Sunday, July 31, 2011

BENARKAH ARAB SAUDI ANTEK ZIONIS DAN AMERIKA?

Dikarenakan begitu banyaknya suara-suara negatif yang saat ini semakin marak dituduhkan kepada negara Islam Saudi Arabia, khususnya yang disampaikan oleh orang-orang yang membenci terhadap dakwah Islam (baca: hizbiyun, aktivis dakwah harokah, maupun pengikut agama sesat Syi’ah ), yaitu berupa tuduhan bahwa negeri Saudi adalah antek Zionis dan Amerika, maka pada kesempatan kali ini kami sampaikan jawaban dari Syaikh Shalih Luhaidan terhadap tuduhan tersebut. Semoga bermanfaat bagi mereka yang mau mencari kebenaran hakiki, bukan kebenaran semu ala hizbiyyah.
Penanya: “Syaikh, kami memiliki beberapa pertanyaan. Kami minta izin kepada Anda untuk menyebarkannya.”
Pertama ada pertanyaan yang berbunyi :
“Kami mendengar di sebagian media adanya celaan kepada negeri kita ini (Saudi ) dan pemerintahnya, khususnya di akhir-akhir ini. Hal ini terjadi setelah (kejadian) Israel menyerang Libanon. Beberapa komentar sangat kelewatan hingga mereka menjadikan negara Saudi, Israel dan Amerika adalah satu kelompok. Semuanya kafir dan saling berwala’ (berloyalitas).
Maka apa komentar anda, sebab kami mengetahui bagaimana pemerintah kami mencintai Islam dan kaum Muslimin? (Pemerintah kami) juga mendakwahkan Islam yang benar lagi murni, bahkan diantara mereka (pemerintah) dan para ulama saling memberi nasihat dan musyawarah dalam agama.
Maka jawab beliau:
Kekufuran itu adalah kalimat klasik yang biasa mereka lontarkan. Yang mereka ucapkan tidak lain adalah dusta. Tidak diragukan lagi bahwa kerajaan Saudi Arabia adalah yang menjadi target untuk diganggu oleh Amerika…
Bukankah mereka telah menekan lembaga-lembaga sosial dan berambisi untuk menghentikan dan membekukan bantuan (kaum muslimin untuk muslimin).
(Amerika) menghalangi usaha-usaha baik mereka (Arab Saudi) –semoga Allah melenyapkan kepongahannya (Amerika) dan menghancurkan kekuatannya-. Bukankah mereka menuduh para pembesar (negeri ini) bahwa mereka mendanai terorisme?! Yaitu apa yang mereka salurkan berupa sedekah untuk orang-orang fakir dari kaum muslimin dan yang mereka perbantukan kepada yayasan-yayasan sosial dalam mengajarkan ilmu.
Maka yang mengatakan bahwa Saudi bersama Yahudi dan Amerika, tidak lain hal itu diucapkan oleh orang yang di hatinya ada kedengkian terhadap aqidah ini dan para pembawa serta pembelanya. Kedengkian-kedengkian itu hanya akan menjerumuskan pelakunya ke lembah kehinaan dan kejelekan.
Tidak diragukan lagi… bahwa di dunia Islam tidak ada negara yang bisa memberikan bantuan melalui badan-badan dan lembaga-lembaga sosial seperti yang dilakukan oleh negara ini , baik atas nama pemerintah ataupun pribadi.
Saya tidak suka kalau disebut “Israil (yang membantai-pent)”, sebab Israil adalah nama lain dari Nabi Allah, Ya’qub alaihissalam.
Adapun mereka, (yang membantai), adalah famili para babi dan monyet…
Tidak diragukan lagi bahwa mereka adalah Yahudi, bukan Israil. Tapi mereka menggunakan nama itu. Kemudian menjadi kesalahan dari ummat ini, baik itu negara Islam atau yang menjadikan Islam sebagai simbolnya menamakan mereka dengan nama Israil.
Negara Yahudi menamakan dirinya dengan Israil, yakni di atas dasar keyahudian.
Dan tidak diragukan lagi bahwa setiap orang yang berakal di dunia ini, apakah dari Nashrani di Barat ataupun orang kafir di Timur, melainkan dia tahu bahwa Amerika sangat gigih untuk melecehkan dunia Islam – diantaranya termasuk Arab Saudi-.
Namun – dengan pertolongan Allah sajalah – dikarenakan kita berpegang teguh kepada agama kita yang benar dan kita menggigitnya – dengan gigi geraham kita – secara jujur, serta kita mengikhlaskan amal kita untuk Allah. Maka Allah menolong hamba-hambanya yang beriman. Tidak ada penyebab terlambat datangnya pertolongan Allah melainkan karena kehinaan hamba-hamba-Nya tersebut, yakni disaat mereka menyia-nyiakan agamanya.
Maka kita mohon kepada Allah agar menampakkan kekuasaan-Nya -dengan segera tanpa ditunda- atas Amerika yang akan membahagiakan kaum mukminin…Iya.”
Penanya: “Jazakallahu khairan, Syaikh.”
Transkrip bahasa Arab pertanyaan di atas:
كلام الشيخ حفظه الله ورعاه
يقول السائل : نسمع في بعض الوسائل الإعلامية حملة شرسة على هذه البلاد وحكومتها وخاصة في هذا الأيام وبعد هجوم إسرائيل على لبنان ، بلغ ببعض المتكلمين إلى أن جعل السعودية وإسرائيل وأمريكا شيء واحد كلهم كفرة يوالي بعضهم بعضا . فما قول سماحتكم ، لا سيما ونحن نعلم ما عليه حكومتنا من حب للإسلام والمسلمين ، وما هي عليه من دعوة للإسلام الصحيح الصافي وما بينهم وبين علمائنا من تناصح وتشاور في الدين ؟
فـأجاب حفظه الله :
الكفر كلمة تخرج من أفواههم إن يقولون إلا كذبا لاشك أن المملكة العربية السعودية مقصودة بالإيذاء من أمريكا ، ألم يحملوا على جمعيات الخير ويحرصوا على إيقاف مدد ومد الإحسان من المملكة ويتعرضوا في أروقتهم العالية نزل الله علوها وهدم أسوارها ، ألم يتكلمون على كبار …..بأنهم يدعمون الإرهاب ، يعني ما يبذلون من الصدقات لفقراء المسلمين وما يساعدون به الجمعيات الخيرية في التعليم .لا يقول هذا عن السعودية وأنها مع اليهود والكفار أيضا من الأمريكين إلا من في قلبه حقد على العقيدة وحامليها والمدافعين عنها ، والأحقاد تتبع أهلها للرذائل والقبائح . لاشك أن لا دولة في العالم تمد مراكز الخير وجمعيات الهداية والهدى كما تفعل المملكة من الحكومة ومن أفراد المملكة .
وأنا أكره أن يقال إسرائيل لأن إسرائيل نبي الله يعقوب ، أما هؤلاء فهم إخوان الخنازير والقردة , لاشك أنهم هم اليهود لكنهم ليسوا بإسرائيل وإنما سموا أنفسهم ثم إن هذه التسمية يعاب على الأمة الإسلامية أن تقول الدولة الإسلامية أو جعل علامتها أنها إسلامية ودولة اليهود يسمون إسرائيل يعني على أساس اليهودية ، لا يمكن في الدنيا كلها من عاقل لا من النصارى في الغرب ولا من الكفارأيضا في الشرق إلا ويعلم أن أمريكا تسعى جاهدة لإذلال العالم الإسلامي أجمع بما فيه السعودية ، ولكن بحول الله إن تمسكنا بديننا حقا وعضينا عليه بالنواجد صدقا وأخلصنا لربنا العمل فإن الله ناصر عباده المؤمنين ولا يتخلف نصره إلا بخذل العباد إذا فرطوا في دينهم .
فنسأل الله أن يرينا عاجل غير آجل في أمريكا ما يسر به المؤمنون . نعم
(Fatwa ini adalah kutipan fatwa suara syaikh Shalih Al Luhaidan ketika menjawab dua pertanyaan saat Daurah Imam Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah.URL Sumber: http://www.sahab.net/forums/showthread.php?t=337317. Fatwa ini diterjemahkan oleh Al Ustadz Abu Mu’awiyah Muhammad Ali bin Ismail al Medani. Dari ulama Sunnah)

