Buah dari amalan kebaikan itu amat mulia. Sebaliknya buah dari amalan
kejelekan amat parah. Para salaf seringkali mengatakan, “Buah dari
amalan kebaikan adalah kebaikan yang selanjutnya. Sedangkan buah dari
amalan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya”. Ada kebaikan yang paling
asasi yang akan memberikan buah yang baik yang mesti setiap muslim
mencurahkan perhatian spesial untuknya.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan
membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan
menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil
dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak
Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” (QS. Al Lail: 5-11)
Di antara tafsiran ayat di atas sebagaimana disebutkan oleh penulis
Al Jalalain, “Barangsiapa yang menunaikan hak Allah dan bertakwa
kepada-Nya, serta membenarkan kalimat “laa ilaha illallah”, maka ia akan
dimudahkan menuju surga. Sebaliknya, barangsiapa enggan menunaikan hak
Allah, merasa cukup dari ganjaran-Nya, dan mendustakan kebajikan, maka
ia akan dikembalikan pada kerugian yaitu jurang neraka.” (Tafsir Al
Jalalain,596)
Pelajaran yang dapat dipetik dari ayat di atas, dapat kita lihat dari
perkataan sebagian salaf, “Balasan dari amalan kebaikan adalah kebaikan
selanjutnya. Sedangkan balasan dari amalan kejelekan adalah kejelekan
yang selanjutnya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14/372)
Amalan kebaikan yang paling utama adalah tauhid, mengesakan Allah dan
tidak menjadikan satu pun makhluk sebagai sekutu bagi-Nya. Dari tauhid
inilah muncul berbagai kebaikan lainnya. Sedangkan kerusakan yang paling
parah adalah syirik, menyekutukan Allah dengan selain-Nya. Buah dari
kebaikan tauhid akan memunculkan kebaikan lainnya. Sebaliknya kesyirikan
akan memunculkan kerusakan lainnya.
Ibnul Qayyim rahimahullah memberikan faedah ilmu yang amat berharga. Beliau rahimahulah berkata,
“Tahun ibarat pohon. Bulan ibarat cabangnya. Hari ibarat rantingnya.
Jam ibarat daunnya. Nafas ibarat buahnya. Barangsiapa yang hela nafasnya
untuk ketaatan pada Allah, maka hasil dari pohonnya adalah buah yang
baik. Barangsiapa yang hela nafasnya untuk maksiat, maka buahnya adalahhanzholah (buah
yang pahit). Setiap orang akan memetik buah dari hasil usahanya pada
hari kiamat nanti. Ketika dipetik barulah akan ia rasakan manakah buah
(hasil) yang manis dan manakah yang pahit.
Ketahuilah bahwa ikhlas dan tauhid akan menumbuhkan tanaman dalam
hati, memunculkan cabang dalam amalan dan menghasilkan buah kehidupan
yang baik di dunia dan kenikmatan yang abadi di akhirat. Sebagaimana
pula buah di surga tidak mungkin seseorang terhalang untuk
memperolehnya, begitu pula dengan buah dari ikhlas dan tauhid di dunia.
Sedangkan syirik, perbuatan dusta dan riya’ akan menumbuhkan tanaman
dalam hati dan menghasilkan buah di dunia berupa rasa takut, khawatir,
sedih, sempitnya hati dan kelamnya hati. Sedangkan di akhirat ia akan
merasakan makanan yang tidak menyenangkan dan adzab yang pedih.
Inilah dua pohon yang dimisalkan Allah dalam surat Ibrahim.” –Demikian faedah berharga dari Ibnul Qayyim- (Al Fawaid, 158).
Surat Ibrahim yang dimaksudkan oleh Ibnul Qayyim adalah pada ayat berikut (yang artinya), “Tidakkah
kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang
baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke
langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin
Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya
mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon
yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi;
tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.” (QS. Ibrahim: 24-26)
Pelajaran menarik dari sini, sesungguhnya asal dari segala kebaikan
adalah dengan baiknya aqidah dan tauhid seorang hamba. Amalan shalat,
puasa, sedekah dan haji bisa bermanfaat jika memang tauhidnya benar.
Coba bayangkan jika seseorang beramal, namun malah dicampuri dengan
perbuatan tidak ikhlas, hanya mengharapkan pujian manusia semata, alias
riya’? Sungguh, yang terjadi amalan tersebut jadi sia-sia belaka.
Lebih-lebih lagi jika yang dilakukan adalah perbuatan syirik akbar yang
dapat membatalkan keislaman seseorang. “Jika kamu mempersekutukan (Rabbmu), niscaya akan hapuslah amalmu.” (QS. Az Zumar: 65)
Amalan yang teramat mulai seperti haji yang ia lakukan bisa jadi
sia-sia dikarenakan perbuatan syirik. Jadikanlah perhatian utama dalam
aqidah dan tauhid sebelum sibuk memperhatikan amalan lainnya. Jika
tauhid ini telah baik, maka itu akan membuahkan amalan kebaikan lainnya
dan terus membuahkan kebaikan selanjutnya.
Ya Allah, jadikanlah kami hamba yang selalu mentauhidkan-Mu dan selalu menjauhkan diri dari menyekutukan-Mu dengan selain-Mu.
Hanya Allah yang beri taufik. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
artikel http://pengusahamuslim.com
No comments:
Post a Comment