Saturday, March 31, 2012

Taman As-Salam “Oase” di Jantung Kota Riyadh

13329431651416315857Mencari tempat wisata keluarga di Arab Saudi sangatlah mudah . Meskipun menerapkan hukum Islam yang ketat, dan polisi Syariah (Muttowa) selalu melakukan patroli setiap saat, namun pemerintah Arab Saudi tetap menyediakan banyak fasilitas umum yang bisa dikunjungi oleh keluarga untuk jalan-jalan mengisi liburan di akhir pekan. Di Riyadh sendiri ada banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi bersama keluarga misalnya arena bermain di Taman Murabba, Arena bermain Al-Hokair, Taman As-Salam, Wadi Hanifah, Kebun Binatang, Kota Tua Dir’iyah, Benteng Al-Masmak, Kingdom Tower (Burj Al-Mamlakah), Istana Yamamah, Museum Pesawat dan Museum Nasional Arab Saudi.

Banyaknya tempat-tempat wisata di kota Riyadh, hal ini tentu tidak terlepas dari posisi Riyadh sebagai ibukota negara Arab Saudi. Sebagai ibukota negara Kerajaan Arab Saudi, Riyadh telah menjadi tujuan wisata yang sangat menarik bagi penduduk lokal maupun mancanegara setelah menunaikan ibadah haji, umroh atau perjalanan bisnis.

13329435961611967627
Saat ini cuaca di kota Riyadh mulai hangat. Dan sudah menjadi tradisi, saya dan keluarga biasanya selalu mencoba meluangkan waktu untuk melakukan petualangan di akhir pekan. Khusus pada perjalanan kali ini saya akan melaporkan suasana keindahan alam yang dihiasi oleh suara tawa anak-anak yang sedang bermain di  Taman As-Salam, yang terletak tepat di jantung kota Riyadh. Seperti biasa, kami telah menyiapkan semua bekal untuk perjalanan sehari sebelum hari keberangkatan. Tikar, tenda, makanan, minuman dan peralatan untuk bermain telah siap dan tertata rapi.

13329434161130497121
Perjalanan ke taman as-Salam pun di mulai. Saya memilih lewat jalan Malik Fahad yang merupakan jalan ter-sibuk dan ter-padat di kota Riyadh. Dalam waktu 20 menit, kami pun tiba di taman As-Salam. Saat itu suasananya masih sepi, tempat parkir pun masih leluasa. Di depan pintu masuk taman As-Salam terlihat para pedagang yang sibuk menjajakan mainan, makanan, kursi dan tikar. Tentu saja suasana para pedagang seperti ini mengingatkan saya pada tempat-tempat wisata di Indonesia yang tidak pernah sepi dari aksi para pedagang asongan.

1332944381871613544
Taman As-Salam asalnya adalah kebun kurma milik pribadi yang kemudian dibeli oleh pemerintah kota Riyadh dan disulap menjadi taman kota yang sejuk dan asri. Taman As-salam memiliki luas sekitar 75 Ha. Selain taman, didalamnya juga terdapat taman bermain untuk anak-anak, danau buatan, arena bermain boat, trek joging, lapangan berkuda, masjid dan beberapa restoran siap saji. Karena fasilitasnya yang lengkap, taman As-Salam merupakan tempat wisata favorit bagi warga kota Riyadh dan para expatriat beserta keluarga.
Kini, selain berperan sebagai tempat wisata yang mampu memberikan kesenangan bagi warga kota Riyadh, pemerintah kota Riyadh juga memanfaatkan taman As-Salam sebagai paru-paru kota.  Kota Riyadh yang dulu kering dan gersang kini telah berubah wajah. Kota gurun yang dulunya sangat panas itu, kini secara perlahan telah berubah menjadi taman kota yang hijau dan sejuk. Pemerintah kota Riyadh berharap, selain berfungsi untuk mendukung pembangunan berwawasan lingkungan dan sebagai paru-paru kota, taman As-Salam juga bisa dijadikan tujuan wisata keluarga yang menyenangkan. 

Taman As-Salam memang sangat luas dan indah. Hamparan rumput hijau nan lembut, dihiasi dengan berbagai bunga kelas dunia dan pohon-pohon lebat yang dihiasi lampu hias menambah suasana taman semakin cantik. Tak ketinggalan suara merdu kicauan burung dari atas pepohonan dan gemericik suara air dari sungai kecil menambah suasana taman makin tampak eksotik. Adanya jembatan bagi pejalan kaki yang membelah danau dan air mancur tepat ditengah-tengah danau juga menjadikan pemandangan taman semakin indah. Suara tawa dan canda anak-anak yang sedang bermain meng-ekpresikan kegembiraannya juga hiburan tersendiri yang mampu mebuat hati dan pikiran semakin jernih.

Setelah hati dan pikiran kembali jernih, saatnya untuk pulang dan siap menyambut aktivitas hari berikutnya dengan hati yang bersih.
Foto: www.virtualtripping.com
http://www.kompasiana.com/KenHirai

Sunni – Syi’ah Bersandingan?! Mustahil!!!

by
sunni-syiah
Mustahil Sunni dan Syiah Bersatu
Penindasan dan kehinaan yang diderita oleh umat Islam saat ini, menjadikan sebagian umat Islam menyerukan agar diadakan konsolidasi antar semua aliran yang ada. Hanya saja, seruan tersebut sering kali kurang direncanakan dengan baik, sehingga tidak menghasilkan apapun. Di antara upaya konsolidasi dan merapatkan barisan yang terbukti tidak efektif ialah upaya merapatkan barisan Ahlus Sunnah dengan sekte Syi’ah, dengan menutup mata dari berbagai penyelewengan sekte Syi’ah. Konsolidasi semacam ini bukannya memperkuat barisan umat Islam, namun bahkan sebaliknya, meruntuhkan seluruh keberhasilan yang telah dicapai umat Islam selama ini. Karena itu, melalui tulisan ringkas ini, saya ingin sedikit menyibak tabir yang menyelimuti sekte Syi’ah. Dengan harapan, kita semua dapat menilai, benarkah Ahlus sunnah memerlukan konsolidasi dengan mereka?
PANDANGAN AKIDAH AHLUS SUNNAH & KEYAKINAN SYI’AH TENTANG ALLAH AZZA WA JALLA
Sebagai seorang Muslim, Anda pasti beriman bahwa sesembahan Anda hanyalah Allah Azza wa Jalla. Dialah Pencipta langit dan bumi beserta seluruh isinya, dan Dia pula yang mengatur semuanya. Demikianlah keyakinan umat Islam secara umum dan syari’at dalam al-Qur’ân:

