Saturday, September 28, 2013

Syirik dan bahayanya

syirik1 Syirik dan bahayanyaSyirik adalah dosa yang paling besar dan tidak terampuni kecuali dengan taubat kepada Allah ta’ala. Syirik adalah engkau menjadikan adanya sekutu bagi Allah ta’ala  padahal Dia-lah yang telah menciptakanmu. Engkau beribadah kepada-Nya dan juga beribadah kepada selain-Nya, seperti beribadah (menyembah) kepada batu, manusia, matahari, bulan, nabi, syaikh, jin, bintang, malaikat, dan lain seba-gainya.
  1. A.      Arti Syirik
Secara bahasa, syirik artinya menyekutukan atau menjadikan sesuatu memiliki syarik (sekutu).
Sedangkan secara istilah, syirik artinya menyekutukan Allah ta’ala  dengan sesuatu.
Syirik bisa terjadi dalam tiga hal:
1.       Dalam Rububiyah.
Contoh syirik dalam rububiyah:
  • Berpendapat bahwa alam semesta terjadi dengan sendirinya, tanpa ciptaan al-Kholiq.
  • Meyakini ada dzat selain Allah ta’ala  yang mampu memberikan manfaat atau mendatangkan mudhorot.
  • Meyakini ada dzat selain Allah ta’ala  yang mampu melindungi manusia dari marabahaya atau mengeluarkan mereka dari kesulitan.
2.       Dalam Uluhiyah.
Contoh syirik dalam uluhiyah:
  • Berdoa atau memohon kepada selain Allah ta’ala.
  • Sujud kepada selain Allah ta’ala.
  • Memakai jimat-jimat dengan keyakinan bahwa ia sanggup menolak bencana.
3.       Dalam Asma wa Shifat.
Contoh syirik dalam asma wa shifat:
  • Meyakini ada seorang makhluk yang memiliki sifat-sifat seperti Allah ta’ala.
  • Memberikan nama untuk sesuatu (misalnya berhala) dengan nama-nama Allah ta’ala.
B.      Ancaman bagi Pelaku Syirik.
1.        Siapa yang berbuat syirik, maka gugurlah seluruh amal-amal sho-lehnya.
Allah ta’ala  berfirman: “Itulah petunjuk Allah ta’ala, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Sean-dainya mereka mempersekutukan Allah ta’ala, niscaya gugurlah amal-amal yang telah mereka kerjakan.” [QS. al-An’am (6): 88]
 “Dan sesungguhnya telah diwahyu-kan kepadamu dan kepada nabi-nabi yang sebelummu. ‘Jika kamu memperse-kutukan Allah ta’ala, niscaya gugurlah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” [QS. az-Zumar (39): 65]
2.       Syirik adalah kesesatan dan kezho-liman yang paling besar.
Allah ta’ala  berfirman: “Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah ta’ala, maka sesungguhnya ia telah terse-sat sejauh-jauhnya.” [QS. an-Nisa’ (4): 116]
Dan (ingatlah) ketika Luqman ber-kata kepada anaknya di waktu ia mem-beri pelajaran kepadanya: “Wahai anak-ku, janganlah kamu mempersekutukan Allah ta’ala (syirik), sesungguhnya syirik adalah kezhaliman yang besar.” [QS. Luqman (31): 13]
Siapa yang berbuat syirik dan tidak bertaubat sampai mening-galnya, maka Allah ta’ala  sekali-kali tidak akan mengampuni dosanya.
Allah ta’ala  berfirman: “Sesungguhnya Allah ta’ala tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang di-kehendaki-Nya. Barangsiapa yang mem-persekutukan Allah ta’ala, maka sungguh ia te-lah berbuat dosa yang besar.” [QS. an-Nisa’ (4): 48]
1.     Siapa yang berbuat syirik dan tidak bertaubat sampai mening-galnya maka ia akan kekal di neraka jahannam.
Allah ta’ala  berfirman: “Sesungguhnya o-rang-orang yang kafir, yaitu ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” [QS. al-Bayyinah (98): 6].
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam  bersabda: “Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak menye-kutukan Allah ta’ala dengan sesuatu, niscaya a-kan masuk surga, dan barangsiapa yang mati dalam keadaan menyekutukan Allah ta’ala dengan sesuatu, niscaya masuk neraka.” (HR. Muslim)
2.     Syirik akbar (besar) menghalalkan darah dan harta seseorang.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam  bersabda: “Aku diperin-tahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah ta’ala dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam, serta menunaikan sholat dan membayar zakat. Jika mereka telah melakukannya maka terlindungilah darah dan harta me-reka kecuali dengan hak Islam.” (HR. Muslim)
3.     Barangsiapa berbuat syirik, maka seolah-olah dia terjatuh dari langit lalu disambar oleh burung atau dibawa angin ke suatu jurang yang dalam.
Allah ta’ala  berfirman: “…Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah ta’ala, maka ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” [QS. al-Hajj (22): 31]
4.       Barangsiapa yang berbuat syirik, maka ia akan dikuasai oleh setan.
Allah ta’ala  berfirman: “Sesungguhnya kekuasaan setan itu hanyalah atas orang-orang yang menjadikannya (setan terse-but) sebagai pemimpin dan mereka yang mempersekutukannya dengan Allah ta’ala.” [QS. an-Nahl (16): 100]
5.     Allah  ta’ala  tidak akan menerima alasan berbuat syirik karena mengikuti tradisi orang-orang tua terdahulu (nenek moyang).
Allah ta’ala  berfirman: “Dan (ingatlah), ketika Robbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah ta’ala mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah aku ini Robb kalian?’ Mereka menjawab: ‘Betul (Engkau Robb kami), kami men-jadi saksi’. (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Robb)’. Atau agar kalian tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang tua kami telah memperse-kutukan Robb sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami kare-na perbuatan orang-orang yang sesat da-hulu?’ Dan Demikianlah Kami menjelas-kan ayat-ayat itu, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” [QS. al-A'rof (7): 172-174]
C.    Macam-macam Syirik.

