Thursday, December 26, 2013

Pria berumur 137 tahun di Saudi

Apa yang dilakukan pria 137 tahun asal Arab Saudi ini mungkin bisa menjadi pelajaran bagi kita semua yang masih muda dan sehat. Meski sebagian besar waktunya digunakan untuk berbaring di rumahnya lantaran sudah renta, namun dia selalu bangun secara teratur untuk melaksanakan salat dengan bantuan dari anaknya.
Sebuah cuplikan video diunggah di YouTube tiga hari lalu memperlihatkan pria tidak disebutkan namanya itu tengah tertidur dan bahkan dalam keadaan bermimpi, ketika anaknya meletakkan tangannya di atas kepala ayahnya itu dan berkata kepada dia bahwa sudah waktunya untuk salat, seperti dilansir situs emirates247.com, Kamis (19/12).

Orang tua sudah tampak kurus itu, yang masih berbaring dan hampir tidak bisa menggerakkan badannya, kemudian mulai mengumandangkan azan (panggilan untuk melaksanakan salat) dengan suara rendah dan gemetar. Air matanya kemudian mulai bergulir di pipinya, yang mendorong anaknya untuk memberikan dia tisu.

"Kondisi ayah saya harus menjadi pelajaran bagi kita semua," kata anak pria itu, seperti dikutip surat kabar berbahasa Arab asal Kuwait Al-Anba, yang tidak menjelaskan di Arab Saudi bagian mana pria itu tinggal.

Berikut cuplikan videonya:
dari merdeka.com

Tauhid Rububiyah dan Pengakuan orang-orang Musyrik terhadapnya

Photo: Wikipedia.Org
Oleh Sheikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan
Tauhid adalah meyakini keesaan Allah dalam rububiyah, ikhlas beribadah kepadaNya, serta menetapkan bagi-Nya nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Dengan demikian, tauhid ada tiga macam: tauhid Rububiyah, Rauhid Uluhiyah, serta tauhid Asma’ wa Sifat. Setiap macam dari ketiga macam tauhid itu memiliki makna yang harus dijelaskan agar perbedaan antara ketiganya menjadi terang.

Pertama: Tauhid Rububiyah
Yaitu mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk. Allah berfirman:

“Allah menciptkan segala sesuatu...” (Az-Zumar: 62).

Bahwasanya Dia adalah Pemberi rizki bagi setiap manusia, binatang, dan makhluk lainnya. Allah berfirman:

“Dan tidak ada suatu binatang melata[709] pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya[710]. semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh),” (Huud: 6).

[709]  yang dimaksud binatang melata di sini ialah segenap makhluk Allah yang bernyawa.
[710]  menurut sebagian ahli tafsir yang dimaksud dengan tempat berdiam di sini ialah dunia dan tempat penyimpanan ialah akhirat. dan menurut sebagian ahli tafsir yang lain maksud tempat berdiam ialah tulang sulbi dan tempat penyimpanan ialah rahim.

Dan bahwasanya Allah adalah Penguasa alam dan Pengatur semesta, Allah yang mengangkat dan menurunkan. Allah Yang Memuliakan dan Menghinakan, Mahakuasa atas segala sesuatu. Pengatur rotasi siang dan malam, Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan. Allah berfirman:

"Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup[191]. dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas),” (Ali Imran: 26-27)

[191]  sebagian Mufassirin memberi misal untuk ayat Ini dengan mengeluarkan anak ayam dari telur, dan telur dari ayam. dan dapat juga diartikan bahwa pergiliran kekuasaan diantara bangsa-bangsa dan timbul tenggelamnya sesuatu umat adalah menurut hukum Allah.

Allah telah menafikkan sekutu atau pembantu dalam kekuasaanNya. Sebagaimana Allah menafikkan adanya sekutu dalam penciptaan dan pemberian rizki. Allah berfirman:

"Inilah ciptaan Allah, Maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang Telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah. Sebenarnya orang- orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata,” (Luqman: 11)

"Atau siapakah dia yang memberi kamu rezki jika Allah menahan rezki-Nya? Sebenarnya mereka terus menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri?” (Al Mulk: 21)

Allah menyatakan pula tentang keesaanNya dalam rubibiyahNya atas segala alam semesta. Allah berfirman:

“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alah,” (Al-Fatihah: 2).

"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang Telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu dia bersemayam di atas 'Arsy[548]. dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam," (Al-A’raaf: 54).

[548]  bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.

Allah menciptakan semua makhlukNya di atas fitrah pengakuan terhadap rububiyahNya. Bahkan orang-orang musyrik yang menyekutukan Allah dalam ibadah juga mengakui keesaan rububiyahNya.

"Katakanlah: "Siapakah yang Empunya langit yang tujuh dan yang Empunya 'Arsy yang besar? Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa? Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui? Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka dari jalan manakah kamu ditipu?" (Al-Mu’minun: 86-89).

Jadi jenis tauhid ini diakui semua orang. Tidak ada umat mana pun yang menyangkalnya. Ahkan hati manusia sudah difitrahkan untuk mengakuiNya, melebhi fitrah pengakuan terhadap yang lainNya. Sebagaimana perkataan para rasul yang difirmankan Allah:

"Berkata rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? dia menyeru kamu untuk memberi ampunan kepadamu dari dosa-dosamu dan menangguhkan (siksaan)mu sampai masa yang ditentukan?" mereka berkata: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga. kamu menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan) kami dari apa yang selalu disembah nenek moyang kami, Karena itu datangkanlah kepada kami, bukti yang nyata,” (Ibrahim: 10).

Adapun orang yang paling dikenal pengingkarannya adalah Fir’aun. Namun demikian, di hatinya masih tetap meyakiniNya. Sebagaimana perkataan Musa kepadanya:

"Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu Telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata; dan Sesungguhnya Aku mengira kamu, Hai Fir'aun, seorang yang akan binasa," (Al-Isra: 102).

Allah juga menceritakan tentang Firaun dan kaumnya:

“Dan mereka mengingkarinya karena kedzhaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya,” (An-Naml: 14).

Begitu pula orang-orang yang mengingkarinya di zaman ini, seperti komunis. Mereka hanya menampakkan keingkaran karena kesombongannya. Akan tetapi pada hakikatnya, secara diam-diam batin mereka meyakini bahwa tidak ada satu makhluk pun yang ada tanpa Pencipta, dan tidak ada satu benda pun kecuali ada yang membuatnya, dan tidak ada pengaruh pun kecuali pasti ada yang mempengaruhinya. Firman Allah:

"Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka Telah menciptakan langit dan bumi itu?; Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan),” (At-Thuur: 35-36).

Perhatikanlah alam semesta ini, baik yang di atas maupun yang di bawah dengan segala bagian-bagiannya. Anda pasti mendapati semua itu menunjukkan kepada Pembuat, Pencipta, dan Pemiliknya. Maka mengingkari di dalam akal dan hati terhadap pencipta ini semua sama halnya mengingkari ilmu itu sendiri dan mencampakkannya, keduanya tidak berbeda.

Adapun pengingkaran adanya Tuhan oleh orang-orang komunis saat ini hanyalah karena kesombongan dan penolakann terhadap hasil renungan dan pemikiran akal sehat. Siapa yang seperti ini sifatnya maka dia telah membuang akalnya dan mengajak orang lain untuk menertawakan dirinya. Wallahu’alam bish shawwab. 
 
http://www.mukminun.com/2013/12/Tauhid-Rububiyah-dan-Pengakuan-orang-orang-Musyrik-terhadapnya.html#_

Sucikan Ibadah dengan Tauhid

Para pembaca kajian islam yang  semoga Allah curahkan  rahmat-Nya  kepada kita semua.   Pernahkah anda  mendengar istilah “ngalap  berkah” alias meminta-minta di  kuburan? Atau “ritual sesajian”   untuk menolak bala, Atau  melihat fenomena mendatangi  “orang pintar” untuk lancarnya  rezeki. Atau melihat jimat-jimat  yang dipasang untuk menjaga  rumah.