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا

Allah-lah yang menciptakan tujuh langit, dan bumi seperti itu pula. Perintah Allah terus-menerus berlaku di antara alam langit dan alam bumi, agar kamu mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. [at-Thalâq/65:12]
Umat Islam meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla telah menentukan takdir seluruh makhluk-Nya, sehingga tidak ada satu kejadian pun kecuali atas kehendak-Nya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كَتَبَ آللَّهُ مَقَا دِيْرَ الْخَلاََ ئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةِ – قَلَ – وَعَرْ ِثهُ عَلىَ الْمَاءِ

Allah telah menuliskan takdir seluruh makhluk lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi, dan ‘Arsy-Nya berada di atas air. [HR. Muslim]
Pada suatu hari, Sahabat Ubâdah bin Shâmit Radhiyallahu ‘anhu memberikan petuah kepada putranya dengan mengatakan:

يَا بُنًىَّ إنَّكَ لَنْ تَجِدَ طَعْمَ اْلإِيْمَانِ حَتَّى تَعْلَمَ أَنَّ مَا لأَصَا بَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ سَمِعْتُ رَسُو لَ اللَّهُ صَلىَاللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَم يَقُلُ : (إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ آللَّهُ الْقَلَمَ، فَقَالَ لَهُ اكيُبْ، قَالَ:رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ؟ قاَلَ:اكتُبْ مَقَا دِيْرَ كُلَّ شَىْءِ حَتَّى تَقُومَ السَّا عَةُ) يَا بُنَىَّ إِنِّى سَمِعْتُ رَسُو لَ اللَّهُ صَلىَاللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَم يَقُلُ :(مَنْ مَاتَ عَلَى غَيْرِ هَذَا فَلَيْسَ مِنِّي)

Wahai anakku!, sesungguhnya engkau tidak akan dapat merasakan manisnya iman hingga engkau percaya bahwa sesuatu yang (ditakdirkan) menimpamu, tidak mungkin meleset darimu. Sebaliknya, sesuatu yang ditakdirkan luput darimu, tidak mungkin menimpamu. Aku mendengar Rasulullâh bersabda, “Sesungguhnya pertama kali Allah menciptakan al-Qalam (Pena), Ia berfirman kepadanya, “Tulislah”. Mendengar perintah itu, al-Qalam berkata, “wahai Rabbku, apa yang harus aku tulis? Allah berfirman, “Tulislah takdir segala sesuatu hingga Kiamat tiba”. (Lalu Sahabat Ubâdah bin Shâmit melanjutkan petuahnya dengan berkata), “Wahai anakku! aku telah mendengar Rasulullâh bersabda,”Barang siapa mati di atas keyakinan menyelisihi keyakinan ini, maka ia tidak termasuk dari golonganku”. [HR. Abu Dâwud]
Demikianlah sekelumit tentang akidah umat Islam tentang Allah Azza wa Jalla. Akan tetapi, tahukah Anda apa ideologi sekte Syi’ah ? Simaklah ideologi mereka dari riwayat yang termaktub dalam kitab terpercaya mereka, yaitu Al-Kâfi karya al-Kulaini :
Abu Hâsyim al-Ja’fari menuturkan, “Pada suatu hari aku berkunjung ke rumah Abul Hasan (Ali bin Muhammad-pen) ‘alaihissalâm sepeninggal putranya Abu Ja’far (Muhammad-pen). Kala itu aku berencana mengatakan, “Seakan kejadian yang menimpa Abu Ja’far dan Abu Muhammad (al-Hasan bin Ali ) pada saat ini serupa dengan yang dialami oleh Abul Hasan Mûsa dan Ismâîl putra Ja’far bin Muhammad ‘alaihimussalâm. Kisah keduanya (Ali dan Muhammad bin Muhammad) serupa dengan kisah keduanya (Mûsa dan Ismâîl bin Ja’far), dikarenakan Abu Muhammad al-Murji menjadi imam sepeninggal Abu Ja’far ‘alaihissalâm. Tiba-tiba Abul Hasan menatapku sebelum aku sempat mengucapkan sepatah katapun, lalu ia berkata, “Benar, wahai Abu Hâsyim, Allah memiliki pendapat baru tentang Abu Muhammad sepeninggal Abu Ja’far yang sebelumnya tidak Dia ketahui. Sebagaimana sebelumnya muncul pendapat baru pada Mûsa (bin Ja’far) sepeninggal Ismâîl (bin Ja’far) suatu pendapat baru yang selaras dengan keadaannya. Kejadian ini sebagaimana yang terbetik dalam jiwamu, walaupun orang-orang yang sesat tidak menyukainya.” [1]
Demikianlah Saudaraku! sekte Syi’ah meyakini adanya perubahan pada pengetahuan dan kehendak Allah Azza wa Jalla, sehingga dia berubah pendapat dan keinginan karena terjadi sesuatu yang di luar pengetahuan dan kehendak-Nya.
Menurut hemat Anda, mungkinkah seorang Muslim memiliki keyakini semacam ini?!
NABI MUHAMMAD VERSI AHLUS SUNNAH & SYI’AH
Saudaraku! Anda pasti mengetahui bahwa syarat utama untuk menjadi seorang Muslim ialah mengucapkan dua kalimat syahadat. Ikrar bahwa sesembahan Anda hanya Allah Azza wa Jalla dan Muhammad bin ‘Abdillâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah Azza wa Jalla. Dan di antara konsekuensi dari persaksian bahwa beliau adalah utusan Allah Azza wa Jalla ialah meyakini bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan seluruh wahyu Allah Azza wa Jalla kepada umatnya.
Oleh karena itu, pada saat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di Padang Arafah, beliau bertanya tentang hal ini kepada para Sahabat:

أَنْتُمْ تُسْأَلُونَ عَنِّى فَمَا أَنْتُمْ قَائِلُونَ؟

Kalian pasti akan ditanya tentang aku, maka apa yang akan kalian katakan? Simaklah jawaban umat Islam yang menghadiri khutbah beliau ini:

قَالُوا : نَِْشْهَدُ أَنَّكَ قَدْ بَلَغْتَ وَأَدَّيْتَ وَنَصَحْتَ فَقَالَ بإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ يَرْ فَعُهَا إِلَى السَّمَاءِ وَيَنْكُتُهَا إِلَى النَّاسِ : (اللَّهُمَّ اشْهَدِ اللَّهُمَّ اشْهَدْ) ثَلاَثَ مَرَّاتِ رواه مسلم

