Syaikh
as-Sa’di rahimahullah berkata, “Tidak ada suatu perkara yang memiliki
dampak yang baik serta keutamaan yang beraneka ragam seperti halnya
tauhid. Karena sesungguhnya kebaikan di dunia dan di akherat itu semua
merupakan buah dari tauhid dan keutamaan yang muncul darinya.” (lihat
al-Qaul as-Sadid fi Maqashid at-Tauhid, hal. 16)
Bukan Istilah Baru
Sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma
mengatakan: Ketika mengutus Mu’adz menuju Yaman, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berpesan kepadanya, “Sesungguhnya kamu akan menjumpai
suatu kaum dari kalangan Ahli Kitab. Hendaklah yang pertama kali kamu
serukan kepada mereka adalah supaya mereka mentauhidkan Allah ta’ala…”
(HR. Bukhari dalam Kitab at-Tauhid [7372])
Sahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu’anhuma
meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Islam
dibangun di atas lima perkara: tauhid kepada Allah, mendirikan sholat,
menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan haji.” (HR. Muslim dalam Kitab
al-Iman [16])
Sebab Keamanan dan Hidayah
Tauhid merupakan sumber keamanan dan
hidayah. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang
beriman dan tidak mencampuri keimanan mereka dengan kezaliman (yaitu
syirik), maka mereka itulah orang-orang yang akan mendapatkan keamanan
dan mereka itulah orang-orang yang diberikan hidayah.” (QS. al-An’aam:
82)
Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz
al-Qar’awi hafizhahullah berkata, “Allah subhanahu wa ta’ala
memberitakan kepada kita bahwasanya barangsiapa yang mentauhidkan-Nya
dan tidak mencampuri tauhidnya dengan syirik maka Allah menjanjikan
atasnya keselamatan dari masuk ke dalam neraka di akherat serta Allah
akan membimbingnya menuju jalan yang lurus di dunia.” (lihat al-Jadid fi
Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 35)
Kunci Keselamatan
Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
“Sesungguhnya orang-orang kafir itu seandainya mereka memiliki segala
sesuatu yang ada di bumi seluruhnya dan yang serupa dengannya untuk
menebus siksaan di hari kiamat nanti niscaya hal itu tidak akan
diterima, dan mereka layak untuk mendapatkan siksaan yang sangat
menyakitkan.” (QS. al-Ma’idah: 36)
Dari ‘Itban bin Malik radhiyallahu’anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah
mengharamkan api neraka kepada orang yang mengucapkan laa ilaha illallah
dengan ikhlas karena ingin mencari wajah Allah.” (HR. Bukhari dalam
Kitab ash-Sholah[425] dan Muslim dalam Kitab al-Iman [33])
Dari ‘Utsman bin ‘Affan
radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada
sesembahan -yang benar- selain Allah, niscaya dia akan masuk ke dalam
surga.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman [26])
Dari Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu’anhu, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan
mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, niscaya dia masuk ke dalam
neraka.” Dan aku -Ibnu Mas’ud- berkata, “Barangsiapa yang meninggal
dalam keadaan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka
dia pasti akan masuk surga.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-Jana’iz [1238]
dan Muslim dalam Kitab al-Iman [92])
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata,
“Di antara keutamaan tauhid yang paling agung adalah ia merupakan sebab
yang menghalangi kekalnya seorang di dalam neraka, yaitu apabila di
dalam hatinya masih terdapat tauhid meskipun seberat biji sawi.
Kemudian, apabila tauhid itu sempurna di dalam hati maka akan
menghalangi masuk neraka secara keseluruhan/tidak masuk neraka sama
sekali.” (lihat al-Qaul as-Sadid fi Maqashid at-Tauhid, hal. 17)
Syarat Diterimanya Amalan
Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
“Barang siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah dia
beramal salih dan tidak mempersekutukan sesuatu apa pun dalam beribadah
kepada Rabb-nya.” (QS. al-Kahfi: 110).
Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
“Sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan orang-orang sebelummu;
Seandainya kamu berbuat syirik maka pasti akan lenyap seluruh amalanmu,
dan kamu pasti akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (QS.
az-Zumar: 65).
Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah
berkata, “Ketahuilah, bahwa ibadah tidaklah disebut dengan ibadah
kecuali jika bersama dengan tauhid. Sebagaimana sholat tidak disebut
sholat kecuali jika bersama dengan thaharah. Apabila syirik memasuki
ibadah maka rusaklah ia, sebagaimana hadats yang menimpa pada orang yang
telah bersuci.” (lihat al-Qawa’id al-Arba’, hal. 7).