apa macam syirik dan bahayanya?

Syirik terbagi dalam dua macam, yaitu:
1.       Syirik Akbar (syirik besar).
2.       Syirik Ashghor (syirik kecil).
Perbedaan antara syirik akbar dan syirik ashghor:
  • Syirik akbar mengeluarkan pelaku-nya dari Islam, sedangkan syirik ashghor tidak sampai mengelu-arkan pelakunya dari Islam.
  • Syirik akbar menggugurkan semua amal-amal soleh yang pernah dila-kukan oleh seseorang, sedangkan syirik ashghor hanya menggugur-kan amal sholeh yang disertai syi-rik ashghor tersebut.
  • Syirik akbar akan mengekalkan pe-lakunya di neraka, sedangkan syi-rik ashghor jika Allah ta’ala berkehendak untuk menyiksanya maka tidak a-kan kekal di neraka.
  • Pelaku syirik akbar jika tidak ber-taubat sebelum meninggal maka ti-dak akan terampuni dosanya, se-dangkan pelaku syirik ashghor jika tidak bertaubat sebelum mening-galnya maka ia terancam dengan adzab yang sangat pedih, akan te-tapi jika Allah ta’ala menghendaki maka Dia akan mengampuninya. 
 http://dainusantara.com/syirik-dan-bahayanya/

Ulama Terkemuka Arab Saudi Kecam Serangan terhadap Warga Non-muslim

Riyadh - Seorang ulama terkemuka di Arab Saudi mengecam aksi kekerasan terhadap warga non-muslim yang hidup di negara-negara Islam. Ulama ini juga mengecam serangan terhadap warga muslim dengan dalih kemurtadan.

"Merujuk pada perkembangan dunia muslim yang berbahaya, saya ingin memperingatkan soal bahaya menyerang warga muslim dan mereka (warga non-muslim) yang berada di bawah perlindungan muslim," ujar Ulama Besar Sheikh Abdulaziz al-Sheikh seperti dilansir AFP, Selasa (17/9/2013).