Para Sahabat menjawab, “Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan, menunaikan dan mengemban risâlah dengan sempurna tanpa ada sedikit pun campuran. Lalu beliau mengisyaratkan dengan telunjuknya ke arah langit lalu menunjuk ke arah para Sahabat seraya berdoa, “Ya Allah, persaksikanlah, Ya Allah persaksikanlah (sebanyak tiga kali).” [HR.Muslim]
Saya yakin, Anda dan juga seluruh umat Islam di seantero dunia pun demikian, bersaksi bahwa beliau telah sepenuhnya menunaikan amanah, menegakkan agama dan menyampaikan seluruh wahyu Allah Azza wa Jalla kepada umatnya.
Akan tetapi, tahukah Anda, apa kira-kira sikap dan keyakinan sekte Syi’ah? Anda ingin tahu? Temukan jawabannya pada pengakuan tokoh revolusioner mereka, yaitu al-Khomaini berikut ini:

لَقَدْ أَثبَتْنَا فِى بِدَايَةِ هَدِاالْحَد ِيْثِ بِأَنَّ النَّبِيِّ أحْجَمَ عَنِ التَّطَرُّقِ إِلَى اْلإِمَامَةِ فِيْ الْقُرْآنِِ، لِخَشيَتِهِ أَنْ يُصَا بَ الْقُرآبُ بِا لتَّحْرِيْفِ، أَوْ أَنْ تَشْتَدَّ الْخِلاَفَاتُ بَيْنَ الْمُسْلِمِيْنَ، فَيُؤَثِّرُ ذَلِكَ عَلَى اْلإِسْلاَمِ

Telah kami buktikan pada awal pembahasan ini, bahwa Nabi menahan diri dari membicarakan masalah imâmah (kepemimpinan) dalam al-Qur’ân; [2] karena beliau khawatir al-Qur’ân akan diselewengkan, atau timbul perselisihan yang sengit di tengah-tengah kaum Muslimin, sehingga hal itu berakibat buruk bagi masa depan agama Islam.” [3]
Al-Khomaini belum merasa cukup dengan menuduh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa gentar untuk menyampaikan ayat-ayat imâmah kepada umatnya. Lebih jauh, dengan tanpa merasa bersalah, al-Khomaini menuduh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penyebab terjadinya seluruh perpecahan dan peperangan yang terjadi di tengah-tengah umat Islam sepeninggal beliau:

وَوَاضِحٌ بِأَنَّ النَّبِيَّ لَوْ كَانَ قَدْ بَلَغَ بِأَمْرِ اْلإِمَامَةِ طَبَقًا لِِمَا أَمَرَ بِهِ اللَّهُ، وَبَذَلَ الْمَسَا عِيَ فِيْ هَذَا الْمَجَالِ، لَمَا نَشَبَتْ فِيْ اْلبُلدَانِ اْلإِسْلاَمِيَّةِ كُلُّ هَذِهِ اْلإِخْتِلاَفَاتِ وَالْمُشَا حَنَاتِ وَالْمَعَارِكِ، وَلَمَا ظَهَرَتْ ثَمَّةَ خِلاَفَاتٌ فِيْ أُصُوْلِ الدِّيْنِ وَفُرُوْ عِهِ

Sangat jelas bahwa andai Nabi telah menyampaikan perihal imâmah (kepemimpinan), sebagaimana yang diperintahkan Allah kepadanya, dan ia benar-benar mengerahkan segala upayanya dalam urusan ini, niscaya tidak akan pernah terjadi berbagai perselisihan,persengketaan dan peperangan ini di seluruh belahan negeri Islam. Sebagaimana di sana tidak akan muncul perselisihan dalam hal ushûl (prinsip) dan juga cabang furû’ (cabang) agama.” [4]
Mungkin Anda berkata, “Ah ini hanya salah tulis al-Khomaini saja, dan tidak mewakili ideologi kaum Syi’ah.”
Tunggu sejenak Saudara! Coba Anda bandingkan ucapan al-Khomaini di atas dengan dua riwayat berikut:
Al-Kulaini meriwayatkan bahwa Imam Abu ‘Abdillâh Ja’far Ash-Shâdiq, menyatakan:

لَوْ لاَ نَحْنُ مَا عُبِدَ آللَّهُ

Andai bukan karena kami, niscaya Allah tidak akan pernah diibadahi. [5]
Mufti sekte Syi’ah pada abad ke-11 H, yang bernama al-Majlisi menambahkan riwayat di atas menjadi:

لَوْ لاَ هُمْ، مَا عُرِفَ آللَّهُ وَلاَ يَدْرِيْ كَيْفَ يَعْبُدُ الرَّ حْمَنَ

Andai bukan karena para imam, niscaya Allah tidak akan dikenal, dan tidak akan ada yang tahu bagaimana beribadah kepada Ar-Rahmân (Allah). [6]
Apa perasaan dan pendapat Anda setelah membaca dua riwayat yang termaktub dalam dua referensi terpercaya umat Syi’ah ini?
Berdasarkan kedua riwayat ini, kira-kira apa peranan dan jasa Nabi Muhammad menurut sekte Syi’ah? Mereka meyakini bahwa hingga sepeninggal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, umat manusia belum juga mengetahui bagaimana harus beribadah kepada Allah Azza wa Jalla. Kalaulah bukan karena jasa para imam umat Syi’ah, maka tidak ada manusia yang bisa shalat, puasa, zakat, haji dan lainnya. Saudaraku! sebagai seorang Mukmin, dapatkah batin Anda menerima tuduhan keji sekte Syi’ah ini kepada Nabi Anda?
Coba sekali lagi Anda bandingkan kedua riwayat ini dengan ucapan al-Khomaini di atas. Al-Khumaini beranggapan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sumber petaka yang menimpa umat ini. Berbagai persengketaan, pertumpahan darah dan perselisihan yang terjadi di tengah-tengah umat berawal dari kegagalan beliau dalam menyampaikan wahyu Allah Azza wa Jalla, terutama yang berkaitan dengan “al-imâmah” (kepemimpinan).
Perkenankan saya bertanya, “Menurut hemat Anda, apakah kedua riwayat dan juga ucapan al-Khomaini di atas mencerminkan syahadat “Muhammad Rasulullâh” ? Sebagai seorang Muslim yang bersaksi bahwa Muhammad bin `Abdullâh adalah Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, apa perasaan Anda membaca kedua riwayat dan ucapan al-Khomaini di atas ? Kuasakah Anda untuk menutup mata dan telinga dari fakta ini, lalu Anda bergandengan tangan dengan orang-orang yang meyakini demikian itu tentang Nabi Anda?
SAHABAT DALAM AKIDAH AHLU SUNNAH & KEBENCIAN SYI’AH
Saudaraku, bila Anda mencermati sejarah para nabi dan umatnya, niscaya Anda dapatkan bahwa Sahabat setiap nabi adalah orang-orang pilihan dan generasi terbaik dari umat nabi tersebut. Kesimpulan Anda ini benar adanya dan selaras dengan sabda Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

