Tulungagung, NU Online
Ha’iah Assofwah atau Himpunan Alumni Ma’had Abuya Sayyid Maliki Al Hasani daerah Mataraman (Kediri, Tulungagung,Trenggalek, Ponorogo, Pacitan, Madiun) menggelar pelatihan kader Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja).
Pelatihan ini telah dilaksanakan pada hari Jum’at hingga Ahad (21-23/12) bertempat di Pesantren Al Azhar Tulungagung Jawa Timur.
Acara tersebut dibuka oleh seorang mufassir pengarang kitab tafsir yang sangat terkenal yakni kitab tafsir Ayatul Ahkam,Assayikh Muhammad Ali Asshobuny, dari Makkah Al Mukarromah.
Tampak hadir dalam acara tersebut para ulama dan habaib, diantarnya KH.Anwar Mansyur, KH Abdullah Kafabihi Mahrus (lirboyo) KH Luqman Harist Dimyathi (Tremas) KH Imam Mawardi, Habib Acmadd Zaen Al Kaff serta lebih kurang 300 santri utusan dari Pesantren se-Mataraman.
Assayikh Muhammad Ali Asshobuny dalam tausyiah pembukaanya dihadapan para undangan berpesan agar seluruh kaum muslim khususnya di Indonesia untuk lebih memahami isi kandungan al Qur’an dan mempelajari bahasa Arab.
“Dikarenakan, bahasa Arab adalah bahasa surga, dimana nanti seorang muslim yang berada di surga akan bercakap-cakap atau berkomunikasi dengan sang kholik dengan menggunakan bahasa Arab” demikian kata Assayikh Muhammad Ali Asshobuny, seperti yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh salah satu santrinya.
Ha’iah Assofwah atau Himpunan Alumni Ma’had Abuya Sayyid Maliki Al Hasani daerah Mataraman (Kediri, Tulungagung,Trenggalek, Ponorogo, Pacitan, Madiun) menggelar pelatihan kader Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja).
Pelatihan ini telah dilaksanakan pada hari Jum’at hingga Ahad (21-23/12) bertempat di Pesantren Al Azhar Tulungagung Jawa Timur.
Acara tersebut dibuka oleh seorang mufassir pengarang kitab tafsir yang sangat terkenal yakni kitab tafsir Ayatul Ahkam,Assayikh Muhammad Ali Asshobuny, dari Makkah Al Mukarromah.
Tampak hadir dalam acara tersebut para ulama dan habaib, diantarnya KH.Anwar Mansyur, KH Abdullah Kafabihi Mahrus (lirboyo) KH Luqman Harist Dimyathi (Tremas) KH Imam Mawardi, Habib Acmadd Zaen Al Kaff serta lebih kurang 300 santri utusan dari Pesantren se-Mataraman.
Assayikh Muhammad Ali Asshobuny dalam tausyiah pembukaanya dihadapan para undangan berpesan agar seluruh kaum muslim khususnya di Indonesia untuk lebih memahami isi kandungan al Qur’an dan mempelajari bahasa Arab.
“Dikarenakan, bahasa Arab adalah bahasa surga, dimana nanti seorang muslim yang berada di surga akan bercakap-cakap atau berkomunikasi dengan sang kholik dengan menggunakan bahasa Arab” demikian kata Assayikh Muhammad Ali Asshobuny, seperti yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh salah satu santrinya.
Muhammad Ali As-Shobuni:
“Aku menamai kitabku Shofwah at-Tafasir”
Oleh: Shubhan Hafidz
A. Sekilas tentang Muhammad Ali As-Shobuni
Nama lengkapnya adalah
Muhammad bin Ali bin Jamil As-Shobuni. Beliau lahir di kota Helb Syiria
pada tahun 1928 M. Setelah lama berkecimpung dalam dunia pendidikan di
Syiria, beliau pun melanjutkan pendidikannya di Mesir, dan merampungkan
program magisternya di universitas Al-Azhar mengambil tesis khusus
tentang perundang-undangan dalam islam pada tahun 1954 M. Saat ini
bermukim di Mekkah dan tercatat sebagai salah seorang staf pengajar
tafsir dan ulumul Qur’an di fakultas Syari’ah dan Dirosat Islamiyah
universitas Malik Abdul Aziz Makkah. Beliau juga dikenal sebagai pakar ilmu Al-Qur’an, Bahasa Arab, Fiqh, dan Sastra Arab. Abdul Qodir Muhammad Shalih dalam “Al-Tafsir wa al-Mufassirun fi al-A’shri al-hadits” menyebutnya sebagai akademisi yang ilmiah dan banyak menelurkan karya-karya bermutu”. Di antara karya-karya beliau: “Al-Mawarits fi al-Syari’ah al-Islamiyyah”, “ al-Nubuwwah
wa al-Anbiya”, “min Kunuz as-Sunnah”, “Risalah as-Shalah”, “Rowai’u
al-Bayan fi Tafsiri Ayat al- Ahkam fi al-Qur’an, “Shofwah at-Tafasir”, dll.