Sheikh Abdulaziz al-Sheikh merupakan Kepala Badan Ulama Senior dan Departemen Ifta dan Penelitian Ilmiah setempat.

Lebih lanjut, Sheikh juga mengecam adanya "pertumpahan darah antar muslim dan mereka yang hidup di negara mereka dengan damai." Pernyataan ini dikutip oleh kantor berita Arab Saudi, SPA.

"Para ekstremis itu menemukan dalih 'takfir' (tudingan kemurtadan), yang menjadi pembenaran mereka untuk membunuh warga muslim dan warga lainnya yang dilindungi," cetus Abdulaziz.

Peringatan Sheikh Abdulaziz ini muncul seiring kekhawatiran warga minoritas yang tinggal di negara-negara Arab yang didominasi penganut Islam. Terutama di Suriah yang tengah dilanda krisis kemanusiaan dan memakan banyak korban jiwa.

Janganlah Berbuat Syirik!

Janganlah Berbuat Syirik!Syirik yaitu menjadikan sekutu bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala  dalam rububiyah, uluhiyah, asma’ dan sifat-Nya, atau pada salah satunya. Apabila seorang manusia meyakini bahwa bersama Allah Subhanahu wa Ta’ala  ada yang menciptakan, atau yang menolong, maka dia seorang musyrik. Barangsiapa yang meyakini bahwa sesuatu selain Allah Subhanahu wa Ta’ala  berhak disembah, maka dia seorang musyrik. Barangsiapa yang meyakini bahwa bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala  ada yang serupa pada asma’ dan sifat-Nya, maka dia seorang musyrik.

Bahaya Syirik
1. Syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala  adalah perbuatan yang teramat zalim, karena telah melewati batas hak Allah Subhanahu wa Ta’ala  yang khusus dengan-Nya, yaitu tauhid. Tauhid adalah keadilan paling adil dan syirik adalah kezaliman yang paling bengis dan kejahatan yang paling keji; karena ia mengurangi bagi Rabb semesta alam, menyombongkan diri dari taat kepada-Nya dan memalingkan kemurnian hak-Nya kepada selain-Nya dan memutarkan selainnya dengannya. Karena begitu besar bahayanya, maka sesungguhnya siapa yang berjumpa dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala  dalam keadaan syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala  tidak mengampuninya, seperti dalam firman-Nya:

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki, (QS. An-Nisaa’48)

2. Syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala  merupakan dosa terbesar. Siapa menyembah selain Allah Subhanahu wa Ta’ala  berarti dia telah meletakkan ibadah di tempat yang salah, dan memalingkannya kepada yang tidak berhak. Hal itu kezaliman yang besar, seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Luqman:13)

3. Syirik besar menggugurkan semua amal perbuatan dan memastikan kebinasaan dan kerugian, ia adalah dosa yang terbesar.

a. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu:”Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Az-Zumar: 65)

b. Dari Abu Bakrah Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Maukah kalian aku beritahukan dosa yang terbesar? (Nabi mengucapkannya sampai tiga kali). Mereka menjawab, ‘Tentu, wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘Menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala , durhaka kepada kedua orang tua.’ Dan beliau duduk dan tadinya beliau bersandar: ‘Ketahuilah!, dan sumpah palsu.’ Abu Bakrah Radhiyallahu ‘Anhu berkata, ‘Beliau terus mengulanginya hingga kami berkata, ‘Semoga beliau diam.” (HR. al-Bukhari no. 2654 dan lafazd ini adalah miliknya, dan Muslim no.87)

Keburukan-Keburukan Syirik
Allah Subhanahu wa Ta’ala  menyebutkan empat keburukan syirik dalam empat ayat, yaitu:

1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala  tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala , maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-Nisa`:48)

2. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisa` 116)

3. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (QS. Al-Maidah:72)

4. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. (QS. Al-Hajj:31)

Balasan Bagi Ahli Syirik
1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya.Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS. Al-Bayyinah:6)

2. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Sesungguhnya orang-orang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan:”Kami beriman kepada yang sebahagian dan kafir terhadap sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. (QS. An-Nisaa`:151)

3. Dari Abdullah bin Mas’ud , ia berkata, “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Barangsiapa yang meninggal dunia, sedangkan dia berdoa kepada sekutu dari selain Allah Subhanahu wa Ta’ala , niscaya dia masuk neraka.” (HR. al-Bukhari no 4497, ini adalah lafaznya dan Muslim no. 92.)