Perintah Yang Paling Agung
Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
“Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada
Allah dengan memurnikan agama untuk-Nya dengan menjalankan ajaran yang
hanif, mendirikan sholat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang
lurus.” (QS. al-Bayyinah: 5)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Iman itu terdiri
dari tujuh puluh lebih atau enam puluh lebih cabang. Yang paling utama
adalah ucapan laa ilaha illallah, yang paling rendah adalah
menyingkirkan gangguan dari jalan, dan rasa malu adalah salah satu
cabang keimanan.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-Iman [9] dan Muslim dalam
Kitab al-Iman [35], lafal ini milik Muslim)
Imam an-Nawawi rahimahullah berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan bahwa yang paling
utama di antara semua cabang itu adalah tauhid; yang hukumnya wajib atas
setiap orang, dan tidaklah dianggap sah cabang-cabang iman yang lain
kecuali setelah sahnya hal ini.”(lihat Syarh Muslim [2/88] cet. Dar
Ibnul Haitsam)
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata,
“Perkara paling agung yang diperintahkan Allah adalah tauhid, yang
hakikat tauhid itu adalah mengesakan Allah dalam ibadah. Tauhid itu
mengandung kebaikan bagi hati, memberikan kelapangan, cahaya, dan sikap
lapang dada. Dan dengan tauhid itu pula akan lenyaplah berbagai kotoran
yang menodainya. Pada tauhid itu terkandung kemaslahatan bagi badan,
serta bagi [kehidupan] dunia dan akhirat. Adapun perkara paling besar
yang dilarang Allah adalah syirik dalam beribadah kepada-Nya. Yang hal
itu menimbulkan kerusakan dan penyesalan bagi hati, bagi badan, ketika
di dunia maupun di akhirat. Maka segala kebaikan di dunia dan di akhirat
itu semua adalah buah dari tauhid. Demikian pula, semua keburukan di
dunia dan di akhirat, maka itu semua adalah buah dari syirik.” (lihat
al-Qawa’id al-Fiqhiyah, hal. 18)
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
rahimahullah berkata, “Sesungguhnya tauhid menjadi perintah yang paling
agung disebabkan ia merupakan pokok seluruh ajaran agama. Oleh sebab
itulah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai dakwahnya dengan
ajakan itu (tauhid), dan beliau pun memerintahkan kepada orang yang
beliau utus untuk berdakwah (baca: da’i) agar memulai dakwah dengannya.”
(lihat Syarh Tsalatsat al-Ushul, hal. 41 cet. Dar ats-Tsurayya)
Pondasi Kebahagiaan
Syaikh Abdul Malik Ramadhani
hafizhahullah berkata, “Tauhid ini memiliki kedudukan laksana pondasi
bagi suatu bangunan.” (lihat Sittu Durar min Ushul Ahli al-Atsar, hal.
13)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
“Manakah yang lebih baik; orang yang menegakkan bangunannya di atas
pondasi ketakwaan kepada Allah dan keridhaan-Nya, ataukah orang yang
menegakkan bangunannya di atas tepi jurang yang akan runtuh dan ia pun
akan runtuh bersamanya ke dalam neraka Jahannam.” (QS. at-Taubah: 109)
Syaikh Abdul Malik Ramadhani
hafizhahullah berkata, “Hal itu dikarenakan ayat ini turun berkenaan
dengan kaum munafikin yang membangun masjid untuk sholat di dalamnya.
Akan tetapi tatkala mereka tidak membarengi amalan yang agung dan utama
ini (membangun masjid) dengan keikhlasan di dalam hatinya, maka amalan
itu tidak bermanfaat sama sekali bagi mereka. Bahkan, justru amalan itu
yang akan menjerumuskan mereka jatuh ke dalam Jahannam, sebagaimana
ditegaskan di dalam ayat tersebut.” (lihatSittu Durar min Ushul Ahli
al-Atsar, hal. 13)
Kunci Ampunan
Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan akan
mengampuni dosa-dosa lain di bawah tingkatan syirik, yaitu bagi
orang-orang yang Allah kehendaki.” (QS. an-Nisaa’: 48)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allahta’ala
berfirman, “Wahai anak Adam! Seandainya kamu datang kepada-Ku dengan
membawa dosa hampir sepenuh isi bumi lalu kamu menemui-Ku dalam keadaan
tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku pun akan
mendatangimu dengan ampunan sebesar itu pula.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab
ad-Da’awat [3540] dan dihasankan olehnya, disahihkan Syaikh al-Albani)
Sebab Kejayaan dan Kemuliaan
Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
“Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan
beramal salih, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa,
dan Dia sungguh akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia
ridhai. Dan Dia benar-benar akan mengubah keadaan mereka, setelah berada
dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan
tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun.” (QS. an-Nuur: 55)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
“Seandainya penduduk negeri itu beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan
bukakan bagi mereka keberkahan dari langit dan bumi.” (QS. al-A’raaf:
96)
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata,
“Tidak ada suatu perkara yang memiliki dampak yang baik serta keutamaan
yang beraneka ragam seperti halnya tauhid. Karena sesungguhnya kebaikan
di dunia dan di akherat itu semua merupakan buah dari tauhid dan
keutamaan yang muncul darinya.” (lihat al-Qaul as-Sadid fi Maqashid
at-Tauhid, hal. 16)
Syarat Untuk Mendapatkan Syafa’at
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu,
beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
“Setiap Nabi memiliki sebuah doa yang mustajab, maka semua Nabi
bersegera mengajukan doanya itu. Adapun aku menunda doaku itu sebagai
syafa’at bagi umatku kelak di hari kiamat. Doa -syafa’at- itu -dengan
kehendak Allah- akan diperoleh setiap orang di antara umatku yang
meninggal dan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun.” (HR.
Muslim dalam Kitab al-Iman [199])
Wallahu a’lam bish shawaab.
Penulis: Ari Wahyudi
Artikel Muslim.Or.Id
No comments:
Post a Comment