B. As-Shobuni dan Shofwah at-Tafasir
Shofwah at-Tafasir merupakan kitab tafsir karangan As-Shobuni. Beliau menyebutnya sebagai
kumpulan tafsir bi al-ma’tsur dan tafsir bi al-ma’qul. Menyinggung
alasan penamaan kitabnya ini beliau menjelaskan, “aku menamai kitabku Shofwah at-Tafasir
karena memuat inti dari kitab-kitab tafsir besar yang ku susun lebih
ringkas, tertib, mudah, jelas, dan lugas “. Tafsir-tafsir besar yang
beliau ambil sebagai rujukan: tafsir at-Thobari, tafsir Kasyaf karya
Zamakhsyari, tafsir Qurthubi, tafsir Ruhul Ma’ani karya Al-Alusi, tafsir
Ibnu Katsir, tafsir Bahrul Muhith karya Abi Hayyan, juga dari beberapa
kitab tafsir lain dan buku-buku ulumul Qur’an. Dalam
Muqoddimahnya, as-Shobuni sedikit curhat mengenai proses kreatif
penulisan kitab tafsir ini, “aku merampungkan penulisan kitab ini selama
lima tahun siang dan malam. Dan aku tidak menulis sesuatu dalam kitab
tafsir ini kecuali setelah aku benar-benar membaca apa yang ditulis
ulama-ulama tafsir pada kitab mereka. Sekaligus meneliti dengan
sungguh-sungguh supaya aku bisa menilai mana diantara pendapat mereka
yang paling benar lalu aku mengunggulkannya”. Di antara alasan yang
membuat penulis tafsir ini tergerak untuk menyusun kitab tafsirnya
adalah banyaknya kitab tafsir dan ulumul Qur’an yang ditulis oleh
para ulama, bahkan di antaranya merupakan kitab-kitab yang “gemuk” dan
pastinya sangat berjasa membantu ulama dan masyarakat dalam memahami
Al-Qur’an secara benar. Namun karena tingkat pendidikan dan kebudayaan
manusia yang berbeda-beda, menjadikan di antara mereka masih merasa
sulit menggapai pesan yang ingin disampaikan seorang mufassir dalam
kitabnya. Nah, salah satu solusi mengatasi hal ini, maka seorang ulama
dituntut untuk terus berusaha mempermudah dan meminimalisir kesulitan
dalam kitab tafsirnya, supaya maknanya bisa lebih terjangkau masyarakat
luas. Syaikhul Azhar DR. Abdul Halim Mahmud memberikan komentar tentang
kitab ini, “Shofwah at-Tafasir adalah hasil penelitian
penulis terhadap kitab-kitab besar tafsir, kemudian ditulis ulang dengan
mengambil pendapat terbaik dari kitab-kitab tersebut yang disusun
secara ringkas dan mudah”. Begitu pun yang di sampaikan DR.Rosyid bin
Rojih [‘amid kuliyyah Syari’ah dan Dirasat Islamiyyah universitas malik
Abdul Aziz] tentang Shofwah at-Tafasir, “ kitab ini sangat
berharga, meringkas apa yang dikatakan ulama-ulama besar tafsir dengan
menggunakan tata bahasa yang sederhana, tekhnik pengungkapan yang mudah
dan lugas, disertai penjelasan dari segi kebahasaannya. Sungguh sangat
memudahkan penuntut ilmu dalam memahaminya”. Adapun metode yang
diterapkan As-Shobuni dalam tafsirnya:
1- Menjelaskan surat Al-Qur’an secara global, kemudian merinci maksud-maksud yang terkandung dalam surat tersebut
2- Menjabarkan hubungan antar ayat sebelum dan sesudahnya
3- Pembahasan tentang
hal yang berhubungan dengan bahasa, seperti akar kalimat, dan
bukti-bukti kalimat yang diambil dari ungkapan orang arab
4- Pembahasan tentang Asbab an-Nuzul
5- Pembahsan tentang tafsir ayat
6- Pembahasan ayat dari segi Balaghohnya
7- Penjelasan faida-faidah yang bisa dipetik dari suatu ayat
C. Shofwah at-Tafasir dan Polemik
Di antara karya-karya
besar as-Shobuni, Shofwatut-Tafasir adalah yang paling banyak mengundang
polemik. Polemik ini lahir terutama saat beliau menafsirkan suatu ayat a
la asy’ary [dengan menggunakan methode ta’wil]. Misal sebagaimana yang
dipaparkan syeikh Sholih bin Fauzan:
[Surat Al-baqoroh ayat:112] ”… بلى من أسلم وجهه لله…” Dalam menafsirkan ayat ini as-Shobuni mengutip pendapat dari Imam al-Rozi dalam tafsirnya Tafsir Kabir yang menakwilkan “الوجه” dengan “النفس” , maka
makna ayat ini menurut al-Rozi: “ memasrahkan diri untuk selalu taat
kepada Allah”. Dengan mengambil justifikasi dari ayat: “كل شيء هالك الا وجهه
“. Ini hanya satu dari tafsir ayat yang disentil oleh syeikh Sholih bin
Fauzan salah seorang ulama Saudi yang menyebut ta’wil pada ayat ini
sebagai ta’wil bathil karena ta’wil al-wajh dengan makna ad-zat
[sebagaimana manusia] sama dengan meniadakan sifat Allah yang telah
pasti. Untuk juz 1 saja Syeikh Sholih bin Fauzan mencatat 54 kesalahan
dari berbagai macam disiplin ilmu [termasuk Fiqh, dll]. Keseluruhan
kesalahan syeikh as-Shobuni dalam Shofwah at-Tafasir beliau rangkum dalam kitabnya “Al-bayan li Akhtho’i ba’dhi al-Kitab”.