Sisi Lain Cerita TKW di Saudi Arabia

9 Juli 2011
Seringkali saya membaca berita tentang kisah-kisah pilu dan menyedihkan para TKW (Tenaga Kerja Wanita) yang bekerja di Saudi Arabia. Kisah atau cerita yang diangkat berdasarkan dari cerita para TKW atau karena pengamatan selintas kita tentang keadaan para TKW waktu bertemu di mall-mall, di restaurant ataupun di Rumah Sakit.
Sebetulnya kalau kita mau jujur terhadap diri kita sendiri, para TKW/ PRT (Pembantu Rumah Tangga) itu sudah diperlakukan tidak layak dan tidak manusiawi sejak sebelum keberangkatan mereka ke Saudi. Pernahkah teman-teman melihat pemandangan di bandara Soekarno-Hatta, bagaimana para petugas, baik petugas dari PJTKI-nya atau petugas bandara memperlakukan TKW/ PRT yang akan diberangkatakan ke Saudi Arabia khususnya..?? Mereka digiring-giring seperti ternak, seringkali mereka dibentak-bentak bahkan dicaci maki. Saya sering melihat pemandangan seperti itu, karena setiap 6 bulan sekali atau 1 tahun sekali saya pulang pergi Riyadh- Jakarta, Jakarta- Riyadh. Pemandangan seperti itu, bukan pemandangan yang langka. Para TKW itu setelah digiring-giring seperti bebek, mereka biasanya duduk bergerombol dilantai. Ada pemandangan yang berbeda tentang kelakuan dan tingkah para TKW, dari TKW/ PRT yang akan berangkat ke Saudi dengan tingkahnya para TKW/ PRT yang mau pulang dari Saudi. Para TKW yang bergerombol di bandara Soeta, kebanyakan mereka diam dan tidak banyak omong. Tapi coba perhatikan para TKW/ PRT di bandara KKIA Riyadh yang mau pulang ke Jakarta, berisiknya minta ampun. Kalau ngomong saja sampai teriak-teriak, bahkan pernah saya lihat ada yang joget-joget segala, sampai ada yang ditegur oleh satpam-nya bandara KKIA.
Back to topic.
Di bandara Soeta dokumen2 keberangkatan para TKW, saya perhatikan semuanya sudah diurus oleh petugas dari PJTKI masing2. Setelah masuk ruang tunggu pesawat dan terbang ke Saudi, barulah TKW itu bertanggung jawab atas dirinya masing2. Ketika mereka sudah ada dalam pesawat Saudia/ GIA. Mulailah para pramugari yang di uji kesabarannya oleh para TKW. Saya memperhatikan, betapa seringnya para pramugari yang cantik2 itu membersihkan lavatory/ wc. Sambil tidak henti2 memberikan pengarahan kepada para TKW yang menggunakan lavatory. Coba lihat lantai lavatory yg menjadi penuh air, karena para TKW tidak tahu caranya cebok, tidak tahu caranya membuang tissue. Semuanya berceceran di lantai. Bahkan cara mengunci wc pun mereka tidak tahu. Kalau kebetulan saya mau menggunakan wc, seringkali sayapun ikut2an memberi tahu mereka. Bahkan setiap saya pulang atau pergi Riyadh – Jakarta, saya pasti dan selalu menjadi sekertaris dadakan para TKW untuk mengisi kartu2 kedatangan mereka. Tahukah teman…? kalau banyak para TKW yang buta huruf…? bahkan banyak dari para TKW itu yg tidak bisa berbahasa Indonesia…?? mereka hanya bisa bahasa dari daerahnya sendiri. Jangankan bisa bahasa Arab untuk bisa berkomunikasi dengan majikan, bahasa Indonesiapun mereka banyak yang tidak tahu…? apalagi bahasa Inggris…? Itu sih bisa di itung dengan jari kelingking. Mungkin dari 1 jt TKW yang ke Saudi, mungkin cuma 1 yang bisa sedikit ngerti english…Itu kenyataan teman2..Menyedihkan bukan..??
Terus apa yang mereka lakukan selama mereka ada di penampungan..???? Ternyata adanya balai latihan kerja itu sepertinya hanya formalitas saja, kadang2 tidak ikut latihan kerja juga mereka sudah bisa punya sertifikatnya. Halahhhh….tahu sendiri lah, di negara tercinta kita itu apapaun bisa dibeli asal ada uang. Level korupsinya sudah dari level paling rendah sampai level paling tinggi. Berdasarkan sumber yang bisa dipercaya ( para TKW khususnya yang ke Saudi ) selama mereka berada di penampungan itu, selama mereka sedang mengurus dokumen2 dan menunggu datangnya visa. Para TKW itu tidak belajar apa2. Mereka hanya tidur2an, makan, minum, ngorol2 sampai malam.
Setelah mereka sampai di bandara King Khalid Riyadh, karena tidak ada petugas dari PJTKI yang mengarahkan mereka, jadilah gerombolan para TKW itu seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Bagaimana tidak dibentak2 oleh petugas orang Saudi, kalau mereka disuruh berbaris disebelah kanan, para TKW masih tetap bergerombol disebelah kiri. Disuruh mengantri satu2, malah mereka saling berebut. Disuruh memperlihatkan paspor dan kartu kedatangan, mereka malah melongo. Ya iyalahhhh….petugas mana yang tahann….?! Apalagi orang Saudi kebanyakan tidak sabaran, dan suaranya yang kenceng2. Habislah para TKW itu dibentak2. Jangankan oleh petugas orang Saudi yang tidak bisa berbahasa Indonesia, wong oleh petugas orang Indonesia yang sebangsa saja, para TKW itu sering dibentak2 koq.
Setelah mereka selesai di proses di imigrasi dan selesai mengambil bagasi. Mereka semua dikumpulkan dan di data, sementara paspor para TKW itu akan dipegang oleh petugas Imigrasi. Setelah itu para TKW akan dibawa ke ruangan tunggu khusus TKW, sambil menunggu dijemput oleh majikan masing2. Para TKW itu tidak akan dikeluarkan dari ruangan tersebut, kecuali dijemput oleh majikannya yang nama majikannya tertera di paspor TKW tersebut. Kalau yang nama penjemput TKW itu tidak sesuai dengan nama yang ada dalam paspor TKW, penjemput tersebut harus memperlihatkan surat kuasa penjemputan dari calon majikan asli TKW itu. Itulah alasannya mengapa para TKW di bandara King Khalid di kumpulkan sebelum mereka dimasukkan ke ruang tunggu. Calon majikan berada diluar sambil memelototi screen tv monitor. Disana akan disebutkan nama TKW lengkap, nama majikan dan nomor urut TKW. Kalau nama-nya sudah cocok, para majikan akan lapor ke meja petugas sambil memperlihatkan kartu ID asli. Setelah itu mereka akan memanggil TKW yang bersangkutan dan memberikan paspornya. Setelah TKW dan majikannya menandatangani surat-surat, barulah TKW itu bisa keluar mengikuti majikannya. Itu prosedur yang masih saya ingat. Kenapa saya tahu tentang prosedur tsb..? karena saya pernah 2 kali mengambil pembantu dari PJTKI Jakarta. Biaya yang dikeluarkan majikan untuk mengambil TKW, kurang lebih Rp. 28 juta. Bahkan ada yang membayar lebih dari itu.
Untuk teman-teman yang berada di Indonesia khususnya, ini sekedar informasi saja, tidak semua TKW yang datang dan bekerja di Saudi Arabia itu semuanya mempunya majikan WN Saudi. Di Arab Saudi ini semua warga negara tersedia disini. Jadi para TKW itu ada yang punya majikannya memang WN asli Saudi, tapi tidak sedikit para majikan mereka itu warga negara lain yang mukim dan tinggal di saudi Arabia. Soalnya masyarakat kita yang ada di Indonesia kan tahunya, kalau TKW bekerja di Saudi Arabia, sudah pasti saja majikannya warga negara Saudi. Padahal tidak begitu…lho…! Ada yang majikannya WN Turky, Mesir,  Sudan, Siria, Lebanon, Palestina, Jordan,  USA, Pakistan, India dsb. (capek kalau harus nyebutin satu satu mah…hehehe..)
Sudah hampir mau 10 tahun saya menetap di Saudi Arabia, mengikuti suami yang WN Saudi. Karena menetap disini, tentu saja saya sering sekali menjumpai TKW diluar rumah, baik di rumah para kerabat suami saya, ataupun di rumah teman saya yang orang Saudi, berjumpa di pesta2 nya orang Saudi, bertemu di mall2, di rumah sakit ( mengantar majikannya yang sakit ), di restaurant, di tempat bermain anak2, Seringkali saya menjadi penterjemah dadakan karena TKW nya tidak mengerti sama sekali perintah majikannya. Kalau anda sudah lama tinggal di Saudi dan anda sering belanja di toko2 Indonesia, seringkali kita akan melihat ada TKW yang memang sedang berbelanja atau TKW kaburan yang menunggu dijemput sesorang. Tahukah anda…?? kalau para TKW ilegal disini jumlahnya hampir sama banyaknya atau mungkin lebih banyak jumlahnya daripada para TKW yang legal. TKW kaburan kebanyakannya bukan karena disiksa majikan atau karena tidak digaji majikan. Tapi banyak TKW yang kabur itu karena keinginannya sendiri. Ada yang alasannya karena mereka ingin mendapatkan gaji yang lebih besar dari gaji yang didapat dari majikan asli.
Bahkan banyak yang jadi TKW kaburan karena mereka ingin bebas hidup bersama pacarnya ( para sopir2 Indonesia, para pekerja asing seperti Pakistan, Bangladesh, India ). Itu bukan rahasia lagi kalau disini ada sindikat/mafia yang akan menampung TKW kaburan. Seringkali saya membaca di surat kabar lokal, kalau polisi telah merazia beberapa apartemen/ rumah2 kontrakan yang penghuninya hampir 99 % TKW ilegal asal Indonesia. Dan ternyata mereka melakukan praktek pelacuran. Tarifnya cuma 50 sr ( 120 rb ) sekali pakai. Germo wanitanya kebanyakan orang Indonesia asli, pasangan germo yang laki-laki seringkali orang Pakistan atau Bangladesh. Menurut pengakuan mereka, kostumernya kebanyakan sopir2 taxi orang Pakistan atau pekerja kasar orang Bangladesh dan India. Bahkan kadang2 ada juga sopir orang kita sendiri. Para PSK asal negara kita itu bukan hanya TKW kaburan saja, bahkan banyak yang datang menggunakan visa umrah. begitu sampai di Jeddah mereka tidak pulang lagi ke Indonesia, tapi mereka memilih menjadi TKW ilegal. Itu bukan menjadi rahasia umum lagi disini. Sepertinya setiap orang yang sudah lama mukim disini pasti sudah pada tahu soal itu. Pemerintah saudi Arabia sebetulnya terlalu baik terhadap TKW ilegal tsb. Kenapa….?? karena menurut pengakuan para TKW ilegal, kalau mereka sudah ingin menghentikan petualangannya sebagai TKW ilegal dan mereka ingin secepatnya pulang ke Indonesia, para TKW ilegal itu akan menyerahkan dirinya sendiri ke kantor polisi ( jadi bukan polisi yang menangkap mereka, tapi seringkali TKW ilegal itu yg datang ke kantor polisi menyerahkan diri minta ditangkap ). Karena dengan cara itu lah para TKW akan di deportasi ke Indonesia dengan gratis ( biaya tiket ditanggung oleh pemerintah saudi arabia ).
Oleh polisi TKW itu akan dijebloskan dulu ke penampungan TKW yang bermasalah/ bahkan banyak juga TKW ilegal itu ditampung dipenjara2 wanita, sebelum menunggu proses dipulangkan. Kalau mereka di interogasi, mereka akan memberi alasan kabur dari majikan karena dipukuli dsb, dan mereka memberi alasan tidak tahu alamat lengkap majikannya. Bagaimana polisi mau mencari majikan TKW tersebut kalau si TKW memberi alasan tidak tahu alamat majikannya….? akhirnya TKW itu ditempatkan di penampungan dan sudah pasti akan dipulangkan ke Indonesia. Wahh…teman2  jangan berfikiran bahwa penampungan/ penjara wanita di Saudi menakutkan….Menurut sumber yang bisa dipercaya kebenarannya. Penampungan/ penjara wanita di Saudi Arabia itu tempatnya sangat bagus. Makanan berlimpah ruah, malah konon katanya mereka mendapat jatah uang bulanan untuk membeli perlengkapan mandi sekitar 60 sr ( kurang lebih 140 rb ) per bulannya. Sementara para TKW cuma tidur, duduk2, nyanyi2 dan menikmati hari2 nya sambil menunggu waktunya mereka di deportasi ke Indonesia.
Kenapa saya tahu banyak tentang keadaan penampungan/ penjara wanita itu. Karena saya pernah punya TKW yang menurut pengakuannya, ternyata dia sudah 7 kali bekerja di Saudi Arabia, dan dia pernah 3 kali menjadi TKW kaburan, dan 4 kali menjadi TKW sukses. Untungnya dia termasuk TKW kaburan baik, yang tidak pernah menjadi PSK, dan saya percaya itu. Selama bekerja pada saya selama 3 tahun, si mbak sebut saja namanya Sumi. Dia sering menceritakan kisah petualangannya selama menjadi TKW kaburan, termasuk selama dia berada di penjara wanita, dia juga menceritakan kisah teman2nya TKW ilegal yang sama2 dipenampungan. Jadi kalau ada TKW yang pulang ke Indonesia dalam keadaan hamil, terus mengaku diperkosa oleh majikan laki2/ anak majikan laki2. Kita tidak harus begitu saja mempercayai omongan TKW itu. Karena kenyataannya disini, banyak sekali TKW yang dihamili oleh pacarnya. Bukan diperkosa, tapi suka sama suka, TKW hamil karena diperkosa memang ada, tapi TKW yang hamil karena suka sama suka atau akibat karena melacurkan diri juga banyak. Itu sudah bukan rahasia lagi disini. Sebagai seorang WNI, terus terang saya malu juga dengan kelakuan sebagian TKW yang tidak bertanggung jawab itu.
Belum lagi di Saudi ini, TKW dari Indonesia itu terkenal sekali dengan sihir-nya. Sementara di negara Saudi hukuman untuk yang melakukan sihir sangat berat sekali. Jadi kalaupun ada TKW yang tidak pernah menyantet majikannya, tetep aja kadang2 jadi kena getahnya. Cerita ini bukan omong kosong belaka. Saya punya banyak rekan kerja orang Saudi. Hampir semua pembantu mereka pasti orang Indonesia. Pernah ada keluarga pamannya teman sekantor saya yang melaporkan pembantunya yang TKW Indonesia ke kantor polisi karena ketahuan TKW itu memasukkan air kencing ke dalam minuman majikan laki2 nya. Bodohnya TKW tersebut dia memasukkan air kencingnya ke dalam air putih, bukan ke dalam air teh/ kopi terang saja majikannya itu curiga, kenapa air minumnya berwarna ke kuning2 an. Karena disangka majikannya air itu mengandung racun, akhirnya air itu dibawa ke laboratorium. Hasilnya ketahuan, kalau air putih itu mengandung air kencing, setelah di interogasi TKW itu mengaku kalau dia memang sengaja memasukkan air kencing kedalam minuman majikannya, supaya majikannya tunduk atau menyayangi TKW itu. Bahkan katanya lagi dia pernah memasukkan darah menstruasi dia ke dalam masakan2 untuk disantap majikannya. Menurut keterangannya, dia tidak sendirian melakukan hal2 menjijikan tsb, tapi hampir sebagian TKW  yang datang ke Saudi melakukan hal2 seperti itu, karena mendengar cerita dari senior2nya yang ex Saudi selama dipenampungan di Jakarta. Terus mempraktekannya, akhirnya ketahuan dan dijebloskan ke penjara. Teman saya yang orang Saudi itu, sampai khusus datang kepada saya dan bertanya, kenapa banyak TKW yang melakukan perbuatan seperti itu..? bukankah dalam Islam itu merupakan dosa besar..? dan TKW itu beragama Islam..? “ Saya sendiri bingung harus menjawab apa..? kenapa TKW itu berbuat hal2 menjijikan seperti itu, saya sendiri tidak tahu..? karena saya kan bukan TKW….hahahah…Karena cerita itu berkembang dari mulut ke mulut, akhirnya saya dengar banyak rekan2 orang Saudi yang punya pembantu orang Indonesia memulangkan pembantunya. Alasannya, mereka takut makanan mereka dicampur oleh air kencing atau dicampur darah menstruasi. Dan sekarang ini banyak orang Saudi yang mengambil pembantu dari Vietnam.
Pernah saya mendapat pertanyaan konyol dari seorang Saudi, “ Di Indonesia ada listrik gak…?? ada telpon gak..?? ada Mac Donald gak…??”. Saya jawab saja. ” Tidak ada….!!! kami orang Indonesia masih hidup di gua gua…!!” hahahahahahaha. Ternyata orang itu punya alasan sendiri, kenapa mengajukan pertanyaan seperti itu. Karena dia punya pembantu dari Indonesia yang tidak tahu caranya menggunakan setrika, mesin cuci atau alat2 lainnya yang menggunakan listrik.. Mereka membandingkan dengan keadaan disini, semiskin miskinnya orang Saudi semuanya alat2 rumah tangganya kan sudah modern dan menggunakan listrik.
Sekitar 3 tahun yang lalu , ketika saya berkunjung ke rumah mertua diluar kota Riyadh. Saya diperkenalkan dengan pembantunya tetangga dari mertua saya. Sebut saja namanya Yuyun, baru kenal saya satu hari Yuyun sudah menceritakan kalau dia punya pacar orang Yaman yang berjanji kan menikahinya kalau Yuyun pulang cuti nanti ( kebetulan Yuyun, janda dengan anak 2 ). Yuyun menceritakan betapa baik si Yaman pacarnya itu, suka memberi Indomie, suka memberi pulsa, suka memberi uang jajan. Oia, Yuyun juga menceritakan kalau si Yaman itu suka masuk diam2 ke kamar Yuyun, kalau majikan2 Yuyun sudah tidur ( majikan Yuyun cuma berdua. Sepasang suami isteri yang sudah tua ). Wahh….ternyata si Yuyun ini nekat juga. Ngapain aja hayohh…?? kalau sudah berduaan di dalam kamar? tidak mungkin kan cuma maen pasir…hehehe. Saya sudah wanti2 sama si Yuyun, supaya tidak melakukan hal2 bodoh seperti itu. Di Saudi ini kan yang namanya pacaran tidak diperbolehkan. Kalau ketahuan bisa dihukum karena ada aturannya. Ternyata Yuyun mungkin sudah tak tahan juga. Setiap hari memasukkan si Yaman, lama2 masuk angin… Ketika kandungannya menginjak 4 bulan, si Yaman kabur entah kemana. Tinggalah yuyun dengan perut buncitnya, untung majikan Yuyun baik hati. Yuyun cepat2 dipulangkan ke Indonesia, karena kalau sampai melahirkan disini tanpa ada surat nikah resmi, Yuyun bersama bayinya bisa dijebloskan ke penjara. Selamatlah Yuyun dari hukuman cambuk karena kebaikan hati majikannya. Itu kalau pas kebetulan majikannya baik hati, pembantunya hamil cepat2 dipulangkan untuk menyelamatkan pembantunya. Coba kalau majikannya yang tidak mau mengerti. Mengetahui perut pembantunya yang tiba2 melendung tanpa ketahuan tukang pompanya, boro2 dipulangkan, malah kalau gak diserahkan ke kantor polisi, bisa2 malah langsung di buang di kolong jembatan layang . Dan waktu pulang ke Indonesia dengan membawa orok, untuk menutup malu biasanya TKW itu akan mengarang cerita kalau oroknya itu hasil diperkosa atau hasil dipaksa.. Padahal setelah beberapa lama kemudian, TKW itu akan kembali daftar ke PJTKI untuk kembali bekerja sebagai TKW di Saudi Arabia. Itulah sebabnya, walaupun Saudi Arabia banyak dicaci maki di Indonesia oleh orang2 yang tidak tahu kejadian sebenarnya, tapi tetap saja PJTKI selalu kebanjiran calon TKW untuk minta diberangkatkan ke Saudi Arabia. Kalau teman2 tidak percaya, coba temen2 cek dan ricek ke PJTKI di Jakarta. Teman2 akan mengetahui..ada berapa ribu TKW yg sedang menunggu mendapatkan visa untuk bekerja di Saudi Arabia. Dan saya yakin sekali kalau di Saudi Arabia, banyak sekali TKW yang semodel dengan si Yuyun.
Pemerintah Saudi bukan tidak berusaha menekan serbuan datangnya para TKW ilegal, khususnya yang datang dari Indonesia. Mulai dari 2 tahun yang lalu. Semua warga Asing yang tinggal di Saudi Arabia, harus disidik jari lagi, di photo lagi di imigrasi untuk disimpan di data base mereka. Konon katanya untuk mencegah masuknya kembali TKW ilegal yang pernah dideportasi ke luar dari Saudi Arabia. Jadi para tenaga kerja asing yang pernah bermasalah di Saudi Arabia, tidak akan bisa mudah masuk begitu saja walaupun mereka sudah mengganti paspor bahkan mengganti namanya.
Saya masih ingat pesan si mbak Sumi, bekas pembantu saya dulu. ” Ibu, kalau nanti saya sudah pulang, dan ibu mau mengambil TKW dari jakarta lagi. Ibu harus hati2. Jangan mengambil TKW yang asalnya dari T, P, B, L, S, C, M…karena banyak TKW dari sana yang jahat2. Saya kasihan sama ibu kalau ibu mendapatkan TKW yang jahat, karena ibu orangnya baik…( saya disebut baik, padahal saya bawel sekali..hehe ), Saya kasihan sama si putri kalau diasuh oleh TKW yang tidak baik. Kalau saja saya tidak akan menikah lagi, saya mau selamanya bekerja di rumah ibu. Ibu harus tahu, tidak semua TKW itu datang kesini karena mereka mau menjadi TKW. Banyak lokalisasi pelacuran di Jawa Tengah dan di Jawa Timur yang di geregek polisi, terus para bekas PSK itu larinya ke PT, melamar untuk menjadi TKW. Dan kebanyakan mereka milihnya menjadi TKW di Saudi Arabia. Ya…ibu bisa bayangkan, mereka tidak akan menjadi TKW yang baik karena menjadi pembantu itu susah, paling2 begitu sampai disini juga para bekas psk itu akan kembali menjual diri. Jadi ibu harus hati2 ya bu….!. Itu pesan si mbak sumi tercinta ( hallo…mbak Sumi.. sayang.. sehatkah mbak…? ).
Akhir bulan Mei kemarin, ketika saya sedang di ruang tunggu seorang dokter mengantar kakak saya yang sakit. Kebetulan bertemu denga seorang TKW yang juga sedang mengantar majikannya berobat. Saya perhatikan majikannya, seorang perempuan Saudi yang sudah tua. Si majikan itu minta diambilkan air minum dari tas yang dibawa2 TKW itu. Saya mendengar jelas TKW itu ngomel2 terus dalam bahasa Indonesia. ” Dasar Babi, tadi ditawarin tidak mau, sekarang minta…!” Saya yang mendengar omelan TKW itu, jadi gatal juga. ” Emang dimana ada babi mbak..?!’. Si TKW itu tampak terkejut melihat saya. ” Eh…ibu orang Indonesia..?!” tanyanya..Sambil lalu, saya sedikit menasehati TKW tersebut untuk sekedar menjaga bahasanya. Ngomel sih ngomel, tapi masa babi sampai dibawa2…. hahahaha. Kalau majikannya ngerti itu kata babi, saya yakin tuh TKW sudah ditendang 10 kilometer oleh majikannya.
Sekelumit kisah2 diatas itu murni berdasarkan pengalaman saya pribadi. Dengan tidak bermaksud mengambil kesimpulan bahwa TKW/ PRT dari Indonesia itu semuanya jahat. Orang jahat itu ada dimana2. Tidak di Saudi Arabia, tidak di Indonesia, tidak di Amerika, tidak di Eropa, tidak di Afrika. Disemua tempat dibelahan dunia ini, orang2 jahat itu ada. Dan orang2 yang baik pun ada. Tidak semua majikan2 orang2 Saudi ( khususnya ) itu jahat. Yang baiknya juga banyak sekali ( makanya banyak sekali TKW yg betah bertahun2 kerja di Saudi Arabia ). Majikan yang jahat pun banyak, itu bisa kita lihat dari banyaknya TKW yang pulang ke Indonesia dengan keadaan babak belur, bahkan seringkali pulang hanya tinggal nama saja. TKW itu juga tidak semua orang yang baik dan jujur, banyak sekali TKW yang jahat yang penuh tipu muslihat. Makanya sering diberitakan di koran2 lokal disini, kejahatan yang pelakunya TKW/ Tenaga Kerja Indonesia. Baik dan buruknya pengalaman seseorang, tidak menjadi tolak ukur baik dan buruknya satu bangsa/ ras tertentu. Marilah kita sama2 dewasa dalam menyikapi permasalahan masalah TKW ini ( khususnya TKW di Saudi Arabia), yang kadang2 tampaknya seringkali di dramatisir oleh fihak2 tertentu (khususnya orang2 yang tidak suka dengan Islam/ tidak suka bangsa Arab ).
Kalau kita mau jujur negara kita punya andil besar dalam semua permasalahan TKW yang bermasalah ini. Negara Indonesia yang konon katanya dulu, gemah ripah loh jinawi, ternyata sampai sekarang tidak bisa mensejahterakan rakyatnya. UUD45 pasal 34 ayat 1, ” fakir miskin dan anak anak terlantar dipelihara oleh negara “ hanyalah kata kata keramat yang tertera di atas kertas belaka. Pada kenyataannya para penguasa di negara kita sampai saat ini belum ada yang berfihak kepada rakyat miskin. Selama angka kemiskinan dan angka pengangguran semakin meningkat, selama itu pula keberadaan TKW yang tidak berpendidikan pun tidak akan punah, malah akan semakin banyak dan meningkat. Dan selama itu pula, kitapun akan selalu mendapat suguhan berita, tentang nasib para TKW yang memilukan. Dan itu merupakan pekerjaan rumah untuk para pejabat penguasa negara Indonesia, terutama bapak menteri tenaga kerja yang sejak tahun jebot sampai tahun 2010 mau segera berakhirpun, belum ada tanda2 kapan Pekerjaan Rumah yang satu ini akan segera bisa diselesaikan dengan baik.
Sumber: catatan diatas saya ambil dari tulisan mba’ Andini (Nining) di forum Kompasiana.com (http://luar-negeri.kompasiana.com/2010/07/01/sisi-lain-cerita-tkw-di-saudi-arabia-bagian-1/) dengan sedikit edit tanda baca seperlunya.