Anehnya semakin hari malah semakin banyak orang melakukannya. Tanpa menyadari bahwa hal-hal demikian ternyata bisa merusak bahkan menghapus habis amal-amal kebaikannya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman :
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Jika kamu menyekutukan Allah. Niscaya akan terhapuslah seluruh amalanmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar :65)

Wal iyyadzubillah, bila kita sudah capek-capek beramal, ternyata tidak diterima Allah Subhanahu wata’ala, lantaran satu kesyirikan. Ibarat panas setahun dihapus oleh hujan sehari.

Oleh karena itu pembaca Rahimahullah, mempelajari masalah tauhid dan lawannya yaitu syirik adalah perkara yang amat penting bagi setiap muslim. Amalan apapun yang dilakukan oleh seorang hamba, baik shalat, puasa, zakat, dan lainnya. Tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wata’ala tanpa landasan tauhid.
Karena ketahuilah, suatu ibadah tidaklah dinamakan ibadah kecuali jika didasari oleh pondasi tauhid. Sebagaimana shalat, tidaklah dinamakan shalat yang sah kecuali didahului bersuci / thaharah.

Sehingga jika suatu ibadah sudah dicampuri kesyirikan, maka ibadah tersebut akan rusak. Sebagaimana seseorang yang thaharahnya bisa batal karena berhadas.

Tauhid adalah kewajiban terbesar yang Allah perintahkan kepada manusia. Sedangkan kesyirikan adalah larangan terbesar yang  Allah larang kepada manusia. Allah Subhanahu wata’ala berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”. (QS. Ad-Dzariyat : 56).

Makna dari “beribadah kepada Ku” ditafsirkan oleh shahabat ahli tafsir, Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu yaitu : “Mentauhidkan Ku”. Allah Subhanahu wata’ala berfirman :
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
“Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah mempersekutukanNya dengan sesuatu apapun.” (QS. An-Nisaa: 36)
Berikut ini akan kami ketengahkan sedikit pembahasan tentang masalah tauhid  semoga bisa memberi manfaat kepada kita semua.

DEFENISI TAUHID
Tauhid artinya menjadikan sesuatu itu satu. Sehingga makna dari mentauhidkan Allah adalah menjadikan peribadahan hanya ditujukan kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Baik berupa ibadah yang tampak seperti shalat, do’a, puasa, maupun ibadah yang tersembunyi, seperti berharap, takut, cinta, atau ibadah lisan seperti  zikir, membaca  Al-Qur’an dan lainnya.

Maka semua jenis ibadah tersebut harus ditujukan kepada Allah Subhanahu wata’ala. Tidak boleh ditujukan kepada sekutu-sekutu selain Allah Subhanahu wata’ala. Baik itu berupa orang saleh, malaikat ataupun Rasul.
Kenapa? Karena Dia-lah dzat satu-satunya yang telah melimpahkan karunia yang sangat banyak kepada kita, menciptakan langit dan bumi, menurunkan hujan, mengatur alam semesta. Allah Subhanahu wata’ala telah menciptakan kita yang mana sebelumnya kita sesuatu yang bisa disebut.

Allah Subhanahu wata’ala telah melimpahkan sekian kenikmatan sejak kita masih berada dalam perut ibu. Melewati proses kehidupan dalam tiga kegelapan. Yang mana pada fase ini, tidak ada seorangpun yang bisa menyampaikan makanan serta menjaga kehidupan kita melainkan Allah Subhanahu wata’ala.

Tatkala kita dilahirkan kedunia, Allah Subhanahu wata’ala telah menetapkan bagi kita kedua orang tua yang mendidik dan mengasuh sampai dewasa dengan penuh kasih sayang.

Demikianlah seterusnya seorang manusia selalu diliputi nikmat kebaikan dan kasih sayang-Nya. Yang seandainya Allah Subhanahu wata’ala mencabut nikmat-Nya dan keutamaan-Nya walaupun hanya sekejap maka dia akan binasa.

Demikian pula jika Allah Subhanahu wata’ala menahan kasih sayang dan keutamaan-Nya dari manusia walau sedetik, niscaya mereka tidak akan bisa hidup didunia

Sehingga dengan kasih sayang  dan keutamaan yang sedemikian banyak tersebut menuntut kita untuk memberikan hak Allah yang paling besar, yaitu beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wata’ala  dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.

Dalam hadis yang mulia dari shahabat Muadz bin Jabal beliau berkata :
وعن معاذ بن جبل (رضي الله عنه) ، قال: ” كنت  رديف النبي صلى الله عليه وسلم على حمار، فقال  لي: يا معاذ! أ تَدْرِي مَا حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ؟ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ؟» قَالَ: قُلْتُ:  اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: «فَإِنَّ حَقَّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوا اللهَ، وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا» ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَفَلَا أُبَشِّرُ النَّاسَ، قَالَ: «لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا»
“ Aku membonceng nabi diatas keledai, lalu nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku, “Wahai muadz tahukah kamu apa hak Allah atas hamba-hambaNya, dan apa hak hamba-hambaNya atas Allah?. Maka akupun berkata : ”Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui.” Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Hak Allah atas hamba-hambaNya agar beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wata’ala dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan hak hamba atas Allah adalah, Allah Subhanahu wata’ala tidak akan mengazab siapa yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” Maka akupun berkata, : “Wahai Rasulullah bolehkah aku kabarkan hal ini kepada manusia?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Jangan engkau kabarkan karena ini akan membuat mereka bersandar (tidak beramal).  (HR. Al Bukhari Kitabul li bas, bab Irdaafur rajuli khalfat rajuli 24/4 dan Muslim Kitabul Iman bab Ad dalil  ‘Ala an man Mata  ‘ala tauhid Dakhala Al Jannah. 58/1)

Sehingga tujuan penciptaan manusia adalah untuk mewujudkan tujuan yang sangat agung yakni untuk mengesakan Allah Subhanahu wata’ala dalam segala peribadahan. Oleh sebab itulah Allah memberi karunia akal kepada manusia, menurunkan kitab-kitab dan mengutus para Rasul.

Ketika manusia beribadah kepada Allah tanpa mempersekutukannya, maka kebaikannya akan kembali kepada dirinya sendiri. Dia akan merasakan ketenangan di dunia, mendapatkan rasa aman serta hidayah didunia dan di akhirat. Lalu Allah Subhanahu wata’ala akan membalas seluruh kebaikan manusia dengan kebaikan yang setimpal.

Peribadahan manusia tidak akan menguntungkan Allah sedikitpun dan bila mereka tidak beribadah kepada Allah Subhanahu wata’ala, itu tidaklah merugikan-Nya.