مَا مِنْ نَبِيِّ بَعَثَهُ اللَّهُ فِى أُمَّةٍ قَبْلِى إِلاَّ كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأَصْحَابٌ يَأْ خُذُونَ بِسُنَّيِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعدِ هِمْ خُلُو فٌ يَقُو لُنَ مَا لاَ يَفْعَلُونَ وَيَفَعَلُونَ مَا لاَ يُؤْ مَرُو نَ

Tidaklah ada seorang nabi pun yang diutus kepada suatu umat sebelumku, kecuali ia memiliki para pendamping dan sahabat setia, yang senantiasa mengikuti ajarannya dan berpedoman dengan perintahnya. Sepeninggal mereka, datanglah suatu generasi yang biasa mengatakan sesuatu yang tidak mereka perbuat, serta melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan. [HR. Muslim]
Demikian pula halnya dengan Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Sahabat beliau adalah generasi terbaik dari umat Islam. Allah Azza wa Jalla berfirman:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar serta beriman kepada Allah.[Ali Imrân/3:110]
Saya yakin, Anda pun meyakini bahwa generasi pertama dari umat Islam yaitu para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah generasi terbaik dari umat Islam. Bukankah demikian, Saudaraku !
Akan tetapi, tahukah Anda, siapakah Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di mata umat Syi’ah? Anda ingin tahu, silahkan simak riwayat-riwayat mereka berikut:

عَنْ سُديْرٍ عَنْ أَبِيْ جَعْفَرٍ عَلَيْهِ السَّلاَمُ قَالَ : كَانَ النَّاسُ أَهْلَ رِدَّةٍ بَعْدَ النَّبِيِّ صَلَّى ا للَّهُ عَلَيْهِ وَألِهِ سَنَةً، إِلاَّ ثَلاَثَةٌ : فَقُلْتُ : وَ مَنْ الثَّلاَثَةُ ؟ فَقَالَ : الْمِقْدَادُ بْنُ اْللأَسْوَدُ وَ أَبُوْ ذَرٍّ الْغِفَارِيْ وَ سَلْمَانَ الْفَا رِسِيُّ، وَقَالَ : هَؤُلاَءِ الَّذِيْنِ دَارَتْ عَلَيْهِمُ الرَّحَى وَأَبَؤْا أَنْ يُبَا يِعُوْا حَتَّى جَاؤُوْا بِأَمِيْرِ الْمُؤْ مِنِيْنَ مُكرَهًا فَبَا يَعَ

Dari Sudair, ia meriwayatkan dari Abu Ja’far (Muhammad bin Ali bin al-Husain) ‘alaihissalâm, “Dahulu sepeninggal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seluruh manusia murtad selama satu tahun, kecuali tiga orang. As-Sudair pun bertanya, “Siapakah ketiga orang tersebut?”dia menjawab, al-Miqdâd bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifâri, dan Salmân al-Fârisi, lalu beliau berkata, “Mereka itulah orang-orang yang tetap kokoh dengan pendiriannya dan enggan untuk membaiat (Abu Bakar As-Shiddîq-pen) hingga didatangkan Amirul Mukminin (Ali bin Abi Thâlib) alaihissalâm dalam keadaan terpaksa, lalu beliaupun berbaiat. [7]
Syaikh Mufîd (wafat tahun 413 H) juga meriwayatkan dari Abu Ja’far (Muhammad bin Ali bin al-Husain) ‘alaihissalâm:

اِرْ تَدَّ النَّا سُ بَعْدَ النَّبِيِّ صَلَّى ا للَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَم وَآلِهِ إِلاَّ ثَلاَثَةُ نَفَرٍ : الْمِقْدَادُ بْنُ اْللأَسْوَدُ وَ أَبُوْ ذَرٍّ الْغِفَارِيْ وَ سَلْمَانَ الْفَا رِسِيُّ، ثُمَّ إِنَّ النَّا سَ عَرَفُوْا وَلَحِقُوْا بَعْدُ

Seluruh manusia menjadi murtad sepeninggal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali tiga orang, al-Miqdâd bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifâri, dan Salmân al-Fârisi. Kemudian setelah itu manusia mulai menyadari, dan kembali masuk Islam.” [8]
Dalam riwayat lain, mereka menambah jumlah yang tetap mempertahankan keislamannya menjadi empat orang:
Mereka meriwayatkan dari Abu Ja’far, bahwa ia berkata:

إِنَّ رَسُوْ لَاللََّهِ صَلَّى ا للَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ لَمَّا قُبِضَ، صَارَالنَّاسُ كُلُّهُمْ أَهْلَ جَا هِلِيَّةٍ إِلاَّ أَرْبَعَةُ : عَلِيٌّ والْمِقْدَادُ وَسَلْمَانُ وَأَبُوْذَرٍّ

