TEKNOLOGI. Sebagian kita, mungkin, perlu menjedakan diri atau
barangkali menjaga jarak dengan kata yang satu ini. Tidak usah
lama-lama, cukup sehari saja. Dan, marilah kita bertanya pada diri
sendiri. Apakah makna teknologi buat saya? Atau sebaliknya, apa makna
saya buat teknologi?
Pada tingkat yang lebih sederhana, pertanyaan tersebut bisa saja
seperti ini: Apakah yang terjadi bila televisi yang biasa kita tonton
tiba-tiba rusak seharian, atau Apakah yang terjadi jika HP kita
tiba-tiba rusak?
Apakah yang anda rasakan bila pengalaman tersebut mengusik hidup
anda? Stres, marah, kesal, atau tekanan psikologis lainnya? Tak bisa
dipungkiri, di antara kita, tidak bisa menafikan sederet gangguan jiwa
itu.
Uniknya, pada titik yang lain, kita seringkali terbuai dengan
pernak-pernik teknologi baru yang kita miliki. Kita sangat senang punya
HP baru, TV baru, komputer baru dan lainnya. Semua itu, membuat kita
terlena. Kita puja dan sayangi mereka. Saat semua hilang, gangguan
psikologis jawabannya.
Begitulah teknologi menguasai kita. Rupanya, kehadirannya bukan lagi
sekedar mesin, melainkan kita menganggapnya sebagaimana layaknya
manusia. Dan, diam-diam kita tuhankan dia dalam hati kita, dalam hidup
kita. Kita begitu tergantung dengannya.
Padahal sejatinya, teknologi sendiri, konon, diciptakan untuk
memudahkan manusia. Ia adalah seperangkat mesin yang akan melayani dan
membantu kita. Namun, dalam catatan peradaban manusia, kaidah ini tidak
berlaku. Justru manusia menjadi pelayan teknologi. Sesuatu yang tadinya
kita kontrol malah terbalik mengontrol kita. Sampai titik ini timbul
pertanyaan. Siapakah yang lebih berkuasa? Teknologi atau diri saya?
Teknologi menjadi semacam seperangkat barang yang telah dianggap memiliki ruh atau kekuatan
tertentu hingga memiliki pengaruh magis dan daya pesona. Ia menjadi
berhala modern tanpa kita sadari. Bukankah Tuhan pernah
berfirman,"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain (syirik) itu . . . ." (QS.
An-Nisa':48). Naudzubillah min dzalik.
Namun, kendati demikian, di abad modern ini, kita memang tidak bisa
menegasikan kehadiran dan kebermanfaatannya. Kita tidak mungkin
melepaskan teknologi dari kehidupkan sehari-hari. Pilihan paling aman,
mungkin, kita mesti pandai memilah sebuah kemajuan tanpa menjadi
budaknya. Dengan cara inilah, TV, HP, Komputer dan lain-lain tidak
membuat pembodohan, kehampaan dan pemurtadan rohani kita. Semoga. Wallahu'alam bilshowab.
http://myspiritstreet.mywapblog.com
No comments:
Post a Comment