Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Saud al-Faisal |
Pemerintah Arab Saudi tengah menggodok
pembentukan Serikat Teluk untuk menyatukan wilayah dan meningkatkan
kerja sama negara-negara Arab di teluk Persia. Langkah ini ditentang
oleh negara tetangga Iran yang mengatakan bahwa rencana ini akan memecah
belah kawasan, terutama memperpanas konflik sektarian di Bahrain.
Diberitakan Reuters, Selasa 15 Mei 2012, belum ada konsensus di antara enam negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) terkait pembentukan serikat ini pada pertemuan di Riyadh, Arab Saudi, Senin waktu setempat. Namun, Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Saud al-Faisal, optimis suara bulat akan tercapai pada pertemuan Desember mendatang di Bahrain.
"Para pemimpin GCC telah setuju untuk melanjutkan studi yang hasilnya akan ditampilkan pada pertemuan mendatang. Masalah ini memerlukan waktu, tujuannya agar negara-negara bergabung, tidak hanya dua atau tiga, saya harap seluruhnya, enam negara Teluk, dapat bersatu," kata Saud.
Rencananya, Serikat Teluk akan menggantikan GCC yang telah dibentuk sejak tahun 1981. Beranggotakan enam negara, yaitu Arab Saudi, Kuwait, Bahrain, Oman, Qatar dan Uni Emirat Arab, GCC dibentuk untuk menandingi pengaruh Iran dan Irak kala itu.
Serikat Teluk yang dimotori Arab Saudi bertujuan untuk menyatukan kawasan dan meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi, politik dan keamanan. Model kerjanya diperkirakan akan serupa dengan organisasi Uni Eropa. Serikat ini nantinya akan bermarkas di Riyadh, menggantikan sekretariat GCC.
Beberapa negara-negara GCC, di antaranya Kuwait, Qatar dan Oman, dilansir The New York Times, belum memperlihatkan keinginan mereka untuk membentuk serikat. Uni Emirat Arab dan Oman dalam pertemuan tersebut dilaporkan belum menyetujui rencana mata uang tunggal yang akan diatur oleh bank sentral Teluk di Riyadh.
Penentangan juga datang dari negara tetangga yang bukan anggota GCC, Iran. Parlemen Iran mengatakan bahwa Arab Saudi mencoba memperkuat pengaruh mereka di kawasan, dengan menyuntikkan bantuan dana dan keamanan. Jika serikat dibangun, kata Iran, Saudi akan semakin mencampuri urusan keamanan Bahrain, di tengah demonstran kaum Syiah kepada pemerintahan Sunni.
Diberitakan Reuters, Selasa 15 Mei 2012, belum ada konsensus di antara enam negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) terkait pembentukan serikat ini pada pertemuan di Riyadh, Arab Saudi, Senin waktu setempat. Namun, Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Saud al-Faisal, optimis suara bulat akan tercapai pada pertemuan Desember mendatang di Bahrain.
"Para pemimpin GCC telah setuju untuk melanjutkan studi yang hasilnya akan ditampilkan pada pertemuan mendatang. Masalah ini memerlukan waktu, tujuannya agar negara-negara bergabung, tidak hanya dua atau tiga, saya harap seluruhnya, enam negara Teluk, dapat bersatu," kata Saud.
Rencananya, Serikat Teluk akan menggantikan GCC yang telah dibentuk sejak tahun 1981. Beranggotakan enam negara, yaitu Arab Saudi, Kuwait, Bahrain, Oman, Qatar dan Uni Emirat Arab, GCC dibentuk untuk menandingi pengaruh Iran dan Irak kala itu.
Serikat Teluk yang dimotori Arab Saudi bertujuan untuk menyatukan kawasan dan meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi, politik dan keamanan. Model kerjanya diperkirakan akan serupa dengan organisasi Uni Eropa. Serikat ini nantinya akan bermarkas di Riyadh, menggantikan sekretariat GCC.
Beberapa negara-negara GCC, di antaranya Kuwait, Qatar dan Oman, dilansir The New York Times, belum memperlihatkan keinginan mereka untuk membentuk serikat. Uni Emirat Arab dan Oman dalam pertemuan tersebut dilaporkan belum menyetujui rencana mata uang tunggal yang akan diatur oleh bank sentral Teluk di Riyadh.
Penentangan juga datang dari negara tetangga yang bukan anggota GCC, Iran. Parlemen Iran mengatakan bahwa Arab Saudi mencoba memperkuat pengaruh mereka di kawasan, dengan menyuntikkan bantuan dana dan keamanan. Jika serikat dibangun, kata Iran, Saudi akan semakin mencampuri urusan keamanan Bahrain, di tengah demonstran kaum Syiah kepada pemerintahan Sunni.
Sebelumnya, Arab Saudi menurunkan pasukannya ke wilayah Bahrain untuk
membantu mengamankan demonstrasi pada pergolakan tahun lalu. "Arab
Saudi dan pemimpin Bahrain tahu betul bahwa langkah bodoh itu akan
membuat rakyat Bahrain semakin bersatu melawan pemerintah," kata
pernyataan parlemen Iran yang beranggotakan 190 dewan, Senin.
Pernyataan Iran ini ditanggapi santai oleh Menlu Saudi. "Ancaman dari Iran tidak bisa diterima. Jika serikat ini terbentuk, Iran tidak boleh ikut campur," kata Saud.VIVAnews -
Pernyataan Iran ini ditanggapi santai oleh Menlu Saudi. "Ancaman dari Iran tidak bisa diterima. Jika serikat ini terbentuk, Iran tidak boleh ikut campur," kata Saud.VIVAnews -
No comments:
Post a Comment