أَلَا أُخۡبِرُكَ بِرَأۡسِ الۡأَمۡرِ كُلِّهِ وَعَمُودِهِ وَذِرۡوَةِ سَنَامِهِ؟ قُلۡتُ: بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ: رَأۡسُ الۡأَمۡرِ الۡإِسۡلَامُ، وَعَمُودُهُ الصَّلَاةُ، وَذِرۡوَةُ سَنَامِهِ الۡجِهَادُ
"Maukah kuberitahukan padamu pokok amal, tiang, serta puncaknya?" Mu'adz menjawab, "Mau, ya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Beliau bersabda, "Pokok amal adalah Islam dan tiang-tiangnya adalah sholat, dan puncaknya adalah jihad." (HR Tirmidzi nomor 2616)
Tidak
diragukan lagi bahwa jihad adalah amalan yang tertinggi, puncak
ketinggian Islam. Jihad adalah salah satu prinsip dari prinsip-prinsip
aqidah al Islamiyyah. Dengan berjihad berarti menjadikan agama
seluruhnya untuk Allah, mencegah kezholiman dan menegakkan yang haq,
memelihara kemuliaan kaum muslimin dan menolong kaum mustadh'afin. Allah
berfirman,
وَقَـٰتِلُوهُمۡ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتۡنَةٌ وَيَكُونَ ٱلدِّينُ كُلُّهُۥ لِلهِ
"Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah." (QS Al Anfaal: 39).
Sebaliknya
dengan berjihad juga berarti menghinakan musuh-musuh Allah, mencegah
kejahatannya, menjaga kehormatan kaum muslimin, dan menghancurkan kaum
kafirin. Allah berfirman,
قَـٰتِلُوا۟ ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِٱللهِ وَلَا بِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡءَاخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ ٱللهُ وَرَسُولُهُۥ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ ٱلۡحَقِّ
"Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak pula kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar." (QS At Taubah: 29).
Jihad adalah
jalannya para salafush sholih dalam rangka menghadang permusuhan kaum
kuffar, munafiqin, dan mulhidin, serta seluruh musuh-musuh agama. Di
samping itu mereka juga berjihad dengan tujuan memperbaiki keadaan kaum
muslimin dalam hal aqidahnya, akhlaqnya, adabnya, dan seluruh
urusan-urusan agamanya dan dunianya serta mentarbiyah ilmu dan amalnya.
Sebagai seorang muslim tentunya kita meyakini dalam hati bahwa pertolongan adalah janji bagi ahli iman. Allah berfirman,
وَكَانَ حَقًّا عَلَيۡنَا نَصۡرُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
"Dan kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman." (QS Ar Ruum: 47).Kita juga meyakini bahwa Allah pasti menolong hamba-hamba-Nya yang menjadi penolong agama-Nya. Allah berfirman,
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَنصُرُوا۟ ٱللهَ يَنصُرۡكُمۡ وَيُثَبِّتۡ أَقۡدَامَكُمۡ
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS Muhammad: 7).Itulah janji Allah dan Allah tidak akan menyelisihi janji-Nya. Allah berfirman,
وَمَنۡ أَوۡفَىٰ بِعَهۡدِهِۦ مِنَ ٱللهِ
"Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain daripada Allah?" (QS At Taubah: 111).Dengan demikian menjadi kewajiban atas setiap muslim ialah mengetahui apa yang mesti dilakukan dalam rangka mengambil sebab yang dengan itu akan membuahkan pertolongan Allah -dengan keyakinan bahwa kemenangan dan pertolongan Allah hanya akan diraih oleh orang-orang yang ahli untuk menerimanya-.
Para pembaca -rahimakumullah-,
pertolongan Allah tidak akan turun dengan kita hanya berkoar-koar di
atas mimbar, menghitung-hitung kekuatan musuh. Pertolongan Allah tidak
akan datang dengan hanya mengumpulkan jumlah orang banyak dengan
bermacam-macam latar belakang aqidah dan pemahaman. Kemenangan dan
pertolongan Allah akan sangat jauh bila menuruti caranya orang-orang
bodoh dengan berdemonstrasi di jalan-jalan, lebih-lebih berdemonstrasi
sebagai upaya menegakkan syariat Islam!!! Mengharapkan pertolongan Allah
bukanlah dengan cara berkhayal dan berangan-angan semata, bukan pula
hanya dengan semangat yang hampa. Allah berfirman,
لَّيۡسَ بِأَمَانِيِّكُمۡ وَلَآ أَمَانِىِّ أَهۡلِ ٱلۡكِتَـٰبِ ۗ مَن يَعۡمَلۡ سُوٓءًا يُجۡزَ بِهِۦ وَلَا يَجِدۡ لَهُۥ مِن دُونِ ٱللهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
"(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak pula menurut angan-angan ahli kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak pula penolong baginya selain dari Allah." (QS An Nisaa: 123).
