Tujuan dari Pembahasan Tentang Terorisme:
- Sebagai sebuah jawaban atas tuduhan bahwa aksi terorisme muncul dikarenakan kefanatikan sebagian pemeluk agama Islam kepada ajaran agamanya. Melalui pembahasan berikut ini kami akan memaparkan bahwasanya ajaran Islam sangat mengecam terorisme.
Sesungguhnya Islam adalah agama kedamaian dan menganjurkan pemeluknya untuk merealisasikan kedamaian sebagaimana makna kata ”islam” itu sendiri. Kedamaian inilah yang telah terealisasikan ketika Islam berkuasa di kota Madinah. Demikian halnya yang berlaku ketika kaum muslimin menguasai negeri Syam. Orang nonmuslim baik dari kalangan Yahudi maupun Nasrani hidup tentram di bawah kekuasan Islam. Begitu pula ketika kejayaan Islam di Andalusia (Spanyol).
Nabi umat Islam merupakan nabi pembawa rahmat bagi seluruh alam, tidak terbatas untuk umatnya semata bahkan termasuk di dalamnya hewan dan tumbuhan.
Allah Ta`ala berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ [الأنبياء/107]
“Dan tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi alam semesta.”Sebagai gambaran betapa agungnya akhlak nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam terhadap musuh-musuh Islam yaitu:
Ketika beliau mengajak masyarakat Thaif untuk masuk Islam, mereka tidak hanya menolak untuk masuk Islam bahkan menyuruh para pemuda dan orang bodoh melempari nabi dengan batu kerikil. Hal tersebut mengakibatkan kaki dan tumit Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam berdarah, bahkan beliau tidak sadarkan diri kecuali setelah sampai di Qornu Tsa’alib. Kemudian Allah mengutus malaikat Jibril kepada beliau dan menyampaikan bahwa Allah mendengar perkataan masyarakat Thaif dan apa yang mereka lakukan terhadap beliau. Allah telah mengutus kepada beliau malaikat Jibal (gunung) yang serta merta akan melakukan apa yang beliau kehendaki untuk masyarakat Thaif berupa kebinasaan. Kemudian malaikat Jibal mendekati Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam dan berkata, “Aku diperintahkan Allah untuk menemuimu agar aku melakukan apa yang engkau inginkan terhadap mereka. Jika engkau menginginkan agar aku menjatuhkan kedua gunung Makkah ini di atas mereka, maka aku akan melakukannya.” Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam menjawab: “Aku berharap semoga Allah mengeluarkan dari keturunan mereka orang yang mau menyembah Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.”[1]
Demikian pula ketika Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam menalukkan kota Makkah, beliau bersabda,
« مَنْ دَخَلَ دَارَ أَبِى سُفْيَانَ فَهُوَ
آمِنٌ وَمَنْ أَلْقَى السِّلاَحَ فَهُوَ آمِنٌ وَمَنْ أَغْلَقَ بَابَهُ
فَهُوَ آمِنٌ » رواه مسلم.
“Barangsiapa yang masuk rumah Abu Sofyan, maka ia aman.
Barangsiapa yang meletakkan pedangnya, maka ia aman. Dan Barangsiapa
yang bersembunyi dirumahnya, maka ia aman.”- Sebagai untaian nasehat kepada kelompok teroris yang mengatasnamakan aksi-aksi teror mereka sebagai jihad fi sabilillah.
Nasihat merupakan perkara yang sangat penting dalam agama Islam. Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Tamim Ad-Daary radhiallahu ‘anhu , dia mengatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda,
« الدِّينُ النَّصِيحَةُ » قُلْنَا لِمَنْ
قَالَ « لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ
وَعَامَّتِهِمْ » رواه مسلم
“Agama adalah nasehat.” Kami (para sahabat) bertanya,”Bagi siapa?” Beliau bersabda,”Bagi Allah, kitab-Nya, rasul-Nya dan bagi penguasa kaum muslimin serta rakyatnya.’” (HR.Muslim).Kita diperintahkan untuk menolong saudara kita yang menzalimi orang lain, yaitu dengan cara mencegahnya. Imam Bukhari meriwayatkan haditsnya dari Anas radhiallahu ‘anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda,
( انصر أخاك ظالما أو مظلوما ) . فقال رجل
يا رسول الله أنصره إذا كان مظلوما أفرأيت إذا كان ظالما كيف أنصره ؟ قال (
تحجزه أو تمنعه من الظلم فإن ذلك نصره ) رواه البخاري
“Tolonglah saudaramu yang menzalimi dan dizalimi.” Maka seseorang bertanya, ‘Ya Rasulullah, aku menolong apabila ada yang dizalimi. Maka bagaimana cara menolong orang berlaku zalim?’ Beliau menjawab: “Engkau menghalangi dan mencegahnya dari berbuat zalim. Maka demikian cara menolongnya.’” (HR. Bukhari).- Sebagai bantahan kepada pihak yang mengkait-kaitkan antara terorisme dengan dakwah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab.