Kita tutup pembahasan ini dengan menukilkan keterangan Asy Syaikh As Sa’di dalam kitabnya Al Qoulus Sadid (Hal. 17-19).  Disini kita akan memaparkannya secara lengkap. Karena beliau menjelaskan keutamaan-keutamaan tauhid dengan jelas dan rinci. Asy syaikh As sa’di berkata:
 
Termasuk keutamaan tauhid adalah :
1.    Dapat menghapus dosa-dosa
2.    Merupakan faktor terbesar dalam melapangkan berbagai kesusahan serta melapangkan dari kesempitan di dunia dan akhirat.
3.    Mencegah kekekalan dalam api neraka, jika dihatinya ada keimanan walaupun sebesar biji sawi. Juga mencegah masuk neraka secara mutlak. (sama sekali tidak masuk neraka) bila tauidnya telah sempurna dalam hatinya. Ini termasuk keutamaan tauhid yang paling mulia.
4.    Memberi petunjuk dan rasa aman yang sempurna didunia dan akhirat.
5.    Merupakan sebab satu-satunya untuk menggapai ridho Allah dan pahala-Nya.
6.    Diterimanya seluruh amalan dan ucapan seseorang, baik yang tampak atau yang tersembunyi, tergantung kepada tauhidnya.
7.    Memudahkan seseorang hamba untuk melakukan kebaikan-kebaikan meninggalkan kemungkaran dan menghiburnya tatkala menghadapi berbagai musibah.
8.    Melepaskan seorang hamba dari perbudakan ketergantungan, rasa takut dan berharap kepada makhluk.
9.    Menjadikan amal yang sedikit menjadi amalan yang besar pahalanya.
Cukup banyak dalil yang menguatkan keterangan ini. Baik dari Al-qur’an maupun  as-sunnah. Dengan demikian cukup besar keutamaan yang Allah Subhanahu wata’ala berikan bagi para hamba-hamba-Nya yang bertauhid.

Sangat beruntung orang yang bisa meraih seluruh keutamaanNya. Yaitu bagi orang yang mampu menyempurnakan tauhidnya. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wata’ala  memberikan taufik-Nya kepada kita semua agar digolongkan termasuk orang-orang yang bertauhid.

Wallahu a’lam bish shawwab. (Ditulis oleh Al Ustadzah Ummu Rumman)

MARAJI’ / REFERENSI :
•    Al Qoulul mufid Asy Syaikh Sholih Utsaimin
•    Al Qoulul Sadid Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di.

Khawatir Terjerumus Dalam Syirik

Khawatir Terjerumus Dalam Syirik
Sebagai seorang muslim, semestinya kita merasa takut terjatuh ke dalam syirik. Allah ta’ala berfirman tentang doa yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim‘alaihis salam (yang artinya), “Jauhkanlah aku dan anak keturunanku dari menyembah patung.” (QS. Ibrahim: 35)

Ibrahim at-Taimi rahimahullah -salah seorang ulama ahli ibadah dan zuhud yang meninggal di dalam penjara al-Hajjaj pada tahun 92 H- mengatakan, “Maka, siapakah yang bisa merasa aman [terbebas] dari musibah [syirik] setelah Ibrahim -‘alaihis salam-?” (lihat Qurrat ‘Uyun al-Muwahhidin karya Syaikh Abdurrahman bin Hasan alusy Syaikh, hal. 32)

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata, “Ibrahim‘alaihis salam bahkan mengkhawatirkan syirik menimpa dirinya, padahal beliau adalah kekasih ar-Rahman dan imamnya orang-orang yang hanif/bertauhid. Lalu bagaimana menurutmu dengan orang-orang seperti kita ini?! Maka janganlah kamu merasa aman dari bahaya syirik. Jangan merasa dirimu terbebas dari kemunafikan. Sebab tidaklah merasa aman dari kemunafikan kecuali orang munafik. Dan tidaklah merasa takut dari kemunafikan kecuali orang mukmin.” (lihat al-Qaul al-Mufid ‘ala Kitab at-Tauhid [1/72] cet. Maktabah al-’Ilmu)

Syaikh Shalih bin Abdul Aziz alu Syaikh hafizhahullah berkata, “Apabila Ibrahim ‘alaihis salam; orang yang telah merealisasikan tauhid dengan benar dan mendapatkan pujian sebagaimana yang telah disifatkan Allah tentangnya, bahkan beliau pula yang telah menghancurkan berhala-berhala dengan tangannya, sedemikian merasa takut terhadap bencana (syirik) yang timbul karenanya (berhala). Lantas siapakah orang sesudah beliau yang bisa merasa aman dari bencana itu?!” (lihat at-Tamhid li Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 50)

Syaikh Shalih bin Sa’ad as-Suhaimi hafizhahullah berkata, “Syirik adalah perkara yang semestinya paling dikhawatirkan menimpa pada seorang hamba. Karena sebagian bentuk syirik itu adalah berupa amalan-amalan hati, yang tidak bisa diketahui oleh setiap orang. Tidak ada yang mengetahui secara persis akan hal itu kecuali Allah semata. Sebagian syirik itu muncul di dalam hati. Bisa berupa rasa takut, atau rasa harap. Atau berupa inabah/mengembalikan urusan kepada selain Allah jalla wa ‘ala. Atau terkadang berupa tawakal kepada selain Allah. Atau mungkin dalam bentuk ketergantungan hati kepada selain Allah. Atau karena amal-amal yang dilakukannya termasuk dalam kemunafikan atau riya’. Ini semuanya tidak bisa diketahui secara persis kecuali oleh Allah semata. Oleh sebab itu rasa takut terhadapnya harus lebih besar daripada dosa-dosa yang lainnya…” (lihat Transkrip ceramah Syarh al-Qawa’id al-Arba’ 1425 H oleh beliau, hal. 6)

Perusak Tauhid dan Keikhlasan
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Ketahuilah, bahwasanya keikhlasan seringkali terserang oleh penyakit ujub. Barangsiapa yang ujub dengan amalnya maka amalnya terhapus. Begitu pula orang yang menyombongkan diri dengan amalnya maka amalnya menjadi terhapus.” (lihat Ta’thir al-Anfas, hal. 584)
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Banyak orang yang mengidap riya’ dan ujub. Riya’ itu termasuk dalam perbuatan mempersekutukan Allah dengan makhluk. Adapun ujub merupakan bentuk mempersekutukan Allah dengan diri sendiri, dan inilah kondisi orang yang sombong. Seorang yang riya’ berarti tidak melaksanakan kandungan ayat Iyyaka na’budu. Adapun orang yang ujub maka dia tidak mewujudkan kandungan ayat Iyyaka nasta’in. Barangsiapa yang mewujudkan maksud ayat Iyyaka na’budu maka dia terbebas dari riya’. Dan barangsiapa yang berhasil mewujudkan maksud ayat Iyyaka nasta’in maka dia akan terbebas dari ujub. Di dalam sebuah hadits yang terkenal disebutkan, “Ada tiga perkara yang membinasakan; sikap pelit yang ditaati, hawa nafsu yang selalu diperturutkan, dan sikap ujub seseorang terhadap dirinya sendiri.” (lihatMawa’izh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hal. 83 cet. al-Maktab al-Islami)
Yusuf bin Asbath rahimahullah berkata, “Allah tidak menerima amalan yang di dalamnya tercampuri riya’ walaupun hanya sekecil biji tanaman.” (lihat Ta’thir al-Anfas, hal. 572)

Diriwayatkan bahwa ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu pernah berkata, “Amal yang salih adalah amalan yang kamu tidak menginginkan pujian dari siapapun atasnya kecuali dari Allah.” (lihat al-Ikhlas wa an-Niyyah, hal. 35)

Abu Ishaq al-Fazari rahimahullah berkata, “Sesungguhnya diantara manusia ada orang yang sangat menggandrungi pujian kepada dirinya, padahal di sisi Allah dia tidak lebih berharga daripada sayap seekor nyamuk.” (lihat Ta’thir al-Anfas, hal. 573)

Syirik Kezaliman Terbesar
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Janganlah kamu berdoa kepada selain Allah, sesuatu yang jelas tidak kuasa memberikan manfaat dan madharat kepadamu. Kalau kamu tetap melakukannya maka kamu benar-benar termasuk orang yang berbuat zalim.” (QS. Yunus: 106). Imam Abul Qasim al-Qusyairirahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud doa di dalam ayat ini adalah ibadah (lihat Fath al-Bari [11/107] cet. Dar al-Hadits)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Kami telah mengutus para utusan Kami dengan keterangan-keterangan yang jelas dan Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca agar umat manusia menegakkan keadilan.” (QS. Al-Hadid: 25)