Para pembaca
-yang semoga dirahmati Allah-, ketahuilah bahwa persiapan yang paling
besar bagi orang-orang yang beriman dalam rangka membangun kekuatan atas
musuh-musuhnya ialah hendaknya berhubungan dengan Allah melalui tauhid,
kecintaan, pengharapan, takut, dan senantiasa kembali padanya, serta
khusyu' dan tawakkal. Selalu berada di sisi-Nya dan mencukupkan dari
selain-Nya. Allah berfirman,
Mereka adalah para ahli tauhid yang murni yang Allah telah menjanjikan atas mereka kemenangan, keamanan, dan khilafah. Allah berfirman,
Apakah kita kaum muslimin telah benar-benar memperhatikan syarat yang agung ini: "... menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku"? Inilah yang mesti diketahui dan ditegakkan oleh orang-orang yang mempunyai kedua penglihatan.
وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لِرُسُلِهِمۡ لَنُخۡرِجَنَّكُم مِّنۡ أَرۡضِنَآ أَوۡ لَتَعُودُنَّ فِى مِلَّتِنَا ۖ فَأَوۡحَىٰٓ إِلَيۡهِمۡ رَبُّهُمۡ لَنُهۡلِكَنَّ ٱلظَّـٰلِمِينَ. وَلَنُسۡكِنَنَّكُمُ ٱلۡأَرۡضَ مِنۢ بَعۡدِهِمۡ ۚ ذٰلِكَ لِمَنۡ خَافَ مَقَامِى وَخَافَ وَعِيدِ
"Orang-orang kafir berkata kepada rasul-rasul mereka: Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada agama kami. Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka: Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zholim itu dan Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu adalah untuk orang-orang yang takut akan menghadap kehadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku." (QS Ibrohim: 13-14).
Mereka adalah para ahli tauhid yang murni yang Allah telah menjanjikan atas mereka kemenangan, keamanan, dan khilafah. Allah berfirman,
وَعَدَ ٱللهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمۡ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِى ٱلۡأَرۡضِ كَمَا ٱسۡتَخۡلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمۡ دِينَهُمُ ٱلَّذِى ٱرۡتَضَىٰ لَهُمۡ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعۡدِ خَوۡفِهِمۡ أَمۡنًا ۚ يَعۡبُدُونَنِى لَا يُشۡرِكُونَ بِى شَيۡـًٔا
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa, mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku." (QS An Nuur: 55).
Apakah kita kaum muslimin telah benar-benar memperhatikan syarat yang agung ini: "... menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku"? Inilah yang mesti diketahui dan ditegakkan oleh orang-orang yang mempunyai kedua penglihatan.
Ingatlah! Tatkala sekelompok kaum mu'minin dari para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
keluar menuju perang Hunain di mana sebagiannya mereka baru masuk
Islam. Ketika sampai di sebuah pohon yang disebut Dzaatu Anwaath, mereka
melihat kaum musyrikin menggantungkan senjata-senjatanya pada pohon itu
dalam rangka meminta berkah. Mereka berkata, "Wahai Rasulullah,
buatkanlah untuk kami Dzaatu Anwaath seperti halnya mereka." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab, "Allahu Akbar!", dalam riwayat lain, "Subhanallah! Demi Dzat
yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh kalian telah mengatakan seperti
perkataan kaum Musa padanya (Musa 'alaihis salam): Buatlah untuk
kami sebuah tuhan (berhala), sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan
(berhala)." (QS Al A'raaf: 138), (HR Ahmad).
Perhatikanlah hadits ini dimana keislaman mereka yang masih baru tidak menghalangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
untuk mengingkarinya dari satu kalimat yang akan menjerumuskan kepada
kesyirikan. Jumlah mereka yang banyak, rapi siap untuk bertempur
memerangi orang-orang kafir tidak menghalangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
untuk mencegah / meluruskan kesalahan mereka yang sifatnya aqidah. Jadi
sama sekali tidak boleh mengesampingkan haq Allah untuk diibadahi
dengan tauhid karena ini syarat yang paling agung. Jika tidak maka akan
lenyaplah jihad itu.
Semoga para
pembaca masih ingat, bagaimana kaum muslimin mendapatkan kemenangan yang
gemilang atas kaum Tartar setelah mereka memperbaiki aqidahnya dan
membuktikan tauhidnya kepada Allah 'azza wa jalla. Berkata Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah, "Dan ketika kaum muslimin mulai memperbaiki
urusan-urusannya, benar dalam beristighotsah kepada Rabbnya, maka mereka
mendapatkan kemenangan atas musuh-musuhnya dengan kemenangan yang
mulia. Sebaliknya, kaum Tartar mengalami kekalahan dengan kekalahan yang
tak pernah mereka alami sebelumnya. Ketika pembuktian tauhid yang benar
kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya, sesungguhnya Allah akan
menolong Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia
dan pada hari didatangkannya saksi-saksi." Ini menunjukkan bahwa
pertolongan dan kemenangan di muka bumi tidak akan dapat diraih kecuali
setelah menancapkan agama yang benar di dalam jiwa. Dan Allah
berfirman,
Dan Allah juga berfirman,
وَقَالَ ٱللهُ إِنِّى مَعَكُمۡ ۖ لَئِنۡ أَقَمۡتُمُ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَيۡتُمُ ٱلزَّكَوٰةَ وَءَامَنتُم بِرُسُلِى وَعَزَّرۡتُمُوهُمۡ وَأَقۡرَضۡتُمُ ٱللهَ قَرۡضًا حَسَنًا
"Sesungguhnya Aku beserta kamu. Sesungguhnya jika kamu mendirikan sholat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik." (QS Al Maidah: 12).
