng kemasan bermerek dengan kemasan 20 kilogram
diturunkan dari maksimum 15 persen menjadi hanya 6 persen," kata dia.
Meski
begitu, Pacific Interlink berharap agar standar kemasan minyak goreng
kemasan yang diatur dalam peraturan pemerintah diubah. "Sebab, pasar
ekspor mereka terbiasa dengan minyak goreng dengan ukuran kemasan 25
kilogram," ujarnya.
Deddy
juga menegaskan tidak mungkin ada perubahan aturan lagi terkait bea
keluar CPO itu dalam waktu dekat. “Tapi usulan mereka (para pengusaha)
perlu dipertimbangkan," kata Deddy.TEMPO Interaktif, Jakarta
-
No comments:
Post a Comment