Ibnul Qayyim berkata, “Allah subhanahu mengabarkan bahwasanya Dia telah mengutus rasul-rasul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya supaya umat manusia menegakkan timbangan (al-Qisth) yaitu keadilan. Diantara bentuk keadilan yang paling agung adalah tauhid. Ia adalah pokok keadilan dan pilar penegaknya. Adapun syirik adalah kezaliman yang sangat besar. Sehingga, syirik merupakan tindak kezaliman yang paling zalim, dan tauhid merupakan bentuk keadilan yang paling adil.” (lihat ad-Daa’ wa ad-Dawaa’, hal. 145)
Beliau juga berkata, “Sesungguhnya orang musyrik adalah orang yang paling bodoh tentang Allah. Tatkala dia menjadikan makhluk sebagai sesembahan tandingan bagi-Nya. Itu merupakan puncak kebodohan terhadap-Nya, sebagaimana hal itu merupakan puncak kezaliman dirinya. Sebenarnya orang musyrik tidaklah menzalimi Rabbnya. Karena sesungguhnya yang dia zalimi adalah dirinya sendiri.” (lihat ad-Daa’ wa ad-Dawaa’, hal. 145)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia akan mengampuni dosa lain yang berada di bawah tingkatan syirik itu bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya.” (QS. an-Nisaa’: 48).

Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allah ta’ala berfirman, “Wahai anak Adam! Seandainya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa hampir sepenuh isi bumi lalu kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku pun akan mendatangimu dengan ampunan sebesar itu pula.” (HR. Tirmidzi dan dihasankan olehnya)

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, beliau berkata: Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, niscaya dia masuk ke dalam neraka.” Dan aku -Ibnu Mas’ud- berkata, “Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka dia pasti akan masuk surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Demikian yang bisa kami himpun dalam kesempatan ini dengan taufik dari Allah, semoga bermanfaat bagi kita. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

sumber :  http://aqlislamiccenter.com/2013/11/14/hakikat-dan-bahaya-syirik-2/

KENALI SYIRIK ! (Jenis dan Macamnya)

“Syirik” satu kata yang sering sekali mampir di telinga kita, walaupun terkadang bagi seseorang kata syirik bermakna berbeda dengan apa yang dipahami orang lain. Sebagian orang menggunakan kata “syirik” sebagai pengganti kata dengki atau hasad, sebagamana ucapan seseorang yang sering sekali kita dengar: ”Dasar dianya saja yang syirik kepada saya” yakni maknanya ”dengki atau hasad”. Dan ini adalah penggunaan kata yang tidak pada tempatnya dan harus dihindari untuk mencegah salah sangka dari orang yang mendengarnya.
Adapun dalam Istilah Syar’i, Syirik maknanya Menyekutukan sesuatu bersama Allah di dalam kekhususanNya dalam Ke-uluhiyah-anNya, Ke-rububiyah-anNya serta Nama dan sifat-sifatNya. Dan Syirik berdasarkan jenisnya terbagi menjadi dua jenis:
1. Syirik Akbar (Syirik Besar) dan
2. Syirik Ashgor (Syirik Kecil)

JENIS PERTAMA :

Syirik Akbar (Syirik Besar) yaitu Syirik yang pelakunya tidak akan diampuni Allah selama dia belum bertaubat dari kesyirikannya sebelum maut menjemput serta tidak akan menerima seluruh amalan sholih yang telah dikerjakan.
Berfirman Allah azza wa jalla:
إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan sesuatu dengan Dia (Syirik) , dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya” (QS. An Nisa’: 116)
Berfirman Allah subhana wa ta’ala
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ ُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَا
“Sesungguhnya Telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam”, padahal Al masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. Al Maidah : 72)
Dan firmanNya :
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
“Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan.lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” (QS. Al-Furqon : 23)
Dan firmanNya :
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
”Sesungguhnya, Jika engkau berbuat syirik, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar : 65)
لَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya : ”Seandainya mereka berbuat syirik , niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am : 88)
Adapun apabila dia bertaubat dengan taubat yang sesungguhnya sebelum maut menjemput, Allah akan mengampuninya.
Berfirman Allah azza wa jalla :
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah Wahai hamba-hambaku yang melampaui  batas terhadap diri  mereka sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa seluruhnya. Sesungguhnya dia maha pengampun dan maha penyayang” (QS. Az- zumar : 53)
Dan bentuk perbuatan syirik akbar terbagi dalam 4 bentuk perbuatan, yaitu :
1. Syirik dalam doa
Sebelumnya harus diketahui, doa terbagi dua, yaitu :
Pertama; Doa Ibadah, seperti Sholat, Puasa, Zakat, Haji dan ibadah-ibadah lainnya.
Ibadah-ibadah ini teranggap sebagai doa, dikarenakan di dalamnya terkandung doa, yaitu agar dimasukkan surga dan dijauhkan dari Neraka dengan sebab mengerjakan amalan tersebut. Dan doa Ibadah ini tidak boleh ditujukan kecuali hanya kepada Allah semata, apabila ditujukan kepada selainnya maka pelakunya telah terjatuh dalam perbuatan syirik akbar. Seperti perbuatan seseorang yang bersujud kepada selain Allah atau berpuasa dengan tidak mengharap pahala Allah tapi dengan niat memperoleh ilmu kekebalan dsb.
Kedua; Doa Masalah , seperti meminta Rejeki, meminta keturunan atau meminta dilepaskan dari suatu kesulitan.
Doa masalah boleh ditujukan kepada selain Allah dengan dipenuhinya seluruh dari 3 syarat tanpa ada satupun yang tidak terpenuhi, yaitu :
a. Hidup, yakni maknanya tidak boleh meminta tolong kepada orang yang sudah mati atau meminta tolong kepada batu, pohon dan semisalnya
b. Hadir, Yakni maknanya yang dimintai tolong dapat berhubungan langsung dengan yang meminta tolong baik secara bertatap muka ataupun melalui alat perantara seperti Telepon, surat dan sebagainya. Sehingga tidak boleh diperbolehkan bagi seseorang meminta tolong kepada orang lain yang terpisah dalam jarak yang jauh tanpa adanya perantara yang zhohir. Seperti memanggil-manggil sang guru ketika terancam bahaya dalam keadaan sang guru terpisah jarak yang sangat jauh, dan dia berkeyakinan bahwa sang guru saat itu mampu mendengar permintaan tolongnya.
c. MampuMampu, yakni maknanya yang dimintai bantuan memiliki kemampuan untuk memberikan pertolongan, sehingga tidak diperbolehkan bagi seseorang meminta kepada orang lain untuk diberi keturunan, diturunkan hujan atau dipanjangkan umur, karena semua kemampuan ini tidak dimilki oleh mahluk dan hanya Allah yang memilkinya.
Perbuatan syirik dalam doa masalah ini sebagaimana perbuatan sebagian orang yang berdoa kepada selain Allah dengan memohon perkara-perkara yang kemampuan tersebut tidak dimiliki kecuali oleh Allah, seperti berdoa kepada Jin, batu atau dukun untuk diberi keturunan atau rejeki atau dipanjangkan umur. Sebagian lagi berdoa dan memohon kepada jin-jin penunggu laut dan gunung meminta agar hasil tangkapan laut atau hasil pertaniannya melimpah. Maka semua perbuatan ini dan sejenisnya adalah tergolong perbuatan syirik akbar.
Allah ta’ala berfirman :
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
“Maka apabila mereka menaiki kapal mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)” (QS. Al-Ankabut : 65)
Allah ta’ala juga telah berfirman :
وَلا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللهِ مَا لا يَنْفَعُكَ وَلا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُ بِضُرٍّ فَلا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلا رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Dan janganlah kamu memohon/berdo’a kepada selain Allah, yang tidak dapat memberikan manfaat dan tidak pula mendatangkan bahaya kepadamu, jika kamu berbuat hal itu maka sesungguhnya kamu dengan demikian termasuk orang-orang yang dzolim (musyrik).Dan jika Allah menimpakan kepadamu suatu bahaya, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hamba hambaNya dan Dia lah yang Maha Pengampun lagi Maha penyayang” (QS. Yunus : 107).
Kedua : Syirik niat, maksud dan Tujuan
Dalilnya firman Allah ta’ala :
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang Telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang Telah mereka kerjakan.” (QS. Huud : 15-16)[1]
Ketiga : Syirik ketaatan
Dalilnya firman Allah ta’ala :
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam. Dan tidaklah mereka diperintah kecuali agar menyembah sesembahan yang Esa, tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At-Taubah : 31)
Dan tafsir ayat ini yang maknanya sudah jelas yaitu ketaatan kepada Ulama dan ahli Ibadah dalam perkara maksiat, dan bukanlah yang dimaksud mereka berdoa (beribadah) kepada mereka. Sebagaimana Nabi shalallahu alaihi wassallam menafsirkan ayat ini kepada Adi bin Hatim Radhiyallahu ‘anhu ketika beliau bertanya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wassallam , beliau Radhiyallahu anhu berkata :“Tidaklah kami beribadah kepada mereka” maka Rasulullah shalallahu alaihi wassallam mengatakan kepadanya :“Yang dimaksud dengan beribadah kepada mereka yaitu menaati mereka dalam kemaksiatan” (Hadits dari Adi bin Hatim Radiyallahu’ anhu. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (3/378) Tirmidzi (2954) Ibnu Hibban (7206). Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam  “Shohih Sunan Tirmidzi” (31/56)).
Dan pada kenyataannya hal ini sering kia temui di sekitar kita, suatu perkara yang sudah jelas dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang keharaman atau kehalalannya dengan enteng bisa dibantah seseorang dengan kalimat “tapi kata kyai saya gak haram kok” atau dengan kata-kata yang lebih halus “maknanya bukan seperti itu, kata ustadz saya …..”  Dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dikalahkan dengan ucapan ustadz, kyai, guru atau syaikhnya.
Keempat : Syirik Kecintaan
Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman kecintaan mereka yang terbesar hanya untuk Allah semata.” (QS. Al Baqarah : 165)[2]