Beberapa waktu belakangan ini banyak pihak tertentu yang berupaya mengkait-kaitkan antara aksi terorisme dengan dakwah Ahlussunnah yang ditegakkan oleh tokoh pembaharu paham Ahlussunnah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab. Apakah mereka tidak tahu atau pura-pura tidak tahu bahwasanya diantara ulama yang paling keras memerangi terorisme adalah para ulama yang mengikuti dakwah Ahlussunnah. Oleh sebab itu, ancaman teroris terbesar di tujukan kepada negara Ahlussunnah, yaitu Saudi Arabia. Bahkan para gembong teroris mengkafirkan para ulama yang membongkar kesesatan mereka. Termasuk kelompok pro-teroris di negeri ini, beberapa bulan yang lalu menerbitkan dalam sebuah majalah mereka yang berisikan penghinaan terhadap pemerintah dan ulama Saudi Arabia.[2]
Penulis belum pernah melihat perjuangan dan kesungguhan ulama yang demikian tinggi dalam menupas terorisme sebagaimana yang dilakukan oleh para ulama Saudi Arabia. Mereka senantiasa menerangkan kepada umat tentang bahaya laten terorisme, baik dalam bentuk karya ilmiah, tulisan, artikel, ceramah, fatwa, seminar dan lain-lain. Bahkan, mereka menumpas terorisme sampai keakar-akarnya. Mereka menjelaskan dan membongkar kesalahan para tokoh teroris dalam beragumentasi dengan ayat dan hadits. Silakan pembaca merujuk pada beberapa buku (kitab) yang akan kami sebutkan di akhir pembahasan ini. Bahkan gembong-gembong teroris internasional juga tidak segan-segan untuk mengkafirkan para ulama yang membongkar kesesatan mereka.
Bagaimana bisa dikatakan bahwa dakwah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab ada kaitannya dengan teroris? Kami meminta bukti kepada setiap orang melontar tuduhan dan fitnah tentang terkaitnya dakwah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab dengan terorisme. Kami tidak meminta satu kitab, tetapi cukup satu ungkapan saja dari ulama yang mengikuti dakwah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab mengarah pada doktrin terorisme. Menurut hemat kami, orang yang menuduh adanya kaitan antara trorisme dengan dakwah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab ada beberapa kemungkinan:
Pertama: Dia belum mengenal dan memahami tentang arti terorisme dan bagaimana doktrin pemahamannya.
Kedua: Atau dia belum mengenal dan memahami tentang landasan dakwah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab dan bagaimana pemahamannya.
Ketiga: Atau dia hanya mengambil informasi dari sepihak, yaitu dari pihak yang mudah menuduh dan berkesimpulan sebelum mengadakan eksperimen, penelitian, dan pengkajian mendalam terhadap pihak yang dituduh.
Keempat: Atau dia sengaja ingin melakukan sebuah propaganda dalam memecah belah umat Islam, dengan mengelompokkan mereka menjadi berbagai kelompok, lalu membenturkan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
Kelima: Atau dia mempunyai agenda dan tujuan tertentu di balik tuduhan itu semua. Mungkin dari musuh Islam atau dari musuh dakwah Ahlussunnah, atau mungkin juga dari kelompok yang mendukung tindakan terorisme untuk mengalihkan tuduhan[3].
Definisi Terorisme
Belum ada kesepakatan atas definisi terorisme yang dapat diterima oleh semua pihak. Berbagai definisi yang dikemukakan oleh berbagai pakar dan penelaah dalam masalah ini tidak terlepas dari berbagai sanggahan. Bahkan salah seorang pakar mengatakan bahwa definisi terorisme ada sekitar 180 [4].
Satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan bagi kita semua adalah jangan mengidentikkan terorisme dengan agama apapun, apalagi dengan agama Islam. Sebab, aksi teror tidak dibenarkan dalam ajaran agama manapun sebagaimana pengakuan pemeluk setiap agama.
Setelah melihat berbagai definisi yang dikemukakan oleh beberapa pakar, di sini kami mencoba memilih dan menyimpulkan sebagian dari definisi-definisi tersebut. Kesimpulan penulis tentang definisi terorisme adalah:
Doktrin dan aksi terorganisir yang mengancam keselamatan jiwa dan harta orang banyak dengan pembunuhan dan penghancuran tanpa alasan dan tujuan yang benar.
Akan tetapi, istilah terorisme baru dikenal beberapa tahun terakhir ini. Hal ini diawali sejak perang dingin antara dua negara adikuasa berakhir, yakni setelah kalahnya negara adikuasa Uni sofyet ketika memerangi Afganistan. Kemudian negara-negara Islam yang berada dalam cengkeraman negara tersebut berusaha melepaskan diri. Bahkan lebih mengemuka lagi istilah terorisme setelah kejadian 11 September di Amerika Serikat tahun 2001.
Namun hal yang sangat menggelitik sekaligus memalukan yakni pernyataan yang terlontar dari salah seorang yang dianggap sebagai tokoh Islam bahwa ciri-ciri teroris yakni jenggotan, bercelana cingkrang dan selalu membawa mushaf kecil. Pernyataan ini menunjukkan keterbelakangan tokoh tersebut dari aspek informasi dan pemikiran, bahkan pemahamannya akan ajaran agama. Pernyataan tersebut selain tidak sesuai dengan fakta, juga terselip bentuk kebencian terhadap umat Islam yang berusaha menerapkan agamanya sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam.
Terorisme dari Masa ke Masa
Jika kita meneliti berbagai aksi teror telah berlangsung lama dalam sejarah kehidupan manusia.
Aksi teror telah dilakukan oleh penentang dakwah para rasul. Mereka memburu dan membunuh para pengikut mereka. Beberapa aksi teror yang telah ada diantaranya:
- kaum Babilonia terhadap nabi Ibrahim ‘alahissalam
- kaum Fir’aun terhadap nabi Musa ‘alahissalam dan pengikutnya
- kaum Yahudi terhadap nabi Isa ‘alahissalam dan pengikutnya
- kaum Quraisy terhadap nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam dan pengikutnya
- Hitler Nazi di Jerman
- Israil terhadap muslim Palestina
- Serbia terhadap muslim Bosnia
- Soviet terhadap Muslim di negeri-negeri Balkhan
- Partai Komunis Indonesia (PKI) di Indonesia
- Syi’ah Rafidhoh terhadap Ahlussunnah di Iran
Sebab-Sebab Muncul Dan Berkembangnya Terorisme
Mengenal sebab sesuatu hal yang ingin kita obati merupakan perkara yang sangat penting. Dengan mengetahui sebab-sebab tersebut, akan dengan mudah mendiagnosa untuk selanjutnya memberikan terapi yang tepat terhadap suatu penyakit. Oleh sebab itu, sebelum memberikan terapi, penting kita mengenal sebab akibat dari suatu penyakit. Terapi yang tepat, sangat mendukung kesembuhan dan pemulihan kondisi penderita. Bahkan, bisa jadi terapi dari penyakit tersebut cukup dengan menghindari sebab-sebabnya saja tanpa meminum obat.
Jika kita cermati banyak sekali fakror yang mendukung dan menyebabkan muncul dan berkembangnya terorisme. Berikut ini akan kami sebutkan faktor yang paling dominan, diantaraya:
- Penjajahan dan pencaplokan terhadap negara-negara muslim, seperti di Palestina, Iraq, dan Afganistan.