Sesungguhnya tatkala Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia,seluruh manusia kembali kepada kehidupan jahiliyah,kecuali empat orang saja: yaitu Ali, al-Miqdâd, Salmân dan Abu Dzar.” [9]
Saudaraku! Apa perasaan Anda tatkala membaca beberapa contoh riwayat yang termaktub dalam kitabkitab terpercaya agama Syi’ah di atas?
Saya yakin, batin Anda menjerit, keimanan Anda menjadi berkobar ketika membaca riwayat-riwayat itu? Betapa tidak, para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dinyatakan telah murtad, kecuali tiga orang saja.
Saudaraku! Coba tenangkan perasaan Anda, lalu baca kembali dengan seksama riwayat-riwayat di atas.
Tidakkah Anda mendapatkan hal yang aneh pada kedua riwayat tersebut ? Pada riwayat tersebut dinyatakan bahwa yang tetap berpegang teguh dengan keimanan dan keislamannya hanya ada tiga orang. Dan pada riwayat lainnya dijelaskan maksud dari ketiga orang tersebut, yaitu: Al-Miqdâd bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifâri, dan Salmân al-Fârisi.
Bila demikian adanya, lalu bagaimana halnya dengan Ali bin Abi Thâlib, Fâtimah binti Rasulullâh dan kedua putranya, yaitu al-Hasan dan al-Husain ? Mungkinkah mereka termasuk yang murtad, karena yang dinyatakan tetap berpegang dengan keislamannya hanyalah tiga, dan mereka semua tidak termasuk dari ketiga orang tersebut ?
Demikianlah Saudaraku ! Umat Syi’ah mempropagandakan sebagai para pencinta Ahlul Bait dan pembela mereka. Akan tetapi, faktanya, mereka menghinakan Ahlul Bait, bahkan menganggap mereka telah murtad dari Islam. Bila Anda tidak percaya, silahkan buktikan dan datangkan satu riwayat saja yang menyebutkan bahwa Ahlul Bait tidak termasuk yang murtad sepeninggal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saya yakin Anda tidak akan menemukan riwayat tersebut, walau Anda membaca seluruh kitab Syi’ah.
Apa yang saya paparkan di atas, menjadi alasan bagi Imam ‘Amir bin Syurahil asy-Sya’bi untuk berkata tentang sekte Syi’ah, “Kaum Yahudi dan Nasrani memiliki satu kelebihan bila dibandingkan dengan agama Syi’ah. Bila dikatakan kepada kaum Yahudi, “Siapakah orang terbaik dari penganut agamamu? Niscaya mereka menjawab, “Tentu para Sahabat Nabi Mûsa. Dan bila dikatakan kepada kaum Nasrani, “Siapakah orang terbaik dari penganut agamamu? Niscaya mereka menjawab, “Tentu para Sahabat sekaligus pengikut setia Nabi ‘Isa. Akan tetapi, bila dikatakan kepada agama Râfidhah (Syi’ah), “Siapa orang terjelek dari penganut agamamu? Niscaya mereka menjawab, “Tentu para Sahabat sekaligus pengikut setia Nabi Muhammad.”
Saudaraku! Mungkin Anda bertanya-tanya, “Mengapa para pengikut agama Syi’ah begitu membenci para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, terutama ketiga Khulafâ’ur Râsyidin yaitu Abu Bakar, Umar dan Utsmân? Saudaraku! Benarkah Anda merasa penasaran ingin mengetahui biang kebencian mereka kepada para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam? Obatilah rasa penasaran Anda dengan jawaban seorang pakar yang telah kenyang dengan pengalaman dalam menghadapi para penganut Syi’ah. Tokoh tersebut adalah Abu Zur’ah ar-Râzi rahimahullah. Beliau menyampaikan hasil studi dan pengalaman beliau pada ucapannya berikut, “Bila engkau dapatkan seseorang mencela seorang Sahabat Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ketahuilah bahwa ia adalah orang zindîq (kafir yang menampakkan keislaman). Alasannya, karena kami meyakini bahwa Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti benar, dan al-Qur’ân juga pasti benar. Sedangkan yang menyampaikan al-Qur’ân dan Sunnah Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah para Sahabat. Dengan demikian, sesungguhnya orang yang mencela para saksi (perawi) kami (yaitu para Sahabat), hendak menggugurkan al-Qur’ân dan Sunnah. Karena itu, merekalah yang lebih layak untuk dicela.” [Riwayat al-Khathîb al-Baghdâdi didalam kitab Al-Kifâyah Fî ‘Ilmir Riwâyah]
AHLUL BAIT MENURUT AKIDAH ISLAM DAN DONGENG SYI’AH
Ahlul Bait atau karib kerabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki kedudukan dan keutamaan yang begitu besar. Wasiat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut, cukuplah sebagai bukti akan keutamaan dan kemulian mereka :

(أَمَّا بَعْدُ، أَلاَ أَيُهَا النَّا سُ، فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرُ، يُوْشِكُ أَنْ يَأْتِىَ رَسُوْلُ رَبِّى فَأُجِيْبَ، وَأَنَا تَارِكُ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ أَوَّ لُهُمَا كِتَابُ اللَّهِ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّوْرُ، فَهُدُوْابِكِتَابِ اللَّهِ وَاسْتَمْسِكُوابِهِ) فَحَثَّ عَلَى كِتِابِ اللّهِ وَرَغَّبَ فِيْهِ، ثُمَّ قَالَ : (وَأَهْلُ بَيْتِيْ، أُذَكِّرُ كُمُ اللَّهِ فِى أَهْلِ بَيتِيْ، أُذَكِّرُ كُمُ اللَّهِ فِى أَهْلِ بَيتِي، أُذَكِّرُ كُمُ اللَّهِ فِى أَهْلِ بَيتِي

Amma ba’du, ketahulilah wahai umat manusia, sesungguhnya aku adalah manusia biasa, tidak berapa lama lagi akan datang utusan Allah, dan aku pun memenuhi panggilan-Nya. Aku tinggalkan di tengahtengah kalian dua hal besar; pada hal pertama terdapat petunjuk dan cahaya. Hendaknya engkau semua mengamalkan kitab Allah dan berpegang teguh dengannya.” Selanjutnya beliau menganjurkan umatnya untuk berpegang teguh dengan Kitâbullâh. Selanjutnya beliau berkata: (Dan juga Ahlu Baiti (keluargaku), aku mengingatkan kalian agar takut kepada Allah dalam memperlakukan keluargaku, aku mengingatkan kalian agar takut kepada Allah dalam memperlakukan keluargaku, dan aku mengingatkan kalian agar takut kepada Allah dalam memperlakukan keluargaku.” [HR. Muslim].
Tidak heran bila Ahlus Sunnah senantiasa mencintai, menghormati dan mengagungkan karib kerabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagai buktinya, banyak dari mereka yang menamakan putra-putri mereka dengan nama-nama Ahlul Bait. Bukan hanya itu, Ahlus Sunnah senantiasa membaca shalawat, baik bacaan shalawat ketika duduk tahiyat dalam shalat maupun di luar shalat untuk Ahlul Bait. Bukankah demikian Saudaraku? Tidakkah ini cukup sebagai bukti bahwa umat Islam mencintai Ahlul Bait?
Tidak heran bila Imam As-Syâfi’i rahimahullah berkata:

إِنَّ كَانَ رَفْضاً حُبُّ آلِ مُحَّمَدش فَلْيَشْهَدِ الشَّقَلاَنِ أَنِّي رَافِضِي