JENIS KEDUA

Syirik Ashgor (syirik kecil) yaitu : ”Segala sesuatu yang syariat melarangnya dari apa-apa yang merupakan perantara menuju syirik akbar dan jalan-jalan dalam menyampaikan kepadanya (syirik Akbar) serta datang dalil-dalil penamaan bahwa perkara tersebut adalah syirik (nukilan Lajnah Daimah Saudi Arabia).
Dan Syirik Ashgor terbagi dua :
1. Syirik Dzhohir (tampak) atas lisan dan anggota badan, yaitu perkataan dan perbuatan.
• Contoh perbuatan syirik Ashgor dalam ucapan adalah seseorang yang bersumpah dengan selain nama Allah, seperti ucapan “Demi ayah dan ibuku” maka ini tergolong syirik ashgor, dengan catatan dia tidak sampai berkeyakinan dan bahwa bersumpah dengan nama ayah dan ibunya setara atau lebih dia agungkan dibanding bersumpah dengan nama Allah. Apabila sampai dia berkeyakinan seperti itu, maka dia telah terjatuh dalam syirik akbar (bukan lagi syirik ashgor).
• Contoh perbuatan Syirik Ashgor dalam perbuatan adalah seperti seseorang yang terhindar dari sebuah musibah marabahaya dan pada saat itu dia sedang mengenakan jimat, kemudian dia dia berkeyakinan bahwa yang menyelamatkan dia adalah Allah, akan tetapi dia meyakini bahwa Allah menghindarkannya dari musibah tersebut dikarenakan jimat-jimat yang dia pakai dan dia berkeyakinan seandainya dia tidak memakainya belum tentu Allah menolongnya, maka dalam keadaan seperti ini dia telah terjatuh dalam kafir Ashgor karena menjadikan sesuatu yang bukan sebab sebagi sebab.
Adapun apabila dia berkeyakinan bahwa selamatnya dia dari musibah tersebut disebabkan  jimat-jimat yang dia kenakan, dan dia meyakini bahwasanya Jimat-jimat itu dengan sendirinya memiliki kemampuan untuk menghindarkan dia dari musibah, maka dalam keadaan seperti ini dia telah terjatuh dalam Syirik Akbar.
2. Syirik Khofiy (tersembunyi) yaitu syirik tujuan dan niat.
Contoh dari perbuatan syirik Ashgor yang khofiy seperti seseorang yang melakukan amalan shalat dengan niat mengharapkan wajah Allah akan tetapi dia membaguskannya ketika dia merasa ada orang lain yang memperhatikannya. Atau amalan seseorang berinfaq untuk mendekatkan diri kepada Allah tetapi bersamaan dengan itu dia juga dia menginginkan pujian manusia. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Rabbnya”. (QS. Al-Kahfi : 110).

PERBEDAAN-PERBEDAAN ANTARA SYIRIK AKBAR DAN SYIRIK ASHGOR

1. Syirik Akbar mengeluarkan pelakunya dari agama (murtad) sedangkan syirik ashgor tidak.
2. Syirik Akbar pelakunya kekal diadzab dalam neraka, sedangkan pelaku syirik ashgor tidak kekal apabila diadzab di dalam neraka.
3. Syirik Akbar membatalkan seluruh amalan sholih, sedangkan syirik ashgor seperti riya’ atau amalan yang mengharapkan bagian dari dunia hanya membatalkan amalan yang bercampur dengannya saja.
4. Syirik Akbar menyebabkan halal darah dan harta pelakunya, sedangkan syirik ashgor tidak menyebabkan halal darah dan harta pelakunya.