Demikian pula kekejaman Israil terhadap rakyat Palestina. Mengapa dunia internasional tidak bertindak dan menghukum Israil terhadap kejahatan dan kekejamannya di Palestina? Mengapa Israil boleh membangun pabrik pengayaan uranium dan senjata nuklir tetapi negara lain tidak? Apakah ini semua yang dinamakan sebagai keadilan dan demokrasi yang diterapkan dan dipaksakan oleh barat dan Amerika kepada negara-negara lain? Sesungguhnya semua hal ini tidak luput dari perhatian para pemimpin negara muslim. Mudah-mudahan Allah memberikan kekuatan kepada mereka untuk berani berbicara di dunia internasional demi keadilan.
Mengapa yang dihancurkan dan dimusnahkan adalah negara dan manusia yang tidak bersalah hanya untuk menangkap Saddam dan Bin Ladin? Sesungguhnya orang-orang kafir memang tidak akan pernah berbuat adil.
Sebagaimana firman Allah Ta`ala:
{وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ} [البقرة/254]
“Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim“.Dan firman-Nya:
{وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا
يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ
الْأَبْصَارُ} [إبراهيم/42]
“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah
lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya
Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata
(mereka) terbelalak”.Dalam firman-Nya lain:
{إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ} [يوسف/23]
“Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.”- Penindasan yang dialami kaum muslimin di berbagai belahan dunia, terutama di negara-negara yang mayoritas nonmuslim.
- Terdapatnya kedzaliman sebagian penguasa terhadap para aktifis dakwah, sehingga menimbulkan dendam yang berkepanjangan dalam diri sebagian mereka.
Kesalahan tidak terdapat di pihak tertentu, tetapi dari kedua belah pihak. Karena di antara aktifis dakwah ada yang menjadikan isu Islam sebagai batu locatan untuk memuaskan nafsu politiknya. Tetapi perlu diyakini oleh semua penegak bangsa ini bahwa Islam adalah perekat persatuan bangsa. Islam menyuruh pemeluknya untuk taat kepada penguasa dalam segala kebenaran. Islam mengharamkan tindakan-tindakan yang dapat melemahkan penguasa walau terdapat penyimpangan di tengah-tengah penguasa. Hal ini ditekankan oleh setiap ulama dalam kitab-kitab aqidah Ahlussunnah wal jama’ah.
- Kebodohan umat terhadap agama terutama masalah aqidah dan hukum-hukum jihad.
- Ghuluw (ekstrim) dalam pemahaman dan pengamalan agama dari sebagian generasi muda Islam.
Adapun yang kami maksud dengan ghuluw di sini adalah melampaui batas perintah agama sehingga terjatuh kepada perbuatan bid’ah.
Berikut kami sebutkan dalil dari Al Qur’an dan sunnah tentang larangan tindakan ghuluw dalam agama:
Allah Ta`ala berfirman,
{يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ} [النساء/171]
“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu,
dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.”Dalam ayat yang lain Allah berfirman,
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا
فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ
ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ
السَّبِيلِ [المائدة/77]
Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan
(melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya
(sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan
(manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.”Rasulullah bersabda,
((يا أيها الناس إياكم والغلو في الدين فإنه أهلك من كان قبلكم الغلو في الدين)). رواه النسائي وابن ماجه وصححه الشيخ الألباني.
“Wahai manusia ! Jauhilah sikap ghuluw (eksrim) dalam beragama.
Karena sungguh sikap ghuluw beragama telah membinasahkan orang-orang
sebelum kalian.” (HR. Nasa’i dan Ibnu Majah serta disahihkan oleh Syaikh Al-Albani)- Jauh dari bimbingan ulama dalam mempelajari dan memahami ajaran agama.
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ [النحل/43]
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai ilmu jika kamu tidak mengetahui.”Bukan hanya ilmu agama, ilmu dunia sekalipun jika tidak dipelajari melalui ahlinya akan membawa kepada kebinasaan. Jika seseorang ingin menjadi seorang dokter, dia pergi ke toko buku, lalu dia membeli segala buku kedokteran. Kemudian dia coba memahami sendiri di rumah tanpa belajar kepada ahli kesehatan. Atau buku tersebut ia pahami menurut konsep dukun atau ia pelajari melalui dukun. Lalu setelah lima tahun ia membuka pratek pelayanan kesehatan, kira-kira bagaimana jadinya jika orang seperti itu mengobati masyarakat. Orang seperti ini pasti ditangkap dan diproses ke pengadilan karena dianggap sebagai dokter gadungan. Tetapi sekarang banyak ulama dan da’i gadungan mengapa tidak ditangkap pada hal mereka jauh lebih berbahaya dari dokter gadungan.