Kurma Nabi Paling Mahal

Sabtu, 30 Juli 2011 12:14 WIB

Laporan Wartawan Tribun, Candra P. Pusponegoro

TRIBUNNEWSBATAM.COM, BATAM - Memasuki bulan Ramadan, buah kurma merupakan salah satu makanan yang sangat favorit untuk berbuka puasa. Adapun jenis kurma sangat beragam, seperti kurma Madinah, Mesir, Tunisia, Zaman, Irak, dan sebagainya.

Untuk di pasaran saat ini, kurma yang tergolong paling mahal adalah kurma nabi yang asalnya dari kota Madinah Arab Saudi. Sedangkan kurma yang harganya tidak begitu mahal kurma impor dari negara Iran. Menjelang Ramadan, kebutuhan kurma meningkat.

Di Batam, kurma mulai merebak, dan mudah ditemui di pasar tradisional maupun di pusat perbelanjaan. Menurut Store Manager Carrefour Harbour Bay Mall, Firman Setyono, kurma banyak dicari terutama saat Ramadan dan sangat diminati untuk santapan berbuka puasa.

"Beragam jenis kurma, untuk jenis kurma nabi harganya relatif sangat mahal. Untuk kurma Tunisia lebih cenderung kering di luar namun sangat lembut di dalam dan rasanya tidak terlalu manis," ujar Firman Setyono kepada Tribun, Sabtu (30/7).

Mengenai harga, dia menyebutkan harga kurma bervariasi. Ada yang Rp 1.900 per 100 gramnya, Rp 35 ribu per kilogram hingga Rp 280 ribu.(tribunnewsbatam.com / tia)

Editor : Penny Sekar November
Sumber : Tribunnews

Saturday, July 30, 2011

Arab Saudi

Arab Saudi atau Saudi Arabia atau Kerajaan Arab Saudi adalah negara Arab yang terletak di Jazirah Arab. Beriklim gurun dan wilayahnya sebagian besar terdiri atas gurun pasir dengan gurun pasir yang terbesar adalah Rub Al Khali. Orang Arab menyebut kata gurun pasir dengan kata sahara.
Negara Arab Saudi ini berbatasan langsung (searah jarum jam dari arah utara) dengan Yordania, Irak, Kuwait, Teluk Persia, Uni Emirat Arab, Oman, Yaman, dan Laut Merah.

Pada tanggal 23 September 1932, Abdul Aziz bin Abdurrahman as-Sa'ud—dikenal juga dengan sebutan Ibnu Sa‘ud—memproklamasikan berdirinya Kerajaan Arab Saudi atau Saudi Arabia (al-Mamlakah al-‘Arabiyah as-Su‘udiyah) dengan menyatukan wilayah Riyadh, Najd (Nejed), Ha-a, Asir, dan Hijaz. Abdul Aziz kemudian menjadi raja pertama pada kerajaan tersebut. Dengan demikian dapat dipahami, nama Saudi berasal dari kata nama keluarga Raja Abdul Aziz as-Sa'ud

Arab Saudi terkenal sebagai Negara kelahiran Nabi Muhammad SAW serta tumbuh dan berkembangnya agama Islam, sehingga pada benderanya terdapat dua kalimat syahadat yang berarti "Tidak ada tuhan (yang pantas) untuk disembah melainkan Allah dan Nabi Muhammad adalah utusannya".