Dan Allah juga berfirman,
إِنَّ ٱللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمۡ ۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللهُ بِقَوۡمٍ سُوٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ
"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaannya yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS Ar Ra'd: 11).
Alangkah
baiknya jika penulis menukil wasiatnya Umar ibnu Abdil Aziz, sebagaimana
diriwayatkan oleh Al Imam Abu Nu'aim dalam Al Hilyah (5/303) dari jalan
Ibnul Mubarok dari Maslamah ibnu Abi Bakroh dari seorang laki-laki dari
Quraisy, bahwa Umar ibnu Abdil Aziz berwasiat kepada sebagian
pekerjanya, "Hendaklah engkau bertaqwa kepada Allah di tempat mana saja
Engkau berada. Sesungguhnya taqwa kepada Allah adalah persiapan yang
paling baik, makar yang paling sempurna, dan kekuatan yang paling
dahsyat. Dan janganlah karena kebencian musuhmu kepadamu menjadikanmu
dan orang-orang yang bersamamu menjadi lebih perhatian padanya daripada
maksiat-maksiat kepada Allah. Sesungguhnya yang paling Aku takutkan atas
manusia adalah dosa-dosanya daripada makar-makar musuhnya. Karena kita
membenci musuh-musuh dan menang atas mereka disebabkan karena
kemaksiatan-kemaksiatan mereka, jika bukan karena itu kita tak punya
kekuatan karena jumlah mereka tak seperti jumlah kita, kekuatan mereka
tak seperti kekuatan kita. Jika kita tidak dimenangkan atas mereka
karena kebencian kita, kita takkan dapat mengalahkan mereka dengan
kekuatan kita.
Dan
janganlah karena permusuhan seseorang dari manusia menjadikan kalian
lebih perhatian padanya daripada dosa-dosa kalian. Ketahuilah bahwa
bersama kalian para malaikat Allah yang menjaga kalian, mengetahui apa
yang kalian lakukan di rumah-rumah dan di perjalanan kalian, maka
malulah dari mereka, perbaikilah kebersamaan kalian dengan mereka,
janganlah kalian sakiti mereka dengan maksiat-maksiat kepada Allah
sedang kalian mengira bahwa kalian fi sabilillah.
Janganlah
kalian katakan bahwa musuh-musuh kita lebih jelek keadaannya daripada
kita dan mereka takkan pernah menang atas kita sekalipun kita banyak
dosa. Berapa banyak kaum yang dihinakan dengan sesuatu yang lebih jelek
dari musuh-musuhnya karena dosa-dosanya. Mintalah kalian pertolongan
kepada Allah atas diri-diri kalian, sebagaimana kalian minta pertolongan
pada-Nya atas musuh-musuh kalian. Kita memohon yang demikian untuk kita
dan kalian..."
Demikianlah
sebagian dari wasiatnya Umar ibnu Abdil Aziz yang memacu kita kaum
muslimin untuk senantiasa bermuhasabah atas diri-diri kita. Dan di akhir
tulisan ini penulis ingin mengingatkan kembali bahwa Allah subhanahu wa ta'ala menggantungkan pertolongan-Nya atas taqwa, sabar, dan perbaikan hubungan dengan-Nya melalui tauhid. Allah berfirman,
وَإِن تَصۡبِرُوا۟ وَتَتَّقُوا۟ لَا يَضُرُّكُمۡ كَيۡدُهُمۡ شَيۡـًٔا
"Jika kamu bersabar dan bertaqwa niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudhorotan kepadamu." (QS Ali Imron: 120).
بَلَىٰٓ ۚ إِن تَصۡبِرُوا۟ وَتَتَّقُوا۟ وَيَأۡتُوكُم مِّن فَوۡرِهِمۡ هَـٰذَا يُمۡدِدۡكُمۡ رَبُّكُم بِخَمۡسَةِ ءَالَـٰفٍ مِّنَ ٱلۡمَلَـٰٓئِكَةِ مُسَوِّمِينَ
"Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertaqwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda." (QS Ali Imron: 125).
وَإِن تَصۡبِرُوا۟ وَتَتَّقُوا۟ فَإِنَّ ذٰلِكَ مِنۡ عَزۡمِ ٱلۡأُمُورِ
"Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan." (QS Ali Imron: 186).
Walhamdu lillahi rabbil 'alamin.
Ditulis oleh Al Ustadz Abu Hamzah Al Atsari.
Sumber: Buletin Al Wala` Wal Bara` edisi ke-8 tahun ke-1 / 07 Februari 2003 M / 05 Dzul Hijjah 1423 H.
Sumber : http://ismailibnuisa.blogspot.com/2014/02/menggapai-kemenangan-dengan-tauhid.html
No comments:
Post a Comment