Dasar Syirik
Dasar syirik dan pondasinya dibangun atasnya adalah bergantung kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala . Barangsiapa yang bergantung kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala  niscaya menyerahkannya kepada sesuatu yang dia bertawakkal kepadanya, menyiksanya dengannya, menghinakannya dari sisi yang dia bergantung dengannya. Jadilah ia tercela, tidak ada pujian baginya, terhina tidak ada penolong baginya, seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

Janganlah kamu adakan ilah-ilah yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah). (QS. Al-Isra`:22)

Redaktur: Shabra Syatila
Sumber: Mukhtashar Fiqih Islami 
http://www.fimadani.com/janganlah-berbuat-syirik/

Pembagian Tauhid Menjadi Tiga Bukan Trinitas

A.       Pendahuluan
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan segala limpahan rahmat dan nikmat-Nya. Yang jika kita mencoba untuk menghitungnya maka sungguh kita tak akan mampu untuk menghitungnya. Salawat beserta salam semoga tercurahkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad Saw, kepada keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umat muslim.

Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa tauhid adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia, karena tauhid merupaan landasan bagi setiap amal yang dilakukannya. Hanya amal yang dilandasi dengan tauhidlah, menurut tuntunan islam, yang akan menghantarkan menusia kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki di alam akhirat nanti.
Allah Swt berfirman yang artinya “Barang siapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik lagi dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl:97)
Berdasarkan pada pentingnya peranan tauhid dalam kehidupan manusia, maka wajib bagi setiap muslim untuk mempelajarinya.
Belakangan ini, kita sering mendengar pernyataan-pernyataan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab bahwa pembagian tauhid menjadi tiga yaitu rububiyah, uluhiyah dan asma’ wa sifat sama seperti aqidah trinitas kaum Nasrani yang meyakini bahwa Allah terdiri dari tiga oknum.
Yang lebih aneh lagi mereka masih terus menganggap bahwa pernyataan mereka ini adalah hujjah yang sangat kuat untuk membantah salafiyin, padahal ini adalah hujjah yang sangat konyol dan sangat tidak masuk akal. Apakah semua yang dibagi menjadi tiga sama dengan trinitas?
Pada kesempatan ini, saya akan mencoba untuk mengulas beberapa konsep pembagian aqidah yang sangat berbeda dengan aqidah trinitas Nasrani.
B.       Pembahasan
Trinitas adalah doktrin Iman Kristen yang mengakui Satu Allah Yang Esa, namun hadir dalam Tiga Pribadi, yaitu Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus, di mana ketiganya adalah sama esensinya, sama kedudukannnya, sama kuasanya, dan sama kemuliaannya. Istilah Tritunggal mengandung arti tiga Pribadi dalam satu kesatuan esensi Allah.
Konsep trinitas bersumber pada ajaran kitab Injil yang diragukan keasliannya, disebabkan bukanlah kitab ‘Samawi’ (bersumber pada wahyu Allah Swt), namun kitab injil tersebut ditulis dan disusun setelah Al-Masih diangkat oleh Allah atau setelah penyalibannya menurut perkiraan orang-orang Nasrani. Dan masuknya konsep Trinitas pada agama Nasrani setelah kepergian Al-Masih dan para pengikutnya.
Oleh karena pengertian trinitas di atas, maka berikut adalah beberapa hujjah yang membantah pernyataan bahwa pembagian tauhid menjadi tiga adalah sama dengan aqidah trinitas Nasrani.
1.        Maksud dari pembagian Tauhid menjadi tiga, yaitu mentauhidkan Allah dalam Rububiyahnya, Uluhiyahnya, dan  Asmaa dan SifaatNya.
a)        Tauhid ar-Rubuubiyah artinya Mengesakan Allah dalam hal penciptaan, pemilikan dan pengaturan. Yaitu meyakini bahwa Allah Maha Esa dan tidak ada dzat lain yang ikut nimbrung membantu Allah dalam hal penciptaan, penguasaan, dan pengaturan.
b)        Tauhid al-Uluhiyah : Mengesakan Allah dalam peribadatan hamba kepadaNya. Artinya Allah Maha Esa dalam penyembahan, maka tidak ada dzat lain yang boleh untuk ikut serta disembah disamping penyembahan terhadap Allah.
c)        Tauhid al-Asmaa wa as-Sifaat : Mengesakan Allah dalam nama-nama dan sifat-sifatnya. Artinya tidak ada dzat lain yang menyamai sifat-sifat Allah yang maha sempurna.
Jika kita bertanya kepada kaum muslimin secara umum tentang tiga makna tauhid di atas, maka secara umum tidak ada yang menolak, karena Allah memang Maha Esa dalam ketiga hal di atas. Lantas kenapa harus ada pengingkaran jika maknanya disetujui dan disepakati..??