Ekonomi

Kekayaan yang sangat besar yang didapat dari minyak, sangat membantu permainan dan pembentukan kekuatan peran dari keluarga Kerajaan Saudi baik di dalam maupun luar negeri. Wilayah ini dahulu merupakan wilayah perdagangan terutama di kawasan Hijaz antara Yaman-Mekkah-Madinah-Damaskus dan Palestina. Pertanian dikenal saat itu dengan perkebunan kurma dan gandum serta peternakan yang menghasilkan daging serta susu dan olahannya. Pada saat sekarang digalakkan sistem pertanian terpadu untuk meningkatkan hasil-hasil pertanian.
Peta Arab Saudi
Perindustrian umumnya bertumpu pada sektor Minyak bumi dan Petrokimia terutama setelah ditemukannya sumber sumber minyak pada tanggal 3 Maret 1938. Selain itu juga untuk mengatasi kesulitan sumber air selain bertumpu pada sumber air alam (oase) juga didirikan industri desalinasi Air Laut di kota Jubail. Sejalan dengan tumbuhnya perekonomian maka kota-kota menjadi tumbuh dan berkembang. Kota-kota yang terkenal di wilayah ini selain kota suci Mekkah dan Madinah adalah Kota Riyadh sebagai ibukota kerajaan, Dammam, Dhahran, Khafji, Jubail, Tabuk dan Jeddah.

Politik

Arab Saudi menggunakan sistem Kerajaan atau Monarki. Hukum yang digunakan adalah hukum Syariat Islam dengan berdasar pada pengamalan ajaran Islam berdasarkan pemahaman sahabat Nabi terhadap Al Qur'an dan Hadits atau dengan kata lain pemahaman Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Memiliki hubungan internasional dengan negara negara lain baik negara negara Arab, negara-negara anggota Organisasi Konfrensi Islam, maupun negara negara lain.

Penduduk dan pembagian wilayah

Keluarga suku Qurays yang dikenal sebagai bangsawan dan pemimpin bangsa Arab, turunan pendiri dan pemelihara bangunan suci Ka'bah, Nabi Ibrahim dan putranya nabi Ismail, dimana Nabi Muhammad adalah salah satu dari Bani Hasyim Qurays, di wilayah Hijaz, sekarang merupakan salah satu suku penduduk di Saudi Arabia. Penduduk Arab Saudi adalah mayoritas berasal dari kalangan bangsa Arab sekalipun juga terdapat keturunan dari bangsa-bangsa lain serta mayoritas beragama Islam. Di daerah daerah industri dijumpai penduduk dari negara-negara lain sebagai kontraktor dan pekerja asing atau ekspatriat
Peta Arab Saudi dengan pencantuman angka-angka.
Wilayah Arab Saudi terbagi atas 13 provinsi atau manatiq (jamak dari mantiqah) yakni:
  1. Bahah
  2. Hududusy Syamaliyah
  3. Jauf
  4. Madinah
  5. Qasim
  6. Riyadh
  7. Syarqiyah, Arab Saudi (Provinsi Timur)
  8. 'Asir
  9. Ha'il
  10. Jizan
  11. Makkah
  12. Najran
  13. Tabuk

Geografi

Arab Saudi terletak di antara 15°LU - 32°LU dan antara 34°BT - 57°BT. Luas kawasannya adalah 2.240.000 km². Arab Saudi merangkumi empat perlima kawasan di Semenanjung Arab dan merupakan negara terbesar di Asia Timur Tengah. Permukaan terendah di sini ialah di Teluk Persia pada 0 m dan Jabal Sauda' pada 3.133 m. Arab Saudi terkenal sebagai sebuah negara yang datar dan mempunyai banyak kawasan gurun. Gurun yang terkenal ialah di sebelah selatan Arab Saudi yang dijuluki "Daerah Kosong" (dalam bahasa Arab, Rub al Khali), kawasan gurun terluas di dunia. Namun demikian di bagian barat dayanya, terdapat kawasan pegunungan yang berumput dan hijau.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Arab_Saudi

APA YANG MEREKA DENDAMKAN TERHADAP NEGERI SAUDI ?

Oleh
Syaikh Muhammad Musa Al-Nasr

Banyak sekali orang yang dengki dan dendam dengan biladul haramain (negeri dua tanah suci) Kerajaan Arab Saudi. Mereka mencela dan menghujatnya dikarenakan pemerintah yang menjalankan negeri ini adalah suatu kaum yang mereka sebut dengan nama ”Wahhabi”. Tentu saja mereka merasa dendam, dengki dan marah kepada Wahhabi, karena mereka tidak bisa tenang melaksanakan kesesatan dan kebid’ahannya apabila dakwah wahabiyah ini masih ada. Untuk menciptakan tanfir (larinya manusia kepada kebenaran), mereka membuat istilah-istilah bid’ah, menyematkan istilah Wahhabi kepada siapa saja yang menyerukan tauhid murni, tidak hanya sampai di sana, mereka fitnah dan buat kedustaan atas negeri ini. Di lain fihak, atas ulah sebagian oknum yang terdidik dengan jiwa terorisme dan khowarij, mereka mengaku-ngaku sebagai pengikut dakwah Syaikhul Islam Muhammad bin ’Abdul Wahhab, namun mereka melakukan takfir, irhab, tafjir dan tadmir di negara-negara muslim ataupun negeri kafir. Sehingga akhirnya biladul haramain pun dicap sebagai negerinya sarang teroris. (Abu Salma)

Syaikh Musa Nashr hafizhahullahu berkata :

Allah telah menjadikan negeri Makkah dan Madinah sebagai tempat yang aman hingga hari kiamat, semenjak Allah memerintahkan kepada kekasih-Nya Nabi Ibrahim agar mengumumkan kepada manusia untuk menunaikan ibadah haji, mereka datang ke Baitul Haram (Ka’bah) dari segala penjuru negeri ; sebagaimana Allah berfirman.

“Artinya : Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka”‌ [Al-Haj : 27]

Dan Allah berfirman sembari memberi nikmat kepada penduduk negeri Haramain.

“Artinya : Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah Haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan)”‌ [Al-Qashas : 57]

Demikianlah firman-Nya.

“Artinya : Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan”‌ [Al-Quraisy : 3-4]

Pelajaran dalan ayat itu diambil dari keumuman lafadh, (dan) bukan dari kekhususan sebab, walaupun sebagian ayat ini turun pada kaum musrikin Makkah, hanya saja ayat ini mencakup kepada penduduk Makkah hingga hari kiamat. Demikianlah Allah berkehendak untuk rumah-Nya agar senantiasa menjadi tempat dengan kedamaian dan keamanan, agar orang yang berhaji, berumrah dan orang yang berkunjung datang ke negeri itu dengan tanpa merasa takut dan gelisah.

Akan tetapi (kaum Khawarij modern) para da’i dan penyeru peledakan tidak ingin suasana seperti itu terjadi, tetapi yang mereka inginkan adalah kegoncangan keamanan negeri Al-Haramain. Mereka melanggar ayat-ayat dan hadits-hadits yang memperingatkan akan larangan mengganggu kaum muslimin, menakut-nakuti dan membunuh mereka ! Maka bagaimanakah jika hal itu (yaitu mengganggu, menakut-nakuti dan membunuh kaum muslimin) terjadi di bumi yang paling suci dan paling mulia di muka bumi ini, yaitu negeri Makkah yang aman dan daerah sekitarnya ?!

Allah berfirman.

“Artinya : Dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih”‌ [Al-Haj : 25]

Sesungguhnya hanya sekedar berniat melakukan kejahatan di Makkah adalah sebuah kejahatan dan dosa yang besar, maka bagaimanakah dengan mereka yang menumpahkan darah yang haram di negeri Al-Haram ?

Bagaimanakah halnya orang yang meletakkan dan menaruh senjata dan bahan peledak dalam tumpukan mushaf Al-Qur’an, dan menyangka bahwasanya hal ini adalah jihad dan pengorbanan ?

Sesungguhnya orang-orang yang dhalim itu, yang berusaha membuat kerusakan di negeri Al-Haramain (Saudi Arabia) dan negeri Islam lainnya, pada hakikatnya mereka itu adalah orang-orang yang berkhidmat (pada) musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi dan Nashara serta seluruh musuh-musuh Islam, karena musuh-musuh Islam itu bergembira dan menabuh genderang bahkan menari-nari ketika gangguan menimpa negeri Islam, khususnya negeri Islam, yang memelihara dan menjaga Makkah dan Madinah, negara yang menyebarkan aqidah Tauhid di negeri Arab dan selain negeri Arab.

Maka kenapa penyerangan yang keji ini dilakukan dari dalam dan dari luar, atas negeri Al-Haramain ? Karena Saudi Arabia adalah benteng terakhir bagi Islam, dan karena dinegeri itu pula ditegakkan syariat Allah diatas asas Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya, dan karena di negeri itu disebarkan tauhid disegenap penjuru bumi. Maka (negeri ini) harus diperangi serta dilemahkan, dan disibukkan dengan fitnah-fitnah !! (negeri itu) harus digoncangkan keamanannya, karena kegoncangan kepercayaan pada negeri itu dan menampakkannya dalam keadaan lemah dari menjaga tempat-tempat yang suci, benar-benar akan mencegah para jama’ah haji dan pengunjung serta orang yang berumrah untuk mendatanginya. Maka lemahlah perekonomiannya, dan tersibukkan negeri Saudi Arabia dari kewajibannya yang suci yaitu melayani dua tempat suci (Makkah dan Madinah) melayani Islam dan kaum muslimin.

Kemudian mereka yang menuduh negeri itu dengan kedzaliman dan kedustaan, (bahwa negeri Saudi Arabia ) membina teroris, diri merekalah yang bergembira dengan perbuatan orang-orang bodoh pembunuh dari kalangan kaum Khawarij masa kini, maka lihatlah bagaimana mereka (orang kafir yang menuduh negeri Saudi Arabia membina teroris dan kaum Khawarij yang meledakkan Al-Haramain) bertemu dalam satu sasaran dan satu tujuan, walaupun tanpa sengaja ?!

Dan Maha benar Allah dimana Dia berfirman.

“Artinya : Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah : “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”‌. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”‌ [Al-Baqarah : 120]

Musuh-musuh Islam di timur dan barat tidak meridhai kecuali umat ini meninggalkan agamanya sebagaimana terkelupasnya ular dari kulitnya, baik pemerintah ataupun rakyatnya, dan (mereka menginginkan) umat Islam menyerupai negeri barat baik itu akidahnya, peradabannya, kebudayaannya dan akhlaknya.

Dan hal ini (umat Islam meninggalkan agamanya) “dengan izin Allah- tidak akan terjadi selama pada kita terdapat Kitabullah dan Sunnah nabiNya, dan selama pada kita terdapat ulama rabbani yang menyuruh berbuat baik dan melarang dari kemungkaran, berjihad dengan lisan mereka, jari-jemari mereka dan keterangan mereka, mereka benamkan setiap fitnah Khawarij dan ahli bid’ah yang sesat, dan mereka memperingatkan dari persengkokolan musuh-musuh Islam, menasehati para penguasa kaum muslimin dengan cara yang baik dan cara yang paling lurus, dengan kelembutan dan hikmah, agar mereka dapat membantu para penguasa melawan syaitan dan mereka tidak membantu syaitan melawan penguasa kaum muslimin, mereka (para ulama itu) akan mendo’akan penguasa kaum muslimin dengan kebaikan, dan tidak mendoakan penguasa dengan kejelekan dan kebinasaan.

Semoga Allah menjaga negeri Al-Haramain khususnya dan negeri-negeri Islam secara umum dari segala rencana-rencana jahat yang dilakukan oleh musuh-musuh kita yang nampak atau dari kalangan kaum muslimin yang bersembunyi dibelakang Islam ““mereka menyangkanya- dan Allah benci dan berlepas diri dari mereka dan amal perbuatan mereka, dan Allah-lah meliputi mereka semuanya tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Dia dan tiada Rabb selain Dia.



[Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Edisi No. 08/Th. II/1424H, 21-22. Terjemahan dari http ://www.m-alnaser.com]

Raja-raja Saudi

1- Yang Mulia Raja Abdul Aziz bin Abdur Rahman Al-Saud, Pendiri Kerajaan Saudi Arabia (1293H-1373H = 1876M-1953M).