_________
Footnote:


[1] Imam Abu Ja’far Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah berkata, “Allah Yang Maha Tinggi sebutan-Nya berkata: “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dengan amalannya, dan dia hanya mencari dunia dan perhiasannya dengan amalannya itu, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan-balasan dan pahala amalan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan merugi, yaitu tidak akan dikurangi balasannya, bahkan akan diberikan secara sempurna kepada mereka di dunia.”
Dari Abdullah bin Abbas radliallahu ‘anhuma, dia berkata, “Barangsiapa beramal shalih untuk mencari dunia, dia melakukan puasa, shalat dan tahajjud pada waktu malam, dia tidak akan melakukannya kecuali untuk mencari dunia, Allah Ta’ala akan berkata: “Aku akan memberikan dengan sempurna pahala yang dia cari di dunia.” Namun, amalannya yang dilakukan untuk mencari dunia itu gugur, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang merugi.”
Dari Qatadah rahimahullah, dia berkata: “Barangsiapa yang keinginannya hanyalah dunia, dia hanya mencari dunia, Allah akan memberikan harta kepadanya dan akan memberikan kepadanya kehidupannya, dan itu merupakan qishash (balasan yang sepadan) baginya karena amalannya, dan dia di dunia tidak akan dizholimi.”
Dari Adh-Dhahak rahimahullah, dia berkata: “Barangsiapa beramal shalih dengan tanpa taqwa –yaitu dari orang musyrik- Allah memberi balasan di dunia atas amal tersebut. Seperti berbuat baik kepada kerabat, memberi kepada peminta-minta, menyayangi orang yang kesusahan, dan semacamnya dari amal-amal kebajikan, Allah akan menyegerakan balasan amalannya baginya di dunia, Allah akan meluaskan padanya di dalam penghidupan, rezeki, memberikan kesenangan padanya di dalam apa yang telah Dia berikan, dan Dia menolak darinya perkara-perkara yang tidak disukai di dunia semacam ini. Tetapi di akhrirat dia tidak mendapatkan bagian.” (Lihat Tafsir Ath-Thabari, juz 7, hal. 12, pada tafsir Surat Huud: 15-16)
Selengkapnya di: http://salafiyunpad.wordpress.com/2007/09/22/berhati-hatilah-terhadap-syirik-niat/
[2] Orang musyrik itu karena kejahilannya mengenai rabbnya akan anda dapati mencintai ilah-ilah yang berupa berhala dan selainnya sebagaimana ia mencintai Allah dan bahkan lebih dari itu, Jika ilah-ilah itu disakiti, maka ia akan marah demi ilah-ilah itu dengan kemarahan yang lebih besar daripada kemarahnnya karena Allah. Ia pun bergembira demi ilah-ilah itu dengan kegembiraan yang tidak sebagaimana kegembiraannya karena Allah ta’ala.
Allah ta’ala berfirman :
وَإِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَحْدَهُ اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ وَإِذَا ذُكِرَ الَّذِينَ مِن دُونِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ
Dan apabila hanya nama Allah saja disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati (Az Zumar 45)
Al-Allamah Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :
Ada empat macam bentuk mahabbah (cinta) yang harus dibedakan antara satu sama lain, karena orang yang tidak dapat membedakannya pasti tersesat, ke empat macam mahabbah itu adalah :
Pertama; Mahabatullah (mencintai Allah)
Mahabatullah saja tidak mencukupi untuk dapat selamat dari adzab Allah dan beruntung meraih pahalaNya, Sebab kaum musyrikin, para penyembah salib (kaum nashrani) kaum Yahudi dan selainnya merekapun mencintai Allah juga.
Kedua; Mahabbatu ma yuhibbullah (mencintai apa saja yang dicintai oleh Allah)
Mahabbah inilah yang memasukkan seseorang kedalam islam serta mengeluarkannya fari kekufuran. Manusia yang paling dicintai oleh Allah ta’ala adalah orang orang yang paling hebat dalam ber- “mahabbatu ma yuhibbullah”.
Ketiga; Al-Hubb Lillah wa Al-hubb Fillah ( cinta demi Allah dan cinta karena Allah)
Ini merupakan bagian dari konsekwensi “mahabbatu ma yuhibbullah”. “mahabbatu ma yuhibbullah” itu takkan tegak kecuali harus dengan Al-Hubb Lillah wa Al-hubb Fillah ini.
Keempat; Al-Mahabbah Ma’allah (mencintai seseuatu dan mensejajarkannya dengan kecintaan kepada Allah )
Ini merupakan “al-mahbbah as-syirkiyah” (kecintaan bercabang, kecintaan yang bersifat syirik) barangsiapa yang ber- “mahabbah ma’alllah” terhadap sesuatau, maka ia berarti telah menjadikan segala sesuatu yang ia cintai selain Allah itu sebagai tandingan terhadap Allah. Ini adalah mahabbahnya kaum musyrikin.
Selengkapnya di: http://adiabdullah.wordpress.com/2008/07/22/syirik-cinta/

_______
Maraji :

Al-Wajibat, Syaikh Muhammad At-Tamimi
Aqidattut Tauhid, Syaikh Sholih Fauzan
Oleh : Ibnu Dzulkifli As-Samarindy
http://assamarindy.com
Sumber :
http://elhijrah.blogspot.com/2012/02/kupas-tuntas-macam-macam-perbuatan.html

Tambahan footnote oleh admin sunniysalafiy

http://sunniysalafiy.wordpress.com/2013/10/24/kenali-syirik-jenis-dan-macamnya/

Memahami Makna Syirik

Saat membaca judul di atas, mungkin terbersit di dalam benak kita sebuah pertanyaan, “mengapa kita harus memahami syirik? Bukankah syirik adalah dosa yang terbesar?” Jika memang demikian, maka simaklah perkataan Hudzaifah bin Yaman radhiyallahu ‘anhu ini,
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي
Dahulu manusia bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang kebaikan, sedangkan aku justru bertanya kepada beliau tentang keburukan disebabkan rasa takut keburukan itu akan menimpaku.”[1]
Sebagaimana seorang muslim dituntut untuk mengetahui berbagai macam kebaikan agar dapat mengamalkannya, begitu pula selayaknya bagi dia untuk mengetahui pelbagai macam keburukan agar mampu menghindarinya. Jika dicermati sejenak, betapa banyak kitab-kitab ulama terdahulu yang mengupas masalah dosa-dosa besar. Hal itu bertujuan untuk memperingatkan umat agar tidak terjerumus ke dalamnya.
Terlebih lagi perkara syirik, yang merupakan kezaliman terbesar, yang mampu menyeret manusia menjadi bahan bakar api neraka selama-lamanya. Sudah sepantasnyalah kita memahami hakikat kesyirikan itu sendiri. Karena siapa yang tidak mengetahuinya, dikhawatirkan akan terperosok di dalamnya tanpa disadarinya.
Sebagaimana yang dikatakan oleh penyair Arab, Abu Faras al-Hamdani,
عَرَفْتُ الشَّرَّ لَا لِلشَّر … رِ لَكِنْ لِتَوَقِّيهِ
وَمَنْ لَا يَعْرِفِ الشَّرَّ … مِنَ النَّاسِ يَقَعْ فيهِ!
Aku mengetahui keburukan bukan untuk berbuat keburukan…
Akan tetapi agar mampu terhindar darinya…
Karena barang siapa dari manusia yang tidak mengetahui keburukan..
Suatu saat akan terjerumus ke dalamnya![2]

Makna Syirik

Secara etimologi, syirik berarti persekutuan yang terdiri dari dua atau lebih yang disebut sekutu. Sedangkan secara terminologi, syirik berarti menjadikan bagi Allah tandingan atau sekutu. Definisi ini bermuara dari hadis Nabi tentang dosa terbesar,
أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهْوَ خَلَقَكَ
…Engkau menjadikan sekutu bagi Allah sedangkan Dia yang menciptakanmu.”[3]
Sebagian ulama membagi makna syirik menjadi makna umum dan makna khusus. Bermakna umum, jika menyekutukan Allah di dalam peribadahan hamba kepada-Nya (uluhiyyah), menyekutukan-Nya di dalam perbuatan-Nya (rububiyyah), nama-Nya, dan sifat-Nya (al-asma’ wa ash-shifat).
Akan tetapi, jika disebutkan secara mutlak, syirik berarti memalingkan suatu ibadah kepada selain Allah. Dan inilah makna syirik secara khusus. Sebagaimana tauhid bermakna mengesakan Allah -dalam ibadah- jika disebut secara mutlak. Karena kesyirikan jenis inilah yang diperangi oleh Rasulullah semasa hidup beliau. Bahkan, kesyirikan pertama yang terjadi di muka bumi ini disebabkan oleh penyelewengan dalam beribadah kepada selain Allah yang telah menimpa kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam.
Diriwayatkan bahwa di zaman Nabi Nuh terdapat beberapa orang saleh. Ketika mereka wafat, setan membisikkan kepada manusia-manusia setelah mereka untuk mendirikan patung orang-orang saleh tersebut dan menamakannya dengan nama-nama mereka. Hal itu bertujuan untuk membuat mereka semangat dalam beribadah tatkala melihat patung tersebut.
Kala itu tiada seorang pun yang menyembah patung itu. Akan tetapi, ketika generasi pembuat patung wafat dan manusia berada di dalam kungkungan kebodohan, maka generasi setelahnya menjadikan patung-patung tersebut sebagai sesembahan. Mereka telah menduakan Allah dan itulah sebesar-besar dosa.