2.        Tauhid asalnya tidaklah diterima kecuali tauhid yang satu. Karena asalnya Rob yang berhak disembah adalah Rob yang Maha Esa dalam penciptaan, dan juga Maha sempurna sifat-sifat-Nya. Jika ada Rob yang tidak Maha Esa dalam penciptaan atau tidak sempurna sifat-sifatnya maka dia tidak berhak untuk disembah. Karenanya asalnya bahwa tauhid tidaklah menerima pembagian. Ketiga makna tauhid di atas harus terkumpulkan menjadi satu. Lantas kenapa ada pembagian?

Makhluklah (yaitu kaum musyrikin) yang telah melakukan pembagian, sehingga mereka hanya mengimani dan mengerjakan sebagian dari makna tauhid.

Allah berfirman :

مُشْرِكُونَ وَهُمْ إِلا بِاللَّهِ أَكْثَرُهُمْ يُؤْمِنُ وَمَا

"Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam Keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)" (QS Yusuf : 106)

Para salaf dan para ahli tafsir telah sepakat bahwa makna ayat ini adalah kaum musyrikin arab mengakui dan mengimani bahwasanya Allah Maha Esa dalam penciptaan dan pengaturan, akan tetapi mereka berbuat kesyirikan dengan beribadah juga kepada selain Allah.

Ayat ini menunjukkan bahwa kaum musyrikin Arablah yang membagi tauhid kepada Allah, sehingga hanya mengimani sebagian tauhid (yaitu tauhid rububiyah) dan berbuat syirik dalam tauhid al-uluhiyah.

Allah juga berfirman

يُشْرِكُونَ هُمْ إِذَا الْبَرِّ إِلَى نَجَّاهُمْ فَلَمَّا الدِّينَ لَهُ مُخْلِصِينَ اللَّهَ دَعَوُا الْفُلْكِ فِي رَكِبُوا فَإِذَا

Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah) (QS Al-'Ankabuut : 65)

Ayat ini menjelaskan bahwasanya dalam kondisi gawat kaum musyrikin mengesakan (tidak membagi) tauhid mereka sehingga ikhlas berdoa kepada Allah, akan tetapi tatkala mereka diselamatkan di daratan mereka kembali lagi melakukan pembagian tauhid dan menyimpang dalam tauhid al-uluhiyah.