Raja Abdul Aziz – rahimahullah - lahir pada 20 Dzulhijjah 1297 H, bertepatan 5 Desember 1880 M. Pada masa ini beliau mengalami banyak peristiwa memilukan yang menimpa keluarganya, sehingga memaksa ayahnya keluar bersama keluarga dan putra-putranya ke Kuwait untuk meminta suaka dan bantuan, serta menunggu waktu yang tepat untuk mengembalikan kekuasaan nenek moyangnya. Karena alasan itulah Abdul Aziz muda hidup bersama keluarganya dengan kondisi materi seadanya, sehingga hal itu membiasakannya sanggup bertahan dalam kehidupan yang serba kekurangan dan ketidak cukupan. Maka iapun tumbuh sebagai pemuda yang tangguh dan sabar menghadapi berbagai kesulitan dan musibah betapapun keras dan besarnya.
Pada perkembangan berikutnya, Sang Pangeran Abdul Aziz bin Abdurrahman Al-Saud bersama-sama dengan sekelompok sahabat dekatnya yang loyal kepadanya melakukan penyerangan yang berani ke kota Riyadh, dan ia pun berhasil menguasi kota tersebut. Selama tahun-tahun pengasingannya di Kuwait ia banyak berinteraksi dengan para tokoh politik dan pemerintahan, ia pun belajar dari mereka prinsip-prinsip seni memimpin dan pengalaman berpolitik sehingga ia mahir dalam masalah perpolitikan dunia, bahkan lebih dari itu ia pun menguasai seni bela diri dan strategi berperang. Dengan demikian banyak pengalaman dan keahlian yang ia dapatkan dari para ahlinya, sehingga dengan keahliannya tersebut, dalam jangka waktu sekitar 30 tahun ia berhasil menyatukan seluruh wilayah kerajaan seperti pada saat ini. Wilayah-wilayah yang dipersatukan oleh Raja Abdul Aziz antara lain: Najed, Al-Ahsa, Hijaz dan Asir. Kemudian Raja Abdul Aziz memproklamirkan penyatuan wilayah-wilayah negeri tersebut dengan berdirinya Kerajaan Saudi Arabia pada tanggal 17 Jumadil Awal 1351 H. bertepatan dengan 23 September 1932 M.
Pribadi Abdul Aziz adalah sosok yang berhati besar yang penuh dengan rasa cinta kepada bangsanya, dan itulah yang mendorongnya untuk menegakkan keadilan dan memberikan berbagai sarana perlindungan dan pengayoman bagi masyarakat. Sesaat setelah mendirikan Kerajaan Saudi Arabia, Raja Abdul Aziz mengatakan: "Aku telah merintis Kerajaan ini tanpa seorang penolong. Hanya Allah Yang Maha Kuasa sebagai penolongku dan tumpuanku dan Dialah yang mensukseskan segala usahaku. Aku menjadi raja bukan atas keinginan pihak asing, tetapi aku menjadi raja atas kehendak Allah, kemudian atas kemauan bangsa Arab yang telah memilihku dan membaiatku. Mereka mengatakan, bahwa aku adalah seorang raja, maka akupun menerima pengakuan mereka dan berterima kasih atas kepercayaan mereka. Jika pada suatu hari mereka tidak menghendakiku sebagai pemimpin mereka, maka aku akan kembali ke dalam barisan dan berperang bersama mereka dengan pedangku, sama seperti orang yang paling rendah dari mereka tanpa ada sedikitpun rasa tidak enak dalam diriku."
Dan pada tanggal 2 Rabiul Awal 1373 H. bertepatan dengan 9 Nopember 1953 M. Raja Abdul Aziz bin Abdur Rahman Al-Saud berpulang ke rahmatullah di kota Thaif, dan jenazahnya dimakamkan di ibukota Riyadh.



2. Yang Mulia Raja Saud bin Abdul Aziz Al-Saud.

Raja Saud dilahirkan di Kuwait pada tahun 1319 H/1902 M, yaitu pada tahun ketika ayahandanya berhasil menaklukkan kota Riyadh. Raja Saud memimpin daerah Najed pada tahun 1343 H./1924 M, selama ayahandanya berada di Hijaz. Raja Saud beberapa kali ikut dalam peperangan bersama ayahnya, bahkan pernah diserahi oleh ayahnya untuk memimpin pasukan di wilayah Najran dan Asir ketika terjadi persengketaan perbatasan antara Yaman dan Kerajaan Saudi Arabia pada tahun 1353 H./1934 M.
Raja Saud dibaiat menjadi putera mahkota pada tahun 1352 H/1933 M. Beliau pernah melakukan beberapa perjalanan ke negara-negara Eropa dan Amerika serta berkunjung ke Irak dan India. Kemudian beliau menjadi raja setelah meninggal ayahandanya pada 5 Rabiul Awal 1373H/12 Nopember 1953 M.
Masa kepemimpinan Raja Saud Rahimahullah mengalami aktivitas yang sangat luas dikarenakan perhatian yang besar dari Saudi Arabia terhadap berbagai permasalahan dunia Arab dan dunia Islam, beliau giat membina hubungan kerja sama antara kaum muslimin di berbagai negara Islam sebagai upaya untuk mempererat ikatan ukhuwah dan solidaritas antara kerajaan Saudi Arabia dengan kaum muslimin dalam berbagai bidang dan urusan.
Raja Saud punya perhatian yang tinggi terhadap urusan pendidikan. Hal itu terbukti, pada masa pemerintahannya dibentuk Kementerian Ilmu Pengetahuan (Departemen Pendidikan) tahun 1373 H/1953 M. Pada masanya juga didirikan universitas pertama di semenanjung Jazirah Arabia yaitu Universitas King Saud di kota Riyadh pada tahun 1377 H/1957 M,. Kemudian dibentuk Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan pada tahun 1373 H/1953 M., lalu Kementerian Tenaga Kerja dan Urusan Sosial tahun 1380 H/1960M. Diikuti dengan berdirinya Universitas Islam Madinah pada tahun 1381 H/1361 M, serta pembentukan Kementerian Urusan Haji dan Wakaf pada tahun 1381 H/1961 M. dan Kementerian Penerangan pada tahun 1382 H/1962 M.
Raja Saud juga giat melakukan berbagai amal sosial dan renovasi pembangunan. Beliau membagikan zakat kepada para fakir miskin, membangun panti-panti anak yatim di setiap kota dan desa, mendirikan Kantor Pengaduan Masyarakat, dan Badan Amar Ma'ruf - Nahi Mungkar di seluruh pelosok kota maupun desa. Juga mengembangkan sarana dan prasarana produktifitas dengan membangun bendungan-bendungan dan menggali sumur-sumur. Prestasi beliau yang utama yaitu peletakan batu pertama untuk proyek perluasan Masjid Nabawi, dan ini merupakan usaha perluasan Masjid Nabawi yang kedua sepanjang sejarahnya. Dua tahun berikutnya, Raja Saud meletakkan batu pertama untuk proyek perluasan Masjid al-Haram, serta melakukan perbaikan pada fasilitas-fasitilas haji.
Pada masa pemerintahanya, terus menerus dilakukan seruan kepada Solidaritas Islam, dan orientasi politik beliau adalah mendukung upaya-upaya menuju persatuan bangsa Arab. Raja Saud meninggal dunia di Athena pada tahun 1388 H/1969 M. Jenazahnya dibawa ke Mekkah untuk dishalatkan dengan sebagai imamnya adalah saudaranya, Raja Faisal, kemudian jenazahnya dibawa ke Riyadh untuk dimakamkan. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada Raja Saud.




3. Yang Mulia Raja Faisal bin Abdul Aziz Al-Saud.

Raja Faisal bin Abdul Aziz lahir pada bulan Shafar 1324 H/1906 M. di kota Riyadh dan dikukuhkan menjadai Raja Saudi Arabia pada 27 Jumadil Akhir 1384 H/2 Nopember 1964 M. Sebelumnya, Faisal muda sering ikut serta bersama ayahandanya dalam berbagai operasi militer yang dipimpin ayahandanya sebagai pendahuluan untuk berdirinya negara Saudi Arabia, seperti pada pertempuran Asy-Syuaibah, pertempuran Asir pada tahun 1338 H/1920 M., dan pertempuran Tihamah tahun 1351 H./1932 M. Lalu beliau diangkat ayahandanya sebagai Gubernur Mekkah dan daerah Hijaz.
Raja Faisal Rahimahullah memiliki kematangan politik yang jarang dimiliki oleh pemimpin lain di Jazirah Arabia, sehingga ia dikenal dengan sebutan "Pemimpin Politik Yang Tenang". Beliau banyak menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Arab. Dan pada masanya kebangkitan pembangunan terus menerus dilakukan dengan meliputi berbagai sektor kehidupan, terutama setelah sumber pendapatan ekonomi negera melimpah, maka dibangunlah jalan-jalan, pusat-pusat penawar air asin dan stasiun televisi.
Pada masa pemerintahannya, untuk pertama kalinya dibuat Rencana Pembangunan Lima Tahun (1390-1395 H.=1970-1975 M), dan didirikan Universitas King Abdul Aziz di Jeddah, Fakultas Petroleum dan Pertambangan di Dahran, Fakultas Raja Faisal untuk Angkatan Udara, Pelabuhan Islam Jeddah dan dibentuklah Kementerian Kehakiman pada tahun 1390 H/1970 M.
Pada tahun 1395 H dibentuk Kementerian Telegraf, Pos dan Telepon, Kementerian Pekerjaan Umum dan Pemukiman, Kementerian Perencanaan Pembangunan, Kementerian Pendidikan Tinggi, dan Kementerian Perindustrian dan Kelistrikan.
Pada tahun 1973 M, ketika terjadi perang antara Arab dan Israel, Raja Faisal mengumumkan embargo minyak terhadap negara-negara yang membantu Israel termasuk Amerika Serikat. Seruan Raja Faisal kepada Solidaritas Islam juga dinilai sangat berhasil yang bertujuan kepada persatuan dunia Islam.
Raja Faisal memiliki peran besar dalam isu Palestina di tingkat dunia. Beliau pernah melakukan banyak kunjungan dan kegiatan aktif ke berbagai negara di dunia seperti Cina, Jepang, Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Belanda dan Belgia.
Raja Faisal Rahimahullah wafat pada 13 Rabiul Awal 1395 H/25 Maret 1975 M. dan jenazahnya dimakamkan di kota Riyadh, di kuburan Al-'Ud.



4. Yang Mulia Raja Khaled bin Abdul Aziz Al-Saud.

Raja Khaled dilahirkan di kota Riyadh pada tahun 1331h/1913 M, yaitu pada tahun ketika ayahandanya, Raja Abdul Aziz, berhasil merebut wilayah Al-Ahsa, Al-Qathif dan wilayah pantai Teluk Arab dari tangan pasukan Turki. Jabatan pertama yang pernah dijabat oleh Raja Khaled pada masa ayahandanya adalah sebagai Wakil Gubernur Mekkah dan wilayah Hijaz.
Pada masa pemerintahan Raja Khaled mulai terjadi lompatan besar dalam proyek pembangunan di berbagai sektor seperti perindustrian, perdagangan dan pelayanan masyarakat, karena hasil minyak sangat melimpah sehingga potensi dan kemampuan di bidang pembangunan dan pengembangan Negara semakin meningkat. Maka majulah peridustrian nasional, dan dibukalah sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan pada semua tingkatan. Pada masanya pula berdiri Universitas Ummul-Qura di Mekkah Al-Mukarramah sesuai Keputusan Kabinet No. 96 tanggal 22/6/1401 H.
Raja Khaled berusaha keras melanjutkan pembangunan dan memberantas kemiskinan, kebodohan dan penyakit. Berkembanglah sarana komunikasi dan transportasi serta sarana pertanian dan perindustrian, sehingga Kerajaan Saudi Arabia menempati posisi urutan tertinggi dari negara-negara dunia ketiga di bidang pembangunan dan kemajuan ekonomi.
Pada masa pemerintahan Raja Khaled diselenggarakan KTT Islam ke-3 di kota Mekkah dan Thaif pada 20/3/1401 H (Pebruari 1981 M), dikenal dengan nama Muktamar Palestina dan Al-Quds, yang merupakan perjanjian kokoh antara kaum Muslimin untuk membebaskan Al-Quds. Raja Khaled juga mendukung kepada seluruh dunia Islam untuk berkabung selama 24 jam pada tanggal 14 April 1982 sebagai bentuk solidaritas begi bangsa Palestina dan protes atas serangan kaum Zionis Israel terhadap orang-orang yang sedang melakukan shalat di Masjidil Aqsha. Seruan ini mandapatkan sambutan yang luas di seluruh dunia Islam, sehingga hari berkabung dunia Islam tersebut menarik perhatian dunia ketika mereka menyaksikan kemarahan Dunia Islam atas pelanggaran yang dilakukan Israel terhadap Masjid al-Aqsha.
Raja Khaled wafat karena sakit jantung di kota Thaif pada hari Ahad 21 Sya'ban 1402 H/13 Juni 1982 M. Jenazahnya dibawa ke Riyadh untuk dimakamkan di kuburan Al-'Ud. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada beliau.