Andai kecintaan kepada keluarga Nabi Muhammad disebut Râfidhah, Hendaklah seluruh jin dan manusia bersaksi bahwa aku adalah seorang Râfidhah.
Akan tetapi, benarkan ajaran Râfidhah atau Syi’ah hanya sebatas mencintai Ahlul Bait? Untuk menjawab pertanyan ini, simaklah riwayat-riwayat yang mereka imani berikut:
Al-Kulaini dalam kitabnya Al-Kâfi meriwayatkan dari Abu ‘Abdillâh Ja’far Ash-Shadîq :

أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةَ لِْلإِمَامِ، يَضَعُهَا حَيْثَ يَشَاءُ، وَيَدْ فَعُهَا إِلَى مَنْ يَشَاءُ

Tidakkah engkau sadar, bahwa dunia dan akhirat adalah milik sang imam, sehingga ia bebas meletakkannya sesuai dengan kehendaknya dan menyerahkannya kepada orang yang ia kehendaki?
Belum cukup hebat, sehingga mereka masih merasa perlu untuk merekayasa riwayat berikut dari Sahabat Ali:

نَهْنُ خَزَّانُ اللَّهِ فِي أَرْضِهِ وَسَمَا ئِهِ، وَأَنَا أُ حْيِيْ وَأَنَا اُمِيتُ، وَأَنَا حٍَيٌّ لاَ أَمُوْ تُ

Kami adalah para penjaga (kekayaan dan ilmu Allah di bumi dan di langit, akulah yang menghidupkan dan akulah yang mematikan, serta aku senantiasa hidup dan tidak akan pernah mati. [10]
Karena kedudukan imam dalam syariat Syi’ah, tidak heran bila tokoh revolusioner mereka pada abad ini, yaitu Ayatullâh al-Khomaini dengan tanpa rasa sungkan menyatakan:

إِنَّ تَعَالِيْمَ اْلأَئِمَّهةِ كَتَعَا لِيْمِ القُرْآنِ، لاَتَخُصُجِيْلاً خَا صاً وَإِنََّمَا هِيَ تَعَا لِيْمُ لِلْجَمِيْعِ فِيْ كُلِّ عَصْرٍ وَمِصْرَ وَإِلَى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ، يَجِبُ تَنْفِيْذُهَا وَاتِّبَا عُهَا

Sesungguhnya ajaran para imam sama halnya dengan ajaran al-Qur’ân, tidak diperuntukkan khusus bagi generasi tertentu. Ajaran para imam adalah ajaran yang berlaku untuk semua, di setiap masa, negeri dan hingga hari kiamat, wajib diterapkan dan dijadikan panutan.” [11]
Saudaraku! Dari sedikit penuturan di atas, mungkin Anda bertanya-tanya, bila demikian kedudukan seorang imam dalam syari’at Syi’ah, apakah mereka telah menobatkan mereka sebagai tuhan mereka?
Untuk mengobati rasa penasaran Anda, berikut ini saya sebutkan beberapa nama tokoh terkemuka Syi’ah yang dengan membaca namanya, Anda dapat mengetahui jawaban pertanyaan Anda:
• Abdul Husain bin Ali (wafat tahun 1286 H), ia adalah seorang tokoh terkemuka agama Syi’ah pada zamannya, sampai-sampai dijuluki dengan Syaikhul ‘Irâqain (Syaikh kedua Irak/ Irak & Iran).
• ‘Abdul Husain al-Amini at-Tabrizi (1390 H), penulis buku Al-Ghadir.
• ‘Abdul Husain Syarafuddîn al-Musâwi al ‘Amili (1377H), penulis buku Abu Hurairah, kitab Kalimatun Haulaar Riwâyah, Kitab An Nash wa Al Ijtihâd, Al-Murâja’ât, & kitab Al-Fushûll Muhimmah. [12]
• ‘Abdul Husain bin al-Qâshim bin Shâleh al-Hilly (wafat tahun 1375 H).
• ‘Abduz Zahrâ’ (Hamba az-Zahra’/Fatimah) al-Husain, penulis kitab Mashâdiru Nahjil Balâghah wa Asâniduhu.
Saudaraku! Inilah ideologi yang oleh para penganut Syi’ah disebut dengan kecintaan kepada Ahlul Bait. Kultus, ekstrim dalam memuja mereka dengan menyematkan sebagian sifat-sifat Allah k kepada mereka. Coba Anda bandingkan para imam dalam ajaran Syi’ah dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salalm tentang dirinya sendiri berikut ini:

(لاَتُطْرُوْنِي كَمَا اَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُولُوْا عَبْدُ اللّّهِ وَرَسُوْ لُهُ)

Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh kaum Nasrani kepada‘Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah :” Hamba Allah dan Utusan-Nya.” [Muttafaqun ‘alaih]
Demikianlah syariat yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memuji dan mencintai; cinta dan pujian tanpa berlebih-lebihan. Selanjutnya, kembali kepada Anda, meneladani Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ataukah mempercayai sekte Syi’ah.
Setelah membaca penjelasan singkat ini, mungkin Anda menjadi penasaran dan bertanya, “Sebenarnya, apa sikap para tokoh yang dianggap sebagai imam-imam sekte Syi’ah. Mungkinkah mereka merestui kultus dan berbagai ideologi sekte Syi’ah ini?
Saudaraku! Untuk menjawab pertanyaan Anda ini, saya mengajak Saudara untuk bersama-sama membaca pernyataan mereka yang termaktub dalam berbagai referensi terpercaya sekte Syi’ah.
Sahabat Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu ‘anhu menggambarkan perihal orang-orang Syi’ah dalam ucapannya berikut:

يَا أَشْبَاهَ الرِّجَالِ وَلاَ رِجَالَ، حُلُوْم اْلأَطْفَالِ وَعُقُولَ رَبَّتِ الْحِجَِالِ، لَوَدِدْتُ أَنِّيْ لَمْ أَرَكُمْ وَلَمْ أَعْرِفْكُمْ مَعْرِفَةً، وَاللَّهِ جُرْتُ نَدَمًا وَأَعْقَبْتُ ذَمًا، قَاتَلَكُمُ اللَُّهُ، لَقَدْ مَلَأْتُمْ قَلبِيْ قَيْحًا وَشَحَنْتُمْ صَدْرِيْ غَيْظًا وَجَرَ عْتُمُوْنِيْ نَغِبالْتِهمَامَ أَنْفَاسًا وَأَفْسَدْتُمْ عَلَيَّ رَأْيِيْ بِالْعِصْيَانِ وَالْخِذْلاَنِ