Masuk dalam barisan panjang ulama penolak tafsir ini di antaranya:
Syeikh Muhammad Jamil Zainu [pengajar tafsir di universitas Darul Hadits
makkah], Syeikh Sa’ad Dzullam, Syeikh Bakr Abu Zayd, dll yang
masing-masing mengungkapkan kritik dan penolakannya dengan menerbitkan
buku. Dalam buku besarnya “Ar-Rudud”, syeikh Bakr Abu Zayd
menyorot perilaku As-Shobuni yang mengumpulkan penafsiran dari
penafsir-penafsir besar dengan latar belakang ideologi berbeda dalam
satu kitab tafsir, seperti Zamakhsyari yang Mu’tazili, Ibnu Katsir dan
Thobary yang Salafi, Ar-Rozy yang Asy’ari, Thibrsy yang
Rhofidhy, dll. Aksi penolakan ulama-ulama besar saudi ini mau tidak mau
memaksa pihak kementrian badan waqaf Kerajaan Saudi Arabia pada waktu
itu menurunkan perintah pelarangan beredarnya kitab ini. Juga surat
edaran dari direktur umum badan waqaf dan masjid di Riyadh bernomor: 945/2/ ص, في 16/4/1408 H
melarang penyebaran dan memperbanyak kitab tafsir ini sampai ada
perbaikan permasalahan ideologi di dalamnya. Memang benturan ideologi
dalam tafsir ini tidak bisa elakan, karena ada saat as-Shobuni
menggunakan penafsiran a la Salafy yang mempraktekan methode “tafwidh ilallah”
[khususnya ketika beliau merujuk tafsir dari Ibnu Katsir]. Dan ada
saaat kita akan melihat beliau mengambil penafsiran a la Asy’ari yang
menggunakan methode “ta’wil” [khusunya ketika beliau mengambil
tafsir dari Ar-Razi]. Namun untuk Mu’tazilah beliau menjelaskan tidak
mengambil dari Zamakhsyari kecuali penjelasan tentang masalah bahasa
saja. Kenyataan ini membuat kita sulit mengira-ngira apa gerangan
ideologi as-Shobuni. Terlepas dari permasalahan ideologi As-Shobuni,
DR.Abdul Halim Mahmud menegaskan bahwa, “ikhtiyarul mar’i qith’atun min aqlihi”
maka lanjut beliau lagi, bisa dikatakan apapun yang dipilih dan diambil
As-Shobuni dari kitab-kitab tafsir besar merupakan persetujuan beliau
terhadap penafsiran-penafsiran itu. Jadi?
Nb: Mohon petunjuk atas segala ketidakpahaman saya
Daftar Referensi
- Abdul Qodir Muhammad Sholih, al-Tafsir wa almufassirun fi al-Ashri al-Hadits, Dar El-Marefah press, Beirut, 1424/2003.
- Syeikh Muhammad Ali as-Shobuni, Shofwah at-Tafasir, Dar As-Shobuni press, Cairo.
- Kumpulan diskusi dan tanya jawab di www.islamport.com
- Kumpulan diskusi dan tanya jawab di http://www.tafsir.org
- Kumpulan diskusi dan tanya jawab di http://www.qassimy.com
- Kumpulan diskusi dan tanya jawab di http://www.islam-qa.com
sumber : nu.or.id & apit.wordpress.com
No comments:
Post a Comment