5. Pelayan Dua Kota Suci Raja Fahd bin Abdul Aziz Al-Saud.

Khadimul Haramain (Pelayan Dua Kota Suci), Raja Fahd bin Abdul Aziz Al-Saud rahimahullah dilahirkan di kota Riyadh pada tahun 1343 H/1923 M., di bawah asuhan langsung ayahandanya, Sang Pendiri Kerajaan Saudi Arabia, Yang mulia Raja Abdul Aziz - semoga Allah mengharumkan kuburnya. Raja Fahd menempuh pendidikan dasarnnya di sekolah yang didirikan oleh ayahandanya untuk mendidik putera-puteranya. Kemudian melanjutkan pendidikannya di Ma'had Ilmi Saudi, sebuah lembaga yang memberikan perhatian besar terhadap pendidikan agama dan ilmu bahasa arab. Setelah itu Raja Fahd melanjutkan pendidikannya pada beberapa bidang studi di luar negeri, di samping beliau banyak melakukan kunjungan ke berbagai negara Eropa, Asia, Afrika dan Amerika Serikat.
Pada tanggal 18 Rabiul Tsani tahun 1373 H/12 Desember 1953 M, keluar Surat Keputusan Raja No. 5/3/26/295 tentang pembentukan Kementerian Pendidikan, dan ketika itu Pangeran Fahd bin Abdul Aziz ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan. Pada masa jabatannya sebagai Menteri Pendidikan, berhasil didirikan universitas pertama di Jazirah Arabia, yakni Universitas King Saud di Riyadh pada tahun 1377 H/1957 M., satu tahun setelah ia memangku tanggung jawab kementerian ini.
Pada tanggal 21/8/1402H (1982 M.), Fahd bin Abdul Aziz dibaiat sebagai Raja Kerajaan Saudi Arabia, yaitu setelah wafatnya Raja Khaled bin Abdul Aziz. Pada masa pemerintahan Pelayan Dua Kota Suci, Saudi Arabia menempati kedudukan tinggi di negara-negara di dunia, karena menjadi sebuah kekuatan ekonomi dan militer yang diperhitungkan di tingkat regional, serta negara yang terhormat dan terkenal dengan kesucian tangan maupun lisannya, karena itu dunia pun tidak menemukan satu alasan menuntut negeri ini. Saudi Arabia mampu memelihara nama baiknya dan memberikan contoh terbaik yang patut diteladani dalam hubungan internasional yang berdiri di atas prinsip saling menghormati dan kerjasama berkelanjutan yang konstruktif.
Pada bulan Shafar 1407 H Raja Fahd mengeluarkan surat perintah penghapusan gelar Shahibul Jalalah (Pemilik kebesaran, kemuliaan) dan diganti dengan gelar Khadim al-Haramain asy-Syarifain (Pelayan Dua Kota Suci). Beliau memilih agar namanya lekat dengan pelayanan kedua tanah suci tersebut, sebagai penegasan atas kedudukan keduanya serta prioritas yang diberikan oleh para pemimpin Saudi Arabia untuk pemeliharaan dan perlindungannya. Untuk itu, pada masa pemerintahan Raja Fahd kedua tempat suci ini mengalami perluasan besar-besaran yang belum pernah dialami sepenjang sejarah, dan direalisasikan di Mekkah dan Madinah proyek-proyek pembangunan raksasa dan modernisasi total terhadap struktur berbagai layanan yang menelan biaya lebih dari 72 milyar riyal Saudi, atau senilai 20 milyar Dollar Amerika. Kaum muslimin di seluruh dunia pun menyambut baik dengan prestasi yang besar dan mengagumkan, serta mereka sangat menghargai nilai-nilai keimanan yang sangat mendalam yang menunjukkan loyalitas para pemimpin dan bangsa Saudi Arabia dalam menunaikan amanat pelayanan kedua kota suci ini.
Sebagaimana politik luar negeri Saudi Arabia pada masa pemerintahan Khadim al-Haramain asy-Syarifain, Raja Fahd bin Abdul Aziz Rahimahullah, memiliki keistimewaan dengan usahanya yang terus-menerus untuk mewujudkan solidaritas, kerja sama dan integrasi di di antara negara-negara Arab dan Islam, serta mendukungnya dengan segala cara dan sarana.
Raja Fahd bin Abdul Aziz berpulang ke rahmatullah pada hari Senin 26 Jumadil Akhir 1426 H. bertepatan dengan 1 Agustus 2005 M.



6. Pelayan Dua Kota Suci, Raja Abdullah bin Abdul Aziz Al-Saud.

Khadim al-Haramain asy-Syarifain (Pelayan Dua Kota Suci), Raja Abdullah bin Abdul Aziz Al-Saud hafizhahullah dilahirkan di kota Riyadh pada tahun 1343 H/1924 M. Beliau telah tumbuh dalam lingkungan budaya Arab yang masih asli, di bawah asuhan langsung ayahandanya, Sang Pendiri Kerajaan Saudi Arabia, Raja Abdul Aziz Al-Saud. Karena beliau memperoleh pendidikannya yang pertama di bawah bimbingan langsung ayahandanya, sehingga tertanam dalam pribadi beliau karakter asli bangsa arab, seperti pemberani, dermawan dan suka menolong. Beliau sejak kecil sudah memahami berbagai peristiwa yang terjadi di semenanjung Jazirah Arabia. Beliau tidak mau mendengarkan kecuali sesuatu yang dapat memenuhi keimanan jiwa dan akhlak yang mulia. Maka sudah selayaknya lingkungan tersebut menanamkan nilai keagamaan yang kuat dan pendidikan yang berciri Salaf Shalih dalam diri beliau. Beliau melihat bahwa umat ini tidak akan menjadi baik kecuali jika mereka kembali kepada manhaj Salaf Shalih yang berisikan keimanan yang kuat yang mampu melawan setiap kekuatan yang ingin menggoyang eksistensi Islam.
Raja Abdullah menempuh pendidikan dasarnya sejak dini dalam asuhan ayahandanya. Pengaruh ayahandanya, Raja Abdul Aziz, sangat kuat dalam membentuk karakter dan keilmuan beliau di bidang agama, politik dan kemiliteran. Selain itu Raja Abdullah mendapatkan ilmunya dari para ulama besar dan pemikir, yang mereka itu punya kontribusi dalam pengembangan kemampuan beliau sejak masih kanak-kanak melalui pengarahan dan pendidikan. Karena itulah, Raja Abdullah sangat senang bertemu dengan para ulama, para pemikir dan Ahlul Halli Wal 'Aqdi. Beliaupun terus membaca dan mengikuti perkembangan bidang pemikiran, ilmu pengetahuan dan politik sehingga beliau memiliki wawasan yang sangat luas.
Salah satu hasilnya, bahwa beliau mendidirikan Perpustakaan Umum Raja Abdul Aziz di kota Riyadh dan mendirikan pula sebuah perpustakaan serupa di Casablanka Maroko. Beliau pada tanggal 2/7/1405 H menyelenggarakan Festival Pusaka dan Budaya Nasional, di mana beliaulah sebagai penggagasnya yang kemudian sampai kini diadakan setiap tahun di Al-Janadiriyyah.
Raja Abdullah termasuk tokoh yang istimewa di negeri Arab, yang menghadapii segala permasalahan dengan tegas dan terusterang, jujur dalam interaksinya dengan orang lain, berpandangan jauh ke depan, dan keras pendirian secara proporsional. Lebih dari itu, beliau adalah seorang politikus yang cerdas dan kritikus yang brilian.
Banyak jabatan yang diemban oleh beliau, baik bersifat dalam negeri maupun luar negeri, sehingga memberikan beliau pengalaman yang mendalam dan mendetail terhadap berbagai urusan politik, pemerintahan dan manajemen, hal mana sangat berpengaruh pada prestasi dan kontribusi beliau.
Beliau juga banyak melakukan kunjungan silaturahim untuk menjalin kembali hubungan yang retak antara negara Arab atau bahkan untuk menyelesaikan pertikaian dalam lingkungan satu keluarga, serta mendekatkan bermacam sudut pandang yang berbeda antar para saudara; dengan tujuan untuk merapatkan barisan dan menyatukan kata dalam menghadapi berbagai tantangan yang dialami oleh bangsa-bangsa Arab dan umat Islam. Di samping itu beliau juga mengadakan kunjungan kenegaraan ke negara-negara Islam dan non-Islam dalam rangka mendukung dan meningkatkan hubungan dengan berbagai negara dan turut andil dalam usaha perdamaian dan keamanan global.
Khadim al-Haramain asy-Syarifain, Raja Abdullah bin Abdul Aziz, dibaiat menjadi Raja Saudi Arabia pada hari Senin 26 Jumadil Akhir 1426 H, bertepatan dengan 1 Agustus 2005, sesudah wafat saudaranya Raja Fahd bin Abdul Aziz.


Sumber:http://www.mofa.gov.sa

Sistem Pemerintahan Saudi

Sistem pemerintahan di Saudi Arabia adalah Kerajaan (Monarki). Kabinet bersama Raja merupakan kekuasaan eksekutif dan regulatif dalam Negara. Perdana Menteri adalah Khadim al-Haramain asy-Syarifain (Pelayan Dua Kota Suci) Raja Abdullah bin Abdul Aziz Al-Saud, dan Putra Mahkota adalah Pangeran Sultan bin Abdul Aziz Al-Saud, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan, Penerbangan dan Inspektur Jenderal. Sistem Judikatif bersumber dari Al-Qur`an dan Sunnah. Dan penerapan Syariah telah menjadikan Saudi Arabia, dengan karunia Allah, sebagai negara yang aman karena minimnya angka kriminalitas.



Sistem Majelis Syura

Sebagai pengamalan firman Allah Ta'ala : "Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka" (QS. 42:38), dan mencontoh Rasulullah Shallallaahu Alaihi wa Sallam dalam bermusyawarah dengan sahabat-sahabat beliau serta anjuran beliau kepada ummatnya untuk bermusyawarah, maka Sistem Majelis Syura (Permusyawaratan) adalah untuk memberikan pendapat tentang Kebijakan-kebijakan Umum Negara yang dilimpahkan kepadanya dari Perdana Menteri. Majelis ini secara khusus berhak mendiskusikan tentang rancangan umum pembangunan ekonomi dan sosial, serta memberikan pendapat terhadapnya; mengkaji undang-undang, peraturan, perjanjian, kesepakatan internasional, dan berbagai konsesi, serta mengajukan usulan berkenaan dengannya. Juga memberikan penafsiran terhadap perundang-undangan, mendiskusikan berbagai laporan tahunan yang disampaikan oleh Kementerian dan Lembaga Pemerintah lainnya serta memberikan usulan-usulan yang dipandang perlu.
Ketika Saudi Arabia telah mencapai suatu kondisi yang menonjol dalam bidang pembangunan, Pelayan Dua Kota Suci Raja Fahd bin Abdul Aziz – rahimahullah – melakukan pembaruan sistem dalam negeri dengan mengumumkan dalam pidatonya yang bersejarah yang beliau sampaikan pada tanggal 27/8/1412 H tentang penetapan tiga sistem: Pemerintahan, Majelis Syura, dan Daerah.
Reformasi Sistem Majelis Syura tersebut merupakan pembaruan dan pengembangan dari apa yang telah ada, melalui penguatan bingkai Majelis, sarana dan metodenya dari segi kemampuan, regulasi dan vitalisasi sejalan dengan kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh Saudi Arabia pada dekade terakhir dalam berbagai bidang, agar sesuai dengan realita zaman, serta seiring dengan kondisi dan keberhasilannya. Dan langkah ini merupakan suatu deklarasi dimulainya fase baru bagi sejarah Syura yang sudah lama keberadaannya di KSA (Kerajaan Saudi Arabia).
Pelayan Dua Kota Suci Raja Fahd telah memperkokoh sendi-sendi Syura di Saudi Arabia dengan mengeluarkan sistem yang baru untuk Majelis Syura tertanggal 27/8/1412 H sebagai ganti sistem yang lama tahun 1347 H, dan mengesahkan Peraturan Intern Majelis dan ketentuan-ketentuan umum yang menyertainya pada tanggal 3/3/1414 H, kemudian pada Sidang Majelis I menetapkan untuk Majelis seorang ketua dan 60 anggota. Sedang pada Sidang II, Majelis menjadi teridiri dari seorang ketua dan 90 anggota. Pada Sidang III, Majelis berubah terdiri dari seorang ketua dan 120 anggota. Lalu pada Sidang IV terdiri dari seorang ketua dan 150 anggota yang mereka itu berasal dari para ulama, pakar dan spesialis dalam bidangnya.
Pada tanggal 26/6/1426 H = 1/8/2005 M Pelayan Dua Kota Suci Raja Abdullah bin Abdul Aziz – waffaqahullah – memegang tampuk pemerintahan, beliau memberikan perhatian yang sangat penuh terhadap Majelis ini dengan mendukung langkah-langkahnya dan memperkuat tujuan-tujuannya sejak beliau menjadi Putra Mahkota, dimana beliau menyampaikan pidato mewakili Raja pada permulaan tugas tahunan Majelis dalam Sidang Majelis III dan IB, di samping dukungan yang beliau lakukan kepada Majelis melalui revisi beberapa materi Undang-undang Majelis agar sesuai dengan berbagai perubahan positif yang senantiasa muncul, yang dialami oleh KSA untuk mewujudkan kesejahteraan bagi tanah air dan rakyat.
Para elit yang menjadi anggota dalam Majelis yang baru, selama keempat sidangnya, telah menunjukkan kualifikasi mereka dengan menghasilkan pekerjaan-pekerjaan besar dan keputusan-keputusan penting dalam waktu yang cukup singkat.




Administrasi Pemerintahan

Administrasi pemerintahan terdiri dari Kabinet yang dibentuk pada tahun 1373H/1953M. Majelis ini sekarang mencakup sejumlah departemen yang berkompeten, seperti: Pertahanan, Luar Negeri, Dalam Negeri, Keuangan, Ekonomi dan Perencanaan, Perminyakan dan Pertambangan, Kehakiman, Urusan Islam, Wakaf, Dakwah dan Bimbingan, Pendidikan dan Pengajaran, Pendidikan Tinggi, Kebudayaan dan Informasi, Perdagangan dan Perindustrian, Air dan Listrik, Pertanian, Pekerjaan, Urusan Sosial, Komunikasi dan Teknologi Informasi, Urusan Kota dan Pedesaan, Haji, dan Layanan Sipil.