Wahai orang-orang yang berpenampilan lelaki, akan tetapi tidak ada seorang pun yang berjiwa lelaki,berperilaku kekanak-kanakan, berpikiran layaknya kaum wanita. Sungguh, aku berangan-angan Andai aku tidak pernah menyaksikan, dan tidak mengenal kalian sama sekali. Sungguh demi Allah, aku telah dirundung penyesalan, dan memikul celaan. Semoga Allah membinasakan kalian, sungguh kalian telah memenuhi hatiku dengan kebencian, membanjiri dadaku dengan kemarahan. Kalian juga telah memaksaku untuk menanggung kegundahan, menghancurkan kecerdasanku dengan perilaku kalian yang senantiasa membangkang dan berkhianat.” [13]
Abu Ja’far Muhammad bin Ali al-Bâqir (imam sekte Syi’ah ke-5) lebih tegas lagi menggambarkan tentang sekte Syi’ah dengan mengatakan:

لَوْ كَنَ النَا سُ كُلُهُمْ لَنَا شِيْعَةَ، لَكَانَ ثَلاَثَةُ أَربَا عِهِمْ لَنَا شُكَّا كًا، وَالرُّبْعُ الآخِرْ أَحْمَقُ

Andai seluruh manusia menjadi penganut syi’ah, niscaya tiga perempat dari mereka adalah orang-orang yang hobi menghunus pedang terhadap kami, dan sisanya adalah orang-orang dungu. [14]
Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat bagi kita, dan semoga Allah Azza wa Jalla senantiasa menghidupkan kita berdasarkan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Wallâhu ‘alam bis shawâb.
Penulis : Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, MA
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XIII/1431H/2010M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondanrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858197]
Sumber : almanhaj.or.id
_______
Footnote
[1]. Al-Kâfi oleh al-Kulaini 1/327
[2]. Aneh bin ajaib, al-Khomaini meyakini bahwa Nabi n memiliki kebebasan untuk menyembunyikan masalah al-Imâmah
dari umatnya. Anggapan ini nyata-nyata bertentangan dengan firman Allah Azza wa Jalla berikut:
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ ۚ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” [al-Mâidah/5:67]
[3]. Kasyful Asrâr oleh al-Khomaini 149.
[4]. Idem 155.
[5]. Al-Kâfi oleh al-Kulaini 1/144
[6]. Bihârul Anwâr 35/29.
[7]. Bihârul Anwâr oleh al-Majlisy 22/351 & Tafsir Nur Ats-Tsaqalain, karya Abdu Ali bin Jum’ah al- ‘Arusy al-Huwaizi 1/396.
[8]. Al-Ikhtishâsh, karya Asy-Syaikh Mufîd hlm. 6.
[9]. Tafsir Al ‘Ayyasyi 1/199, karya An-Nadhir Muhammad bin Mas’ûd as-Samarqandi (wafat th: 320 H), Bihârul Anwâr 22/333
karya Al-Majlisi, (wafat th. 1111 H).
[10]. Idem 39/347.
[11]. Al-Hukûmah al-Islâmiyyah oleh Ayatullâh al-Khomaini 113.
[12]. Sungguh mengherankan, Bapak Prof, Dr. M. Quraish Shihâb yang disebut ahli tafsir Indonesia, tidak merasa terusik dari nama semacam ini. Bahkan beliau menjadikan karya tokoh Syi’ah ini sebagai salah satu referensi utama dalam bukubuku beliau. Beliau tidak terpanggil untuk mengomentari atau mengingatkan para pembaca tulisan beliau tentang kesalahan penamaan semacam ini. Sebagai contoh, silahkan baca buku beliau yang berjudul Sunnah-Syiah, bergandengan
tangan! Mungkinkah?, hlm. 119.
[13]. Nahjul Balaghah (ensiklopedia khutbah-khutbah Imam Ali bin Abi Thalib) 1/70 & Al Kafi 5/6, karya Al Kulaini wafat thn 329 H.
[14]. Al Ghaibah hal: 268, karya Muhammad bin Ibrahim An Nu’maani wafat thn: 380 H, Ikhtiyaar Ma’rifatir Rijaal, 2/460, karya As Syeikh At Thusi wafat thn 460 H, Bihaarul Anwaar 46/251, karya Muhammad Baqir Al Majlisi wafat thn : 1111 H, & Mu’jam Rijalil Hadits 3/251, karya As Sayyid Abul Qasim Al Musawi Al Khu’i, wafat thn: 1413 H.

 http://abangdani.wordpress.com

Arab Saudi Bentuk Unit Khusus Pemberantas Ilmu Sihir

Kerajaan Arab Saudi telah menyatakan perang terhadap musuh domestik mereka yaitu: sihir. Tugas berat memberantas sihir telah ditugaskan ke polisi agama Kerajaan tersebut.

Mempraktekkan ilmu sihir bisa dihukum mati di Kerajaan Arab Saudi, dan pilihan metode eksekusi adalah pemenggalan kepala dengan pedang di depan publik.

Polisi agama, yang secara resmi dikenal sebagai Komisi Amar Ma'ruf Nahi Munkar, mengumumkan mereka telah membentuk unit lapangan yang didedikasikan untuk membersihkan kerajaan dari praktek ilmu hitam.

Para pelaku sihir dianggap telah menciptakan ketidakstabilan sosial dan keagamaan di negara ini.
Unit baru anti sihir ini dipimpin oleh Syaikh Adeil Al Muqbil, seorang ulama agama di Arab Saudi.

Presiden Komisi Amar Ma'ruf Nahi Munkar, Syaikh Abdul Latif Al Syaikh, memerintahkan pembentukan unit ini dengan pernyataan yang menegaskan bahwa mengaktifkan unit khusus ini dalam upaya untuk melawan penyihir dan penipu di semua bagian kerajaan.

"Unit ini telah diberikan perintah untuk segera menangkap dan ahli-ahli sihir penipu dan merujuk mereka kepada otoritas khusus untuk menerapkan hukuman Allah kepada mereka dan mengakhiri perbuatan berbahaya mereka terhadap umat Islam," demikian isi pernyataan komisi.