3.        Syari'at tidak ingin tauhid dipisah-pisahkan, bahkan ingin agar tauhid merupakan seusatu yang satu kesatuan. Hanya saja timbul penyimpangan dari kaum musyrikin yang memecah dan membagi tauhid, dimana mereka beriman kepada sebagian makna tauhid dan mengingkari sebagian yang lain. Maka datanglah syari'at untuk meluruskan mereka sehingga menjelaskan dengan cara membagi antara keimanan mereka yang benar (tauhid ar-rububiyah) dan keimanan mereka yang salah dalam tauhid (yaitu tauhid al-uluhiyah). Sehingga sering kita dapati bahwasanya Al-Qur'an berhujjah dengan keimanan mereka terhadap tauhid ar-rububiyah agar mereka meluruskan tauhid mereka yang salah dalam tauhid al-uluhiyah. Seperti firman Allah yang artinya:

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." (QS Al-Baqoroh : 21-22)

Dalam ayat ini Allah berhujjah dengan pengakuan kaum musyrikin dan keimanan mereka terhadap Rububiyah Allah agar mereka juga mentauhidkan Allah dalam uluhiyah/peribadatan.

Intinya : Pembagian tauhid nampak dan muncul pada makhluk lalu datanglah syari'at berusaha memperbaiki dan meluruskan pemahaman mereka yang keliru tentang tauhid. Jadilah timbul pembagian tauhid dalam syari'at yang memiliki 2 fungsi, (1) dalam rangka penjelasan dan (2) dalam rangka menjaga tauhid dari kesalahpahaman

4.        Timbul pertanyaan mengapa harus ada pembagian tauhid menjadi tiga? Rahasianya karena pembagian ini menjelaskan akan bedanya antara tauhid Ar-Rububiyah dengan tauhid Al-Uluhiyah. Dan barangsiapa yang mengakui tauhid Ar-rububiyah akan tetapi beribadah kepada selain Allah maka ia adalah seorang musyrik. Inilah pembagian yang mereka ingkari, mereka hanya ingin pembicaraan tauhid hanya pada dua model tauhid saja, yaitu tauhid ar-rububiyah dan tauhid al-asmaa wa as-sifaat.

Karena dengan dibedakannya antara tauhid ar-rububiyah dan tauhid al-uluhiyah semakin memperjelas bahwa aqidah mereka tentang bolehnya berdoa kepada mayat-mayat penghuni kubur dan beristighotsah kepada para wali yang telah meninggal adalah kesyirikan yang nyata.

Mereka tidak mempermasalahkan jika seandainya tauhid dibagi menjadi dua, yaitu tauhid rububiyah dan tauhid al-asmaa wa as-sifaat, karena dalam buku-buku aqidah mereka ternyata memfokuskan pembicaraan pada dua model tauhid ini. Jika kita setuju pembagian tauhid hanya dua saja, maka bisa saja dikatakan ini adalah dualisme ketuhanan, sebagaimana penyembah dua dewa atau dua tuhan, dan ini juga kesyirikan. Sebagaimana trinitas adalah kesyirikan demikian juga dualisme ketuhanan  juga terlarang
C.       Kesimpulan

Dari beberapa pemaparan di atas dapat disimpulan bahwa aqidah trinitas nasrani sangatlah bertentangan dengan aqidah Islam yang dibagi menjadi tiga. Dan pembagian tauhid menjadi tiga yaitu rububiyah, uluhiyah serta asma’ wa sifat bukanlah trinitas yang membagi Tuhan menjadi tiga oknum.
 
D.      Referensi
·         http://firanda.com/index.php/artikel/aqidah/403-pembagian-tauhid-menjadi-tiga-adalah-trinitas


    Penulis: Romansyah Makalalag, Siswa kelas XII IPA 1,
    MAN Insan Cendekia Gorontalo.
http://www.buyahaerudin.com/2013/09/pembagian-tauhid-menjadi-tiga-bukan.html
 

Bolehkah Kenakan Kain Ihram di Jeddah?

Buku ‘Fatwa-Fatwa Haji dan Umrah oleh Ulama-Ulama Besar Saudi Arabia’ yang disusun oleh Muhammad bin Abdul Aziz Al-Musnad, Lembaga Hukum Islam (Al-Majma' Al-Fiqhi Al-Islamiyah), di Makkah,

menyebutkan seorang calon haji atau orang yang akan melaksanakan ibadah umrah, tidak dibenarkan berniat ihram dan mengenakan kain ihram di Jeddah. Hal ini karena Jeddah bukan salah satu miqat yang ditetapkan Rasulullah.