Sistem Daerah

Kerajaan Saudi Arabia sekarang terdiri dari 13 propinsi, sebagai berikut ini:
- Propinsi Daerah Riyadh (Ibukota: Riyadh).
- Propinsi Daerah Makkah Al-Mukarramah (Ibukota: Tanah Suci Makkah Al-Mukarramah).
- Propinsi Daerah Madinah Munawwarah (Ibukota: Madinah Munawarah).
- Propinsi Daerah Al-Qashim (Ibukota: Buraidah).
- Propinsi Daerah Timur (Ibukota: Damam).
- Propinsi Daerah Asir (Ibukota: Abha).
- Propinsi Daerah Tabuk (Ibukota: Tabuk).
- Propinsi Daerah Hail (Ibukota: Hail).
- Propinsi Daerah Perbatasan Utara (Ibukota: Ar-ar).
- Propinsi Daerah Jizan (Ibukota: Jizan).
- Propinsi Daerah Najran (Ibukota: Najran).
- Propinsi Daerah Al-Baahah (Ibukota: Al-Baahah).
- Propinsi Daerah al-Juf (Ibukota: Sakaka).


 

Hubungan dengan Republik Indonesia

Saudi Arabia dalam hubungan luar negeri dengan masyarakat internasional bertitik tolak dari prinsip, dasar, dan fakta geografi, sejarah, agama, ekonomi, keamanan, dan politik, serta dalam kerangka utama yang terpenting di antaranya menjaga hubungan baik dengan negara tetangga dan menghindari segala bentuk intervensi dalam urusan dalam negeri negara-negara lain, memperkuat hubungan dengan negara-negara Teluk dan Jazirah Arabia;  dan mendukung hubungan dengan negara-negara Arab dan Islam melalui segala hal yang membantu kepentingan bersama dan melindungi permasalahannya. Saudi Arabia mengikuti kebijakan nonblok, dan membangun hubungan kerjasama dengan berbagai negara sahabat, serta memainkan peran aktif melalui berbagai organisasi regional dan internasional. Kebijakan ini digalakkan melalui berbagai lingkup (Teluk, Arab, Islam dan internasional).
Hubungan Saudi Arabia dan Indonesia, sesuai dengan klasifikasi di atas, maka ia berada dalam lingkup Islam. Dengan demikian kita dapat berbicara tentang  tujuan-tujuan yang diupayakan oleh Saudi Arabia untuk diwujudkan bersama dengan seluruh negara yang terletak dalam lingkup ini, tentu saja termasuk di dalamnya Indonesia, di antaraya sebagai berikut:
1.     Mewujudkan solidaritas Islam yang integral.
2.     Membuka berbagai wawasan baru untuk kerjasama ekonomi di antara negara-negara Islam, yang bertujuan memperkuat berbagai kemampuan dan sumber daya menurut segala tatarannya.
3.     Menentang segala bentuk invasi budaya dan perang pemikiran yang tengah mengancam dunia Islam dengan berbagai bentuk dan cara.
4.     Berusaha untuk mengembangkan Organisasi Konferensi Islam, dan mendukung kinerjanya agar dapat lebih aktif untuk menghadapi berbagai problema yang menimpa Dunia Islam.
5.     Mengaktifkan peran negara-negara Islam di bawah naungan sistem dunia baru.
6.     Memberikan dukungan dan bantuan kepada kelompok muslim minoritas di berbagai negara, dan membela hak-hak keagamaan mereka berdasarkan prinsip-prinsip undang-undang umum internasional.
7.     Memberikan gambaran yang indah dan obyektif tentang agama Islam dan Syariatnya yang ramah, dan membela keyakinan Islam dari segala bentuk tuduhan dan kebohongan semata yang dilontarkan kepadanya, seperti isu terorisme dan pelanggaran hak asasi manusia.



Sekilas tentang Hubungan Diplomatik antara Saudi Arabia dengan Indonesia

o Hubungan diplomatik antara kedua negara dimulai pada tahun 1367 H./1948 M dengan dibukanya Kedutaan Republik Indonesia di Jeddah.
o Tahun 1369 H./1950 M. untuk pertama kali dibuka Perwakilan Kerajaan Saudi Arabia di Indonesia yang dikepalai oleh Ustadz Abdur Rauf Al-Shabban.
o Tahun 1375 H./1955 M. Kerajaan Saudi Arabia membuka Kedutaannya di Indonesia.
o Para Duta Besar Saudi Arabia yang pernah bertugas di Indonesia ialah:
1. Duta Besar al-Ustadz Muhammad Muhtasib.
2. Duta al-Ustadz Besar Ibrahim Bakr.
3. Duta Besar al-Ustadz Bakr Khumais.
4. Duta Besar al-Ustadz Muhammad Said Bashrawy.
5. Duta Besar al-Ustadz Thal'at Hamdy.
6. Duta Besar al-Ustadz Abdullah Abdurrahman Alim.
7. Duta Besar al-Ustadz Abdurrahman Al-Khayyath.



Sekilas Sejarah Hubungan dengan Indonesia

  Pada tahun 1947 ketika Republik Indonesia masih dalam perjuangan fisik, Pemerintah Indonesia telah mengadakan Perjanjian Persahabatan dengan Mesir dan Syria, dan kemudian setelah penyerahan kedaulatan timbul keinginan untuk mengadakan pejanjian serupa dengan negara-negara Arab lainnya seperti Saudi Arabia yang banyak hubungannya dengan Indonesia terutama dengan urusan haji.
Baik Saudi Arabia, maupun Indonesia sebetulnya telah membuat rencana Perjanjian Persahabatan itu semenjak kurang lebih sepuluh tahun yang lalu, akan tetapi pelaksanaannya lama terkatung-katung, karena penyebutan "kerjasama dalam ke-Islaman" yang dikemukakan dalam teks rencana Saudi Arabia sedang pihak Indonesia menolak penyebutan tersebut, akan tetapi kedua belah pihak akhirnya dapat menerima penyebutan "kerjasama dalam ke-Agamaan".
Selain itu pelaksanaan perjanjian tersebut mengalami rintangan pula dari hubungan antara Indonesia dengan Saudi Arabia yang memburuk semasa pemerintahan Orde Lama. Sewaktu proloog gerakan kontra revolusi G.30.S/P.K.I. di mana Pemerintah Indonesia menganut politik Mertju Suar, banyak di antara negara-negara sahabat Indonesia yang telah menjauhkan diri dari Indonesia, antara lain Saudi Arabia.
Akan tetapi sekarang hubungan baik dengan Saudi Arabi telah pulih kembali dan telah meningkat pada hubungan yang sangat akrab terutama setelah kunjungan Sri Baginda Raja Faisal Ibn Abdul Aziz Assaud ke Indonesia dari tanggal 10 sampai 13 Juni 1970. Pada waktu itu baik oleh pihak Indonesia maupun pihak Saudi Arabia dirasakan sekali perlunya mencari kemungkinan-kemungkinan untuk saling mempertumbuhkan usaha-usaha. ke arah kerjasama di bidang-bidang politik, ekonomi dan kebudayaan.
Masalah yang sangat penting yang selalu timbul dalam hubungan Indonesia dengan Saudi Arabia ialah masalah jemaah haji. Urusan jemaah haji ini selain mengandung dasar keagamaan, perlu pula dilihat dari segi yang lebih luas yang mencakup hubungan antara Indonesia dengan Saudi Arabia di bidang kesehatan, konsuler, penerbangan sipil dan lain-lain.
Sehubungan dengan hal-hal di atas, maka Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia telah menanda-tangani Protokol penanda-tanganan dan Naskah Perjanjian Persahabatan antara Republik Indonesia dan Kerajaan Saudi Arabia pada tanggal 24 Nopember 1970 di Jeddah.
Untuk mencapai kerjasama yang seerat-eratnya dan seluas-luasnya dalam bidang pengaturan haji, perdagangan, penerbangan sipil dan kebudayaan, Perjanjian Persahabatan antara Republik Indonesia dan Kerajaan Saudi Arabia memuat pasal-pasal yang memungkinkan kedua belah pihak, jika dianggap perlu untuk mengadakan persetujuan-persetujuan tersendiri.
Kiranya perlu pula dikemukakan bahwa Perjanjian Persahabatan antara Indonesia dengan Saudi Arabia itu telah disahkan oleh Raja Faisal dengan dekritnya No. N/32 pada tanggal 21 Pebruari 1971, hal mana menurut konstitusi Kerajaan Saudi Arabia berarti ratifikasi.
 
Sumber : http://www.saudi-negeri-tauhid-dan-sunnah.co.cc/p/sistem-pemerintahan-saudi.html