Fenomena Syirik

Syirik di dalam ibadah (uluhiyyah)
Syirik di dalam uluhiyyah Allah bermakna menyekutukan Allah di dalam ibadah. Atau dengan arti lain menyelewengkan ibadah kepada selain Allah. Ini adalah definisi syirik ketika penyebutannya bersifat mutlak. Karena kesyirikan ini yang paling menjamur, dan parahnya, tidak banyak orang yang menyadari akan hal itu. Betapa banyak manusia menduakan Allah di dalam penghambaan dirinya tanpa mereka sadari.
Termasuk ibadah di antaranya adalah salat, zakat, puasa, sembelihan, sumpah, doa, istigasah, cinta, takut, harap, dan segala bentuk peribadahan seorang hamba kepada Allah. Oleh sebab itu, termasuk bentuk kesyirikan ketika seseorang menyembelih kurban untuk jin semisal sesajen, berdoa meminta pertolongan kepada orang mati, atau penyelewangan ibadah lainnya kepada selain Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
Dan sesungguhnya masjid-masjid itu ialah milik Allah. Maka janganlah kalian menyembah sesuatu pun di dalamnya selain Allah.” (QS. Al-Jinn: 18)
Syirik di dalam perbuatan Allah (rububiyyah)
Syirik di dalam rububiyyah Allah berarti meyakini adanya selain Allah yang melakukan perbuatan-perbuatan Allah. Atau menyamakan makhluk dengan Allah dalam hal-hal yang merupakan kekhususan rububiyyah-Nya. Misalnya, memercayai adanya sang pencipta selain Allah, pemberi rezeki, penurun hujan, dan pengatur alam semesta.
Syirik jenis ini umumnya sedikit. Karena kaum kafir Quraisy yang diperangi oleh Rasulullah pun meyakini tauhid jenis ini. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ
Katakanlah wahai Muhammad, ‘Siapakah yang memberi kalian rezeki dari langit dan bumi? Siapakah yang menguasai pendengaran dan penglihatan? Siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup? Siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka akan menjawab, ‘Allah.’ Maka katakan, ‘Lantas mengapa kalian tidak bertakwa?” (QS. Yunus: 31)
Syirik di dalam nama dan sifat-Nya (asma’ wa shifat)
Syirik di dalam al-asma’ wa ash-shifat bermakna menjadikan sekutu bagi Allah, baik itu di dalam salah satu nama-Nya, atau salah satu sifat-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Tiada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha melihat.” (QS. Asy-syura: 11)

Salah Kaprah tentang Syirik

Sebagian orang ada yang menyempitkan definisi syirik. Mereka mengatakan syirik adalah mengesakan Allah dalam perbuatan yang menjadi kekhususan bagi-Nya saja, atau dalam arti lain sifat rububiyah Allah semata. Misalkan keyakinan adanya pencipta, pemberi rezeki, pengatur alam semesta selain Allah. Sampai di sini, benar. Mereka yang menjadikan tandingan bagi Allah dalam perbuatan yang merupakan kekhususan bagi-Nya, maka itu termasuk syirik besar yang dapat menyebabkan seorang keluar dari koridor Islam.
Akan tetapi, tatkala mereka mengatakan bahwa orang yang telah meyakini ke-rububiyah-an Allah bukanlah orang yang musyrik, maka ini adalah kesalahan yang besar. Karena ternyata Al-Quran mengisahkan tentang kaum kafir yang juga mengakui bahwa Allah-lah pencipta mereka,
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
Dan jika engkau bertanya kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan mereka?’ Maka mereka pasti menjawab, ‘Allah.’ Lantas bagaimana mereka dapat dipalingkan?” (QS. Az-Zukhruf: 87)
Sebagian lagi berpendapat bahwa syirik itu berarti tidak mengucapkan kalimat syahadat. Jadi, jika seseorang telah mengucapkan kalimat syahadat, maka ia terlepas dari perbuatan syirik. Maka ini merupakan kekeliruan yang nyata. Karena kaum munafik di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan kalimat syahadat, akan tetapi Allah menggambarkan kondisi mereka kelak,
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا
Sungguh, orang-orang munafik itu ditempatkan pada tingkatan terbawah dari neraka. Dan engkau tidak mendapati seorang penolong pun bagi mereka.” (QS. An-Nisa’: 145)
Sebagian lagi mengatakan bahwa jika seseorang telah menyembah Allah, telah beribadah kepada Allah, maka ia telah terlepas dari syirik. Maka ini pun kesalahan yang jelas. Toh, kaum kafir Quraisy dahulu juga menyembah Allah. Namun di samping itu, mereka juga menyembah berhala. Ketika mereka ditimpa kesulitan, mereka mengikhlaskan ibadah mereka hanya untuk Allah. Allah Ta’ala menceritakan ihwal kaum kafir saat dikungkung mara bahaya,
هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا جَاءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ فَلَمَّا أَنْجَاهُمْ إِذَا هُمْ يَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَق
Dialah yang menjadikan kalian mampu berjalan di darat dan berlayar di lautan. Sehingga apabila kalian berada di atas kapal, dan melajulah kapal itu membawa mereka dengan tiupan angin yang tenang dan mereka bergembira karenanya, tiba-tiba badai datang disertai gelombang yang menghantam dari segala penjuru. Mereka pun mengira bahwa bahaya telah mengungkung mereka. Maka mereka lantas berdoa kepada Allah dengan tulus ikhlas, ‘Sekiranya Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, niscaya kami termasuk orang-orang yang bersyukur.’ Akan tetapi ketika Allah telah menyelamatkan mereka, mereka justru berbuat kezaliman di muka bumi tanpa alasan yang benar.”(QS. Yunus: 22-23)
Akhir kata, semoga artikel ini memperluas cakrawala pemikiran kita tentang makna syirik yang sebenarnya. Sehingga kita bisa lebih waspada agar tidak terjerumus ke dalamnya.
_________
[1] HR. Bukhari: 3060, dan Muslim: 1847
[2] Jami’ Dawawin asy-Syi’r al-‘Arabi ‘ala Marr al-‘Ushur, 16/41. Maktabah Syamilah.
[3] HR. Bukhari: 7520, dan Muslim: 86
Daftar Pustaka
  1. Sholih bin Fauzan Al-Fauzan. 1417. Al-Irsyad ash-Shahih al-I’tiqad wa ar-Radd ‘ala Ahli asy-Syirk wa al-Ilhad (Cetakan ke-2). Riyadh – Arab Saudi: Dar Ibn Khuzaimah.
  2. Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin.1430. Syarh Kasyf asy-Syubuhat (Cetakan ke-1). Kairo – Mesir: Dar Ibn Hazm.
  3. Ushul al-Iman fi Dhau’ al-Kitab wa as-Sunah. Maktabah Syamilah.
Penulis: Roni Nuryusmansyah
Muraja’ah: Ust. Muhsan Syarafuddin, Lc, M.HI
Artikel Muslim.Or.Id