Bahkan, orang-orang yang tidak membawa pakaian ihram, tetapi berniat haji atau umrah, juga tidak boleh mengakhirkan ihram sampai ke Jeddah. Yang wajib atas mereka adalah ihram dengan celana jika mereka tidak mempunyai kain.

Hal ini didasari hadis bahwa Rasulullah  Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Barang siapa yang tidak mendapatkan sandal, maka hendaklah dia memakai khuf. Dan siapa yang tidak mendapatkan kain, maka hendaklah dia memakai celana (panjang).’’ [HR Muslim).

Kedua, majelis ulama Arab Saudi merekomendasikan kepada Ketua Umum Rabithah 'Alam Al-Islami untuk mengirim surat kepada perusahaan penerbangan dan kapal laut agar mengingatkan para penumpang sebelum dekat miqat bahwa mereka akan melewati miqat sehingga memungkinkan calon jamaah haji atau umrah untuk mempersiapkan ihram.

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz menyebutkan, orang yang datang ke Makkah untuk haji atau umrah dan dia belum ihram ketika melewati miqat, wajib bagi orang itu untuk kembali ke tempat miqat dan ihram untuk haji dan umrah dari miqat tersebut.

Hal ini didasarkan pada hadis yang menyebutkan, Penduduk Madinah, ihram dari Dzul-Hulaifah, penduduk Syam (Yordania, Palestina dan sekitarnya) ihram dari Juhfah, penduduk Najd ihram dari Qarnul Manazil, dan penduduk Yaman ihram dari Yalamlam,’’ [Hadits Riwayat Nasa'i].

Bagi orang yang melaksanakan ibadah haji atau umrah dengan menggunakan pesawat udara atau laut, majelis ulama Arab Saudi menetapkan bahwa miqat ditetapkan berada di lokasi yang searah dengan miqat-miqat yang telah ditetapkan Rasulullah  Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Namun, jika para jamaah masih merasa bingung dengan masalah miqat tersebut, lebih baik jamaah bersikap hati-hati dengan ihram jauh sebelum pesawat melintasi batas miqat tersebut. Misalnya, dengan melaksanakan niat ihram menjelang pesawat tinggal landas menuju Tanah Suci. Tindakan ini hukumnya memang makruh. Namun, demi kehati-hatian karena takut melewati miqat tanpa ihram, hilanglah kemakruhannya.

Tuesday, September 24, 2013

Kurang Perhatian Terhadap Dakwah Tauhid, Sebab Perpecahan

Soal:
Kami dapati banyak orang yang berdakwah kepada tauhid di negeri-negeri Islam berpecah-belah dan terpecah menjadi jamaah-jamaah, padahal mereka berdakwah kepada tauhid, sedangkan akidah menyatukan tidak memecah belah. Apa pendapat anda wahai Syaikh?

Jawab:
Aku tidak yakin bahwa (berita) ini benar. Orang yang berpecah-belah tidak mengajak kepada tauhid. Andaikan mereka lakukan itu (dakwah kepada tauhid) mereka tidak akan berpecah-belah. Akan tetapi mereka mengajak kepada pendapat-pendapat, kepada manhaj tertentu. Allah Ta’aala berkata:

كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
Setiap kelompok/hizb bangga dengan apa yang ada pada kelompoknya” (Qs. Mu’minun: 53).

Andaikan mereka berdakwah kepada tauhid dengan dakwah yang benar, pasti mereka akan bersatu, beriringan: karena tauhidlah yang menyatukan orang-orang sebelum kita dan menyatukan kita dan orang-orang setelah kita. Melainkan kejahilan akan tauhid atau tidak memberikan perhatian yang layak terhadap tauhidlah yang menjadikan da’i-da’i berpecah-belah.

Sumber fatwa: http://www.assakina.com/fatwa/16581.html#ixzz2IBZUE7a2

Penerjemah: Ustadz Ja’far Shalih
Dari catatan facebook Ustadz Ja’far Shalih dipublish ulang oleh Muslim.Or.Id