PENCETUS PERTAMA ISTILAH WAHHABI*

Oleh : Al-Ustadz Jalâl Abŭ Alrŭb**
Editor :
Tim Riset Salafî Manhaj
Alih Bahasa :
Abŭ Salmâ bin Burhân Yŭsŭf
بسم الله الرحمن الرحيم
Suatu hal yang jelas bahwa Inggris merupakan negara barat pertama yang cukup interest menggelari dakwah ini dengan “Wahhabisme”, alasannya karena dakwah ini mencapai wilayah koloni Inggris yang paling berharga, yaitu India. Banyak ‘ulamâ` di India yang memeluk dan menyokong dakwah Imâm Ibn ‘Abdil Wahhâb. Juga, Inggris menyaksikan bahwa dakwah ini tumbuh subur berkembang dimana para pengikutnya telah mencakup sekelompok ‘ulamâ` ternama di penjuru dunia Islâm. Selama masa itu, Inggris juga mengasuh sekte Qâdhiyânî dalam rangka untuk mengganti mainstream ideologi Islam.1. Mereka berhasrat untuk memperluas wilayah kekuasaan mereka di India dengan mengandalkan sebuah sekte ciptaan mereka sendiri, Qâdhiyânî, yaitu sekte yang diciptakan, diasuh dan dilindungi oleh Inggris. Sekte yang tidak menyeru jihad untuk mengusir kolonial Inggris yang berdiam di India. Oleh karena itulah, ketika dakwah Imâm Ibn ‘Abdil Wahhâb mulai menyebar di India, dan dengannya datanglah slogan jihad melawan penjajah asing, Inggris menjadi semakin resah. Mereka pun menggelari dakwah ini dan para pengikutnya sebagai ‘Wahhâbi’ dalam rangka untuk mengecilkan hati kaum muslimin di India yang ingin turut bergabung dengannya, dengan harapan perlawanan terhadap penjajah Inggris tidak akan menguat kembali.2 Banyak ‘Ulamâ` yang mendukung dakwah ini ditindas, beberapa dibunuh dan lainnya dipenjara.3 Suatu hal yang perlu dicatat, di dalam surat-surat dan laporan-laporan yang dikirimkan kepada ayah tirinya dan pemerintahan ‘Utsmâniyyah (Ottomans), Ibrâhîm Basyâ (Pasha), anak angkat Muhammad ‘Alî Basyâ (Pasha), juga menggunakan istilah ‘Wahhâbi, Khowârij dan Bid’ah (Heretics)’ untuk menggambarkan dakwah Muhammad Ibn ‘Abdul Wahhâb dan Negara Saudî4. Hal ini, tentu saja, terjadi sebelum Ibrâhîm Basyâ memberontak dan menyerang khilâfah ‘Utsmâniyyah dan hampir saja menghancurkannya di dalam proses pemberontakannya. Dr. Nâshir Tuwaim mengatakan : “Kaum Orientalis terdahulu, menggunakan istilah ‘Wahhâbiyyah, Wahhâbî, Wahhâbis’ di dalam artikel-artikel dan buku-buku mereka untuk menyandarkan (menisbatkan) istilah ini kepada gerakan dan pengikut Syaikh Muhammad Ibn ‘Abdul Wahhâb. Beberapa diantara mereka bahkan memperluasnya dengan memasukkan istilah ini sebagai judul buku mereka, semisal Burckhardt, Brydges dan Cooper, atau sebagai judul artikel mereka, seperti Wilfred Blunt, Margoliouth, Samuel Zwemer, Thomas Patrick Hughes, Samalley dan George Rentz. Mereka melakukan hal ini walaupun sebagian dari mereka mengakui bahwa musuh-musuh dakwah ini menggunakan istilah ini untuk menggambarkannya, padahal para pengikut Syaikh Muhammad Ibn ‘Abdul Wahhâb tidak menyandarkan diri mereka kepada istilah ini. - Margoliouth5 sebagai contohnya, ia mengaku bahwa istilah ‘Wahhâbiyyah” digunakan oleh musuh-musuh dakwah selama masa hidup ‘pendiri’-nya, kemudian digunakan secara bebas oleh orang-orang Eropa. Walau demikian, ia menyatakan bahwa istilah ini tidak digunakan oleh para pengikut dakwah ini di Jazîrah ‘Arab. Bahkan, mereka menyebut diri mereka sendiri sebagai “Muwahhidŭn”. - Thomas Patrick Hughes6 menggambarkan “Wahhâbiyyah” sebagai gerakan reformis Islâm yang didirikan oleh Muhammad Ibn ‘Abdul Wahhâb, yang menyatakan bahwa musuh-musuh mereka tidak mau menyebut mereka sebagai “Muhammadiyyah” (Muhammadans), malahan, mereka menyebutnya sebagai ‘Wahhâbî’, sebuah nama setelah namanya ayahnya Syaikh…. - George Rentz7 mengatakan bahwa istilah ‘Wahhâbî’ digunakan untuk mengambarkan para pengikut Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhâb oleh musuh-musuh mereka sebagai ejekan bahwa Syaikh mendirikan sebuah sekte baru yang harus dihentikan dan aqidahnya ditentang. Mereka yang disebut dengan sebutan ‘Wahhâbî’ ini beranggapan bahwa Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhâb hanyalah seorang pengikut Sunnah, oleh karena itulah mereka menolak istilah ini dan bahkan menuntut agar dakwah beliau disebut dengan ‘ad-Da’wah ila’t Tauhîd’, dimana istilah yang tepat untuk menggambarkan para pengikutnya adalah ‘Muwahhidŭn’…. Rentz juga mengatakan bahwa, para penulis barat ketika menggunakan istilah ‘Wahhâbî’ adalah dengan maksud ejekan, ia juga menyatakan bahwa ia menggunakan istilah itu sebagai klarifikasi.8 Biar bagaimanapun, siapa saja yang menggunakan istilah ini , baik dari masa lalu sampai saat ini, telah melakukan beberapa kesalahan, diantaranya : - Mereka menyebut dakwah Muhammad bin ‘Abdul Wahhâb sebagai ‘Wahhâbiyyah’, walaupun dakwah ini tidak dimulai oleh ‘Abdul Wahhâb, namun oleh puteranya Muhammad. - Pada awalnya, ‘Abdul Wahhâb tidak menyetujui dakwah puteranya dan menyanggah beberapa ajaran puteranya. Walau demikian, tampak pada akhir kehidupannya bahwa beliau akhirnya menyetujui dakwah puteranya. Semoga Alloh merahmatinya. Musuh-musuh dakwah, tidak menyebut dakwah ini dengan sebutan Muhammadiyyah –terutama semenjak Muhammad, bukan ayahnya, ‘Abdul Wahhâb, memulai dakwah ini- karena dengan menyebutkan kata ini, Muhammad, mereka bisa mendapatkan simpati dan dukungan dakwah, ketimbang permusuhan dan penolakan. Istilah “Wahhâbi”, dimaksudkan sebagai ejekan dan untuk meyakinkan kaum muslimin supaya tidak mengambil ilmu atau menerima dakwah Muhammad ibn ‘Abdul Wahhâb, yang telah digelari oleh mereka sebagai mubtadi’ (ahli bid’ah) yang tidak mencintai Rasulullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam. Walaupun demikian, penggunaan istilah ini telah menjadi sinonim dengan seruan (dakwah) untuk berpegang al-Qur`ân dan as-Sunnah dan suatu indikasi memiliki penghormatan yang luar biasa terhadap salaf, yang berdakwah untuk mentauhîdkan Allôh semata serta memerintahkan untuk mentaati semua perintah Rasulullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam. Hal ini adalah kebalikan dari apa yang dikehendaki oleh musuh-musuh dakwah.9 Pada belakang hari, banyak musuh-musuh dakwah Imam Muhammad Ibn ‘Abdul Wahhâb akhirnya menjadi kagum terhadap dakwah dan memahami esensi dakwahnya yang sebenarnya, melalui membaca buku-buku dan karya-karyanya. Mereka mempelajari bahwa dakwah ini adalah dakwah Islam yang murni dan terang, yang Alloh mengutus semua Nabi-Nya ‘alaihim`us Salâm untuknya (untuk dakwah tauhîd ini). Menggunakan istilah ‘Wahhâbiyyah’ ini, tidak akan menghentikan penyebaran dakwah ini ke seluruh penjuru dunia. Bahkan pada kenyataannya, walaupun berada di tengah-tengah dunia barat, banyak kaum muslimin yang mempraktekkan Islam murni ini, yang mana Imâm Muhammad Ibn ‘Abdul Wahhâb secara antusias mendakwahkannya dan menjadikannya sebagai misi dakwah beliau. Semua ini disebabkan karena tidak ada seorangpun yang dapat mengalahkan al-Qur`ân dan as-Sunnah, tidak peduli sekuat apapun seseorang itu. Perlu dicatat pula, bahwa diantara karakteristik mereka yang berdakwah kepada tauhîd adalah, adanya penghormatan yang sangat besar terhadap al-Qur`ân dan sunnah Nabi. Mereka dikenal sebagai kaum yang mendakwahkan untuk berpegang kuat dengan hukum Islam, memurnikan (tashfiyah) dan mendidik (tarbiyah) bahwa peribadatan hanya milik Allôh semata serta memberikan respek terhadap para sahabat nabî dan para ‘ulamâ` Islâm. Mereka adalah kaum yang dikenal sebagai orang yang lebih berilmu di dalam masalah ilmu Islam secara mendetail daripada kebanyakan orang selain mereka. Telah menjadi suatu pengetahuan umum bahwa dimana saja ada seorang salafî bermukim, kelas-kelas yang mengajarkan ilmu sunnah tumbuh subur. Sekiranya istilah “Wahhâbî” ini digunakan untuk para pengikut dakwah, bahkan sekalipun dimaksudkan untuk mengecilkan hati ummat agar tidak mau menerima dakwah mereka, tetaplah salah baik dulu maupun sekarang, menyebut dakwah ini dengan sebutan “Wahhâbiyyah”. Imâm Muhammad ibn ‘Abdul Wahhâb berdakwah menyeru kepada jalan Rasulullâh Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam dan para sahabat nabi, beliau tidak berdakwah menyeru kaum muslimin supaya menjadi pengikutnya. Dakwah beliau bukanlah sebuah aliran/sekte baru, namun dakwah beliau adalah kesinambungan warisan dakwah yang dimulai dari generasi pertama Islam dan mereka yang mengikuti jalan mereka dengan lebih baik. CATATAN KAKI : * Dari Jalâl Abŭ Alrub dan Alâ Mencke (ed.), Biography and Mission of Muhammad Ibn ‘Abdul Wahhâb (Orlando, Florida: Madinah Publisher, 1424/2003), hal. 677-81. Dengan tambahan ekstra catatan oleh Tim Salafimanhaj. Catatan dari Salafi Manhaj diberi tanda “Catatan Editor”. Catatan Penterjemah : Artikel ini dialihbahasakan dari “Who First Used The Term “Wahhabi”? “(http://www.salafimanhaj.com/pdf/SalafiManhaj_TermWahhabi.pdf) ** Catatan Penterjemah : Jalâl Abŭ Alrub adalah seorang penulis Islam salafî yang mumpuni. Beliau memiliki website bermanfaat, yaitu http://islamlife.com. Beliau aktif menulis counter dan tanggapan/bantahan terhadap syubuhat dan penyesatan opini para jurnalis Barat. Beliau pernah terlibat debat beberapa kali dengan para jurnalis dan penulis ’Neo-Con’. Terakhir kali, beliau menantang debat Robert Spencer (seorang Katolik pro Neo-Con, yang mengangkat dirinya sebagai ’Islam Specialist’ dan banyak menulis tentang Islam secara ngawur dan tendensius. Ia adalah orang dibalik website jihadwatch dan dhimmiwatch.) Namun, Robert Spencer sepertinya tidak punya ’guts’ (nyali), sehingga ia tidak pernah mau berhadapan langsung dengan Jalâl Abŭ Alrub. 1 Lihat : Dr. Muhammâd ibn Sa’d asy-Syuwai’ir, Tashhîh Khathâ’ Târîkhî Haula`l Wahhâbiyyah, Riyâdh : Dârul Habîb : 2000; hal. 55 2 Catatan Editor : W.W. Hunter dalam bukunya yang berjudul “The Indian Musalmans” mencatat bahwa selama pemberontakan orang India tahun 1867, Inggris paling menakuti kebangkitan muslim ‘Wahhâbi’ yang tengah bangkit menentang Inggris. Hunter menyatakan di dalam bukunya bahwa : “There is no fear to the British in India except from the Wahhabis, for they are causing disturbances againts them, and agitating the people under the name of jihaad to throw away the yoke of disobedience to the British and their authority.” “Tidak ada ketakutan bagi Inggris di India melainkan terhadap kaum Wahhâbi, karena merekalah yang menyebabkan kerusuhan dalam rangka menentang Inggris dan mengagitasi (membangkitkan semangat) umat dengan atas nama jihâd untuk memusnahkan penindasan akibat dari ketidaktundukan kepada Inggris dan kekuasaan mereka.” Lihat: W.W. Hunter, “The Indian Musalmans”, cet.1 di London: Trűbner and Co., 1871; Calcuta: Comrade Publishers, 1945, 2nd edn.; New Delhi: Rupa & Co., 2002 Reprint 3 Catatan Ediotr : Di Bengal selama masa ini, banyak kaum muslimin termasuk tua, muda dan para wanita, semuanya disebut dengan “Wahhâbi” dan dianggap sebagai “pemberontak” yang melawan Inggris kemudian digantung pada tahun 1863-1864. Mereka yang dipenjarakan di Pulau Andaman dan disiksa adalah para ulama dari komunitas Salafî-Ahlul Hadîts, seperti Syaikh Ja’far Tsanisârî, Syaikh Yahyâ ‘Alî (1828-1868), Syaikh Ahmad ‘Abdullâh (1808-1881), Syaikh Nadzîr Husain ad-Dihlawî dan masih banyak lagi lainnya. Untuk bacaan lebih lanjut, silakan lihat :  Mu’înud-dîn Ahmad Khân, A History if The Fara’idi Movement in Bengal (Karachi: Pakistan Historical Society, 1965).  Barbara Daly Metrcalf, Islamic Revival in British India: Deoband, 1860-1900 (Princeton, New Jersey: Princeton University Press, 1982), hal. 26-77.  Qiyâmud-dîn Ahmad (Professor Sejarah di Universitas Patna), The Wahhabi Movement in India (Ner Delhi: Manohar, 1994, 2nd edition). Terutama pada bab tujuh “The British Campaigns Againts the Wahhabis on the North-Western Frontier” dan bab kedelapan “State Trials of Wahhabi Leaders, 183-65.” Muhammad Ja’far, Târikhul ‘Ajîb dan Târikhul ‘Ajîb – History of Port Blair (Nawalkshore Press, 1892, 2nd edition). 4 Lihat: ibid, hal. 70 5 D.S. Margoliouth, Wahabiya, hal. 618, 108. Catatan Editor : Artikel karya Margoliouth yang berjudul ‘Wahhabis’ ini juga dapat ditemukan di dalam The First Encyclopaedia of Islam, 1913-1936 (New York: E.J. Brill, 1987 Reprint) vol.8 , hal.1087 karya M.T. Houtsma, T.W. Arnold, R. Basset, R. Hartman, A.J. Wensinck, H.A.R. Gibb, W. Heffening dan E. Lêvi-Provençal (ed) dan The Shorter Encyclopaedia of Islam (Leiden and London: E.J. Brill and Luzac & Co., 1960), hal. 619 karya H.A.R Gibb, J.H. Kramers dan E. Lêvi-Provençal (ed). Artikel ini juga dicetak ulang dalam :  Reading, UK: Ithaca Press, 1974  Leiden: Brill, 1997  Dan cetakan pertama, Leiden and London: E.J. Bril and Luzac & Co., dan New York: Cornel University Press, 1953. 6 Thomas Patrick Huges, Dictionary of Islam, hal. 59 7 George Rentz dan AS.J. Arberry, The Wahhabis in Religion in The Middle East: Three Religion in Concord and Conflict, Vol.2 (Cambridge: Cambridge University Press, 1969), hal. 270 8 Lihat: Nâshir ibn Ibrâhîm ibn ‘Abdullâh Tuwaim, Asy-Syaikh Muhammad ibn ‘Abd`ul Wahhâb: Hayâtuhu wa Da’watuhu fi`r Ru`yâ al-Istisyrâqiyya: Dirôsah Naqdîyyah (Riyadh: Kementerian Urusan Keislaman, Pusat Penelitian dan Studi Islam, 1423/2003) hal. 86-7. Catatan Editor : Buku ini juga dapat dilihat secara online di http://islamport.com/d/3/amm/1/100/2213.html 9 Lihat: Qodhî Ahmad ibn Hajar Alu Abŭthâmi (al-Bŭthâmi), Syaikh Muhammad Ibn ‘Abdul Wahhâb : His Salafî Creed and Reformist Movement, hal. 66
Sumber : Maktabah Abu Salma http://dear.to/abusalma