Jakarta
- Pemerintah Saudi telah membuat terobosan baru bagi penderita tuna
rungu dan tuna wicara agar mereka merasakan kenyamanan dan kemudahan
dalam menjalani ibadah. Di masjid Nabawi, orang-orang yang menderita
tuna wicara maupun tuna rungu dapat menerima informasi dalam setiap
khutbah Jumat melalui bahasa isyarat yang disampaikan sejumlah ahli
bahasa isyarat. Keistimewaan ini hanya dapat dijumpai di tempat-tempat
tertentu.
Sebelum terobosan ini dibuat pemerintah Saudi, penderita tuna rungu dan tuna wicara hanya duduk pasif mengikuti khutbah Jumat tanpa mengerti isi materi yang disampaikan. Mereka tidak memperoleh manfaat dari mengikuti khotbah karena disampaikan dalam bahasa yang tidak mereka pahami.
"Ketika orang tuna rungu dan tuna wicara datang ke masjid suci, mereka hanya duduk pasif tanpa menerima informasi sedikitpun, tapi sekarang mereka mendapatkan manfaat dari pengalamannya berada di masjid. Sebelumnya, beberapa tuna rungu dan tuna wicara tidak melihat manfaat dari mengikuti khutbah Jumat, sementara lainnya enggan datang ke masjid karena malas. Tetapi sekarang mereka memiliki tempat tersendiri di dalam masjid dan sama seperti jamaah lain," ujar Khalid al-Thakir, seorang penerjemah bahasa isyarat, sebagaimana dilansir Al Arabiyanews.com, Jumat (10/8/2012).
Penderita tuna rungu dan tuna wicara secara tidak sengaja terdiskriminasi dalam setiap khutbah Jumat maupun khutbah lainnya karena masalah bahasa. Dalam hal ini, masjid Nabawi memberikan terobosan baru yang bermanfaat bagi penyandang cacat dan dapat diterapkan secara lokal maupun global.
Sebelum terobosan ini dibuat pemerintah Saudi, penderita tuna rungu dan tuna wicara hanya duduk pasif mengikuti khutbah Jumat tanpa mengerti isi materi yang disampaikan. Mereka tidak memperoleh manfaat dari mengikuti khotbah karena disampaikan dalam bahasa yang tidak mereka pahami.
"Ketika orang tuna rungu dan tuna wicara datang ke masjid suci, mereka hanya duduk pasif tanpa menerima informasi sedikitpun, tapi sekarang mereka mendapatkan manfaat dari pengalamannya berada di masjid. Sebelumnya, beberapa tuna rungu dan tuna wicara tidak melihat manfaat dari mengikuti khutbah Jumat, sementara lainnya enggan datang ke masjid karena malas. Tetapi sekarang mereka memiliki tempat tersendiri di dalam masjid dan sama seperti jamaah lain," ujar Khalid al-Thakir, seorang penerjemah bahasa isyarat, sebagaimana dilansir Al Arabiyanews.com, Jumat (10/8/2012).
Penderita tuna rungu dan tuna wicara secara tidak sengaja terdiskriminasi dalam setiap khutbah Jumat maupun khutbah lainnya karena masalah bahasa. Dalam hal ini, masjid Nabawi memberikan terobosan baru yang bermanfaat bagi penyandang cacat dan dapat diterapkan secara lokal maupun global.
( rmd / rmd )ramadan.detik.com
No comments:
Post a Comment