Sebotol Air Minum di Arab Saudi

Oleh Kuswantoro van Marco**
Negeri Arab Saudi yang sebagian besar merupakan padan pasir tandus dan bukit bebatuan.
Negeri Arab Saudi yang sebagian besar merupakan padang pasir tandus dan bukit bebatuan.
Arab Saudi (KSA) merupakan salah satu negara termiskin akan ketersediaan sumber daya airnya. Sebagian besar bentang alamnya berupa padang pasir yang tandus dan sebagian permukaan lainnya berupa batuan keras yang sulit ditembus oleh air maupun vegetasi. Iklimnya sangat kering (arid). Curah hujan rata-rata tahunannya hanya 90 mm dan jumlah hari hujannya kurang dari 20 hari dalam setahun [1]. Deskripsi itu menjelaskan bahwa sebegitu keringnya iklim dan cuaca di KSA, terlebih wilayah-wilayah di bagian tengah seperti Riyadh yang pada bulan-bulan musim panas (Juni - Agustus) suhu udaranya bisa mencapai 50 derajat Celcius. Kelembaban pun yang sangat rendah hanya 10%. Tak heran, teman-teman saya yang kuliah di Riyadh pernah bercerita bahwa kulit tangannya mengalami pecah-pecah dan iritasi, bahkan sampai ada yang mimisan. Saat musim panas memang luar biasa panasnya di siang hari. Begitu pula saat musim dingin, suhu malam hari dinginnya menusuk ke tulang. 
Nah, untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat KSA mengandalkan air tanah (groundwater). Tercatat bahwa sekitar 80-90% konsumsi airnya berasal dari air tanah, baik melalui sumur konvensional maupun pemompaan [2]. Selain itu pula tercatat bahwa cadangan air tanahnya sekitar 2259 miliar meter kubik [3], sedangkan volume air tanah yang dapat diperbaharukan (renewable) atau aquifer dangkal hanya berkisar antara 5000-8000 juta meter kubik [4]. Namun apabila masyarakat secara terus-menerus mengambil air dari dalam tanah, maka diprediksi akan habis dalam jangka waktu 25 tahun ke depan. Terlebih dengan semakin meningkatnya aktivitas pertanian yang telah berdampak pada semakin besarnya konsumsi air sekitar 84 % dari keseluruhan [5].
Sebelum ditemukan minyak bumi, kehidupan masyarakat KSA tak senikmat seperti sekarang ini. Pihak kerajaan hanya mengandalkan pendapatan dari kegiatan haji tahunan. Namun pada saat terjadinya kemunduran ekonomi global (Great Depression) sekitar tahun 1929 hingga 1940, jumlah jamaah haji mengalami penurunan secara drastis. Hal itu berimplikasi pada pendapatan kerajaan. Berbagai upaya dilakukan guna menemukan minyak bumi di tanah KSA. Hingga akhirnya pada tahun 1938 minyak bumi berhasil ditemukan pertama kalinya di Kota Dammam [6].
Pabrik desalinasi air laut Ras Al-Khair, Arab Saudi.
Pabrik desalinasi air laut Ras Al-Khair, Arab Saudi.
Kesejahteraan masyarakat KSA berangsur-angsur meningkat. Sarana dan prasarana mulai dibangun. Pendidikan generasi mudanya mulai diperhatikan bahkan kini sudah bertaraf internasional. Suplai listrik tak ada matinya. Dan yang tak kalah pentingnya adalah kebutuhan air bersihnya mampu dipenuhi.
Tak ada rotan akar pun jadi. Begitulah kata pepatah bahasa Indonesia. Ternyata Arab Saudi mampu menyulap air laut yang asin menjadi air yang bisa diminum. Tepat pada tahun 1969, stasiun penyulingan air laut (desalinasi) berhasil didirikan [7]. Kini jumlah stasiun desalinasi sudah sebanyak 36 stasiun, dimana stasiun Ras Al-Khair saat ini akan menjadi stasiun desalinasi terbesar di dunia. Stasiun tersebut akan mampu menghasilkan setengah dari air desalinasi KSA. Total produksi air desalinasi yang dihasilkan tiap harinya rata-rata sebesar 3.3 juta meter kubik, sehingga per tahun bisa mencapai 1.2 miliar meter kubik. Berdasarkan informasi terkini, target di tahun 2015 total produksi air desalinasi akan bisa mencapai 1.83 miliar meter kubik. Tentunya anggaran biaya yang mesti disiapkan semakin besar, diperkirakan bisa mencapai 86.5 milyar riyal atau setara dengan 324.3 milyar dolar AS atau sekitar 3,892.5 triliun rupiah [5]. Wow, angka yang fantastis!!
Salah satu contoh air minum botolan 600mL yang beredar di Arab Saudi.
Salah satu contoh air minum botolan 600mL yang beredar di Arab Saudi.
Dalam setiap produksi 20,000 meter kubik air, biaya per meter kubik-nya sebesar 12 riyal atau 3.2 dolar AS. Namun tarif yang dikenakan kepada masyarakat hanya sebesar 0.12 riyal atau 0.03 dolar AS tiap meter kubik air, atau sekitar 360 rupiah. Luar biasa murahnya, bukan!
Suatu ketika saya berbelanja di warung kecil pinggir jalan, lalu bertanya,
”a’tini moyah wahid ya habibi. Kam fulus?” (Berikan saya sebotol air minum, Mas. Berapa duit yaks?)
Penjualnya seraya menjawab,
“Biriyal ya sodik” (satu riyal aja bro)
Maka tak heran, kalau harga sebotol air minum 600 mL hanya satu riyal saja atau setara dengan 3000 rupiah. Begitu juga dengan air isi ulang galon. Saya pikir harganya akan lebih mahal. Tapi ternyata hanya tiga riyal saja atau sekitar 8000- 9000 rupiah.
“Hemm..Kok harganya hampir sama dengan di Jakarta yah??  Padahal Indonesia itu kaya sekali dengan sumber daya airnya. Coba kurang apalagi bila dibandingkan dengan KSA. Setidaknya selama enam bulan sebagian besar wilayah Indonesia diguyur hujan tiap harinya. Sungai-sungai mengalir deras hingga ke pantai. Air sumur pun melimpah ruah. Belum lagi ada banyak danau dan waduk.
Semoga tulisan ini bisa menjadi inspirasi buat kita untuk selalu berpikir dan berusaha untuk memperbaiki kekurangan di sana-sini. Untuk itu, mari kita perhatikan firman Allah berikut ini:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al-A’raf: 96)
Semoga bermanfaat.
- Salam dari Jeddah-
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
* Artikel ini diterbitkan di Majalah Geospasial.
** Penulis adalah Master lulusan Universitas King Abdulaziz (KAU) Jeddah, bidang Hydrologi dan Pengelolaan Sumber Daya Air (2013). 
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Referensi:
[1] http://www.riyadh.climatemps.com/precipitation.php diakses pada 9 Desember 2013
[2] Al-Salamah IS, Ghazaw YM, Ghumman AR. 2011. Groundwater modeling of Saq Aquifer in Buraydah, Al Qassim for better water management strategies. Environ. Monit. Assess., 173: 851–860
[3] Abderrahman WA, Al-Harazin  IM. 2008. Assessment of climate changes on water resources in the Kingdom of Saudi Arabia. GCC Environment and Sustainable Development Symposium, 28–30 January 2008, Dhahran, Saudi Arabia, D-1-1 – D-1-13
[4] JCC-Jeddah Regional Climate Center. 2012. Assessment of climate change on water resources in Kingdom of Saudi Arabia. First National Communication Water Resources. http://jrcc.sa/First_National_Communication_Water_Resources.php. Accessed on 1 Oct. 2012 Kingdom of Saudi Arabia Standard (KSA). 2003. General presidency of meteorology and environment
[5] http://www.aawsat.net/2013/07/article55308131 diakses pada 9 Desember 2013