Kemarin ia sebagai bintang film, pelawak, model, penyanyi dan bekas tahanan kejahatan. Tiba-tiba hari ini menjadi dai kondang dan berfatwa dengan seenaknya. Tokoh politik pun ikut berbicara masalah agama dan mengacak-acak ajaran agama. Dan lebih sadis lagi belajar Islam kepada orang kafir, mereka yang sudah nyata-nyata sesat dalam memahami Taurat dan Injil, kok malah sekarang Al Qur’an dipelari melalui mereka. Sekalipun terasa aneh, tetapi hal ini adalah nyata terjadi.
Rasulullah telah mengabarkan tentang keadaan ini beberapa abad yang lalu. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits dari shahabat Abdullah bin Amru bin ‘Ash radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda,
« إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ
انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ
بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا اتَّخَذَ
النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ
فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا » متفق عليه.
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari
(dada) manusia. Akan tetapi Dia mencabut ilmu dengan mewafatkan para
ulama, sehingga tatkala Dia tidak menyisakan seorang pun yang berilmu
maka manusia pun menjadikan para tokoh yang tidak berilmu (sebagai
ulama). Lalu mereka ini ditanya (tentang permasalahan agama) maka mereka
pun berfatwa tanpa didasari ilmu sehingga mereka sesat dan
menyesatkan.” (HR. Bukhari-Muslim).Rasulullah juga telah memberikan solusi tentang masalah itu; yaitu dengan berpegang teguh dengan sunnah beliau dan sunnah khulafaur-rosyidin. Shahabat ‘Irbadh radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam shalat mengimami kami, kemudian (setelah selesai) beliau membalikkan badannya menghadap kami lalu menyampaikan nasehat yang menyentuh hati; membuat mata berlinang dan hati bergetar. Ada yang berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah ! Seakan-akan ini merupakan nasehat perpisahan, maka apakah wasiatmu kepada kami? Maka beliaupun bersabda,
« أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ
وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ
بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ
الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا
عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ
كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ » رواه أبو داود
والترمذي وابن ماجه وقال الترمذي: هذا حديث صحيح.
“Aku berwasiat kepada kalian agar bertakwa kepada Allah.
(Demikian pula aku wasiatkan agar) mendengar dan ta’at (kepada penguasa)
walaupun ia seorang budak Habsyi. Karena barangsiapa yang hidup
diantara kalian sepeninggalku ia akan melihat perbedaan (perpecahan)
yang banyak. Maka berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnah para
khalifah yang lurus lagi mendapat petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya
dan gigitlah dengan gigi geraham. Hindarilah perkara-perkara baru dalam
agama. Karena setiap perkara baru dalam agama adalah bid’ah dan setiap
bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud- Tirmidzi dan Ibnu Majah. Tirmidzi mengatakan, “Hadits ini shahih”) - Merajalelanya kemungkaran di tengah-tengah masyarakat, baik dari segi akhlak maupun pemikiran.
- Lemahnya pengawasan badan penegak hukum dalam menindak berbagai bentuk pelanggaran hukum yang terjadi. Sehingga membuat sebagian oknum merasa gerah dan melakukan tindakan main hakim sendiri.
- Kurangnya kematangan para dai dari segi ilmu, kesabaran dan pengalaman dalam menghadapi tantangan dakwah.
-Bersambung insya Allah-
Penulis: Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra,M.A.
Artikel www.dzikra.com
[1] Kisah ini diriwayatkan oleh Bukhari: 3/1180 dan Muslim: 5/181.
[2] Lihat majalah “Risalah Mujahidin Th III/Edisi 26 terbit Shafar 1430 H/Jan-Feb 200M.
Dengan topik: “Poros Setan Mencabik Islam Di Tanah Haram” dan “Dinasti Saudi Satu Trah Dengan Yahudi“.
[3] Baca tulisan kami Apa Itu Wahabi dalam majalah “Adz Dzakhiirah” edisi no 54 terbit bulan Ramadhan th 1430 H.
[4] Lihat kitab As Su’udiyuun Wal Irhaab. Hal: 75.--