Bismillah, Allahumma yassir wa a’in
Manusia akan menghargai sesuatu, ketika dia menyadari betapa
pentingnya hal itu dalam hidupnya. Semakin dia merasakan manfaatnya,
semakin besar pula semangatnya untuk mengenal atau memilikinya. Tidak
hanya yang berupa benda, termasuk juga ideologi dan pemikiran. Beberapa
mahasiswa yang mulai mengenal berbagai pergerakan di kampusnya,
tiba-tiba menjadi sosok yang sangat semangat untuk semakin mengenal
pergerakan itu. Karena dia meyakini ideologi pergerakan itu akan membawa
manfaat dan perubahan besar baginya.
Tentu saja kita tidak boleh apriori dalam bersikap. Bebas memilih
ideologi apapun yang kita anggap baik. Karena ideologi juga akan kita
pertanggung jawabkan