Unit adalah yang terbaru dalam serangkaian kebijakan yang diambil oleh Arab Saudi untuk menghilangkan sihir sebagai bagian dari kampanye yang dipelopori oleh Komisi.(fq/bm)voa-i

Friday, March 30, 2012

Kemakmuran Merata di Saudi Arabia Berkat Cerdiknya Pemerintah

Cara cerdik pemerintah Saudi Arabia untuk dapat membuat semua pihak swasta agar bersedia menerima anak pribumi dapat bekerja di segala bidang sesuai dengan kemampuan dengan menggunakan program Nitaqat, jika ingin mengetahui apa itu Nitaqat baca disini .Hampir 90% kegiatan usaha swasta dimotori oleh pekerja asing sehingga pemilik usaha yang notabene juga warga negara Saudi enggan menggunakan anak pribumi pada posisi pokok.Malah lebih ektrims pemilik usaha cenderung menolak karena berbagai alasan.

Pemerintah Saudi menginginkan kemakmuran merata baik dari pihak pendatang serta anak pribumi.Para pendatang atau lebih dikenal dengan nama Expatriat merupakan langkah awal dari kemajuan negara Saudi, seluruh posisi utama baik dari segi pemerintah dan swasta di kuasai oleh pendatang.Warga asli Saudi di kenal oleh kalangan pendatang sebagai bangsa yang manja atau bukan pekerja keras.jenis pekerjaan yang digemari sebelumnya hanyalah pengajar atau guru serta pegawai negeri dalam sektor pemeritahan.Dari sektor swasta hanyalah jual beli dan sewa property.

Berselang dengan pertambahan jumlah penduduk di Saudi dan perbauran asing memicu bangsa maju tetapi tidak modern ini berubah 90%.Banyak anak pribumi mulai belajar bagaimana menjadi sosok yang kokoh berpengalaman.sekolah tinggi teknologi yang mengasah keterampilan banyak digemari saat ini.Hasil yang nyata dengan banyaknya tenaga trampil saat ini pemrintah menghadapi masalah penempatan tenaga trmapil tersebut, dikarenakan trauma usaha swasta yang menguasai 75% infrastruktur negara Saudi.

Program Nitaqat yang terkesan sedikit memaksa usaha swasta utuk bersedia menempatkan anak bangsa agar bekerja dengan kiasaran 20% dari total staff warga asing yang ada di sebuah perusahaan swasta.tidak berhenti dari hal itu saja pemerintah juga ikut mengatur hingga hal yang paling detail dari sebuah perusahaan swasta yaitu structure organisasi dengan cara memaksa usaha swasta tersebut melaporkan jumlah staff pada suatu posisi.untuk posisi tertentu telah ditentukan bahwasannya yang harus menempatinya adalah anak bangsa, bisa anda banyangkan sendiri posisi utama tentunya.

Nitaqat membuat 4 jenis warna untuk membedakan kategory kemampuan dari sebuah perusahaan yang mana telah mampu memenuhi peraturan nitaqat (Saudisasi).Warna tersebut hampir sama dengan aturan warna pada lampu merah di lalu lintas.Warna Merah berarti perusahaan tidak memiliki staff saudi/kurang dari 10%.Warna Kuning berarti hanya mampu memenuhi jumlah saudi sebesar 10% lebih atau setengahnya dari 20%.Warna Hijau berarti aman karena pemenuhan Saudisasi mencapai 20% atau lebih.yang terbaik mendapat kategory execelent dengan warna silver/perak.Yang berbahaya adalah warna merah karena perusahaan tersebut wajib tutup usaha dan warna kuning wajib mentransfers pegawainya atau merger dengan perusahaan yang berwarna Hijau.
Peraturan Nitaqat mampu menyedot pengangguran Saudi sampai lebih dari 50% saat ini baik dari gender lelaki ataupun wanita.Wanita saat ini diberi kesempatan untuk bekerja di segala bidang sesuai dengan kemampuan.Cara yang dilakukan pemerintah untuk membantu perusahaan swasta agar tidak kawatir akan pegawai Saudinya adalah staff Saudi yang direkrut wajib dilaporkan kepada Depnaker (Maktab Amal) status dan posisinya beserta data gaji pegawai tersebut.dan Depnaker Saudi juga menyediakan pekerja Saudi jika suatu badan usaha mengalami kesulitan merekrut pegawai Saudi.Depnaker juga bersedia membayar atau memberikan Subsidi sebesar 50% pada gaji bersih (basic Salary) pegawai Saudi tersebut selama 1 tahun sejak bekerja (Dengan syarat data terlaporkan).

Untuk anak bangsa yang melaporkan statusnya kepada Depnaker dan mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan makan akan mendapat subsidi sebesar Sr2000,-/bulan sampai mereka mendapatkan pekerjaan, selama statusnya telah bekerja maka anak bangsa dihentikan subsidinya.Depnaker akan berusaha agar anak bangsa tersebut segera bekerja di perusahaan manapun dan jika tercatat selama 3 kali anak bangsa (saudi) gagal dalam bekerja (terPHK) dengan alasan yang jelas maka subsisdi akan dicabut.Minimal gaji bersih yang harus diterima oleh Saudi sebesar Sr.2500,-/bulan untuk posisi (terendah) pegawai junior semisal supir atau petugas keamanan.

Kemakmuran merata dengan cara ini sangatlah efektif permasalahan ekonomi yang sempat mengguncang negara timur tengah beberapa waktu lalu tidaklah menyebar ke negara Saudi Arabia.Jelinya pemerintah Saudi melihat kesejahteraan rakyatnya ini yang membuat rakyat tetap loyal terhadap Raja Abdullah bin Abdul Aziz.

Pelajaran yang dapat dipetik oleh pemerintah Indonesia untuk mengatasi permasalahan pengangguran di daerah dan kota-kota besar.Kemakmuran bangsa Indonesia akan terwujud jika semua anak bangsa dapat bekerja di segala bidang tanpa aturan Outsourcing.Depnaker bersedia menyalurkan tenaga kerja ke semua perusahaan dengan  menempatkan anak bangsa pada posisi utama.sedikit berbeda dengan aturan Saudi yaitu anak daerahlah yang memegang tampuk utama pada perusahaan swasta di suatu daerah apalagi perusahaan tersebut adalah perusahaan asing seperti Free port saat ini sebagai contoh untuk TKI yang ingin mengetahui status perusahaan nya dapat mengakses melalui SMS dan Site berikut.

SMS : kirim 44*noID/igamah anda ke 888996 atau akses ke website Pemerintah di sini.
Sumber Arab News, Saudi Gazzete.
Salam Hangat Dari Jeddah.

http://www.kompasiana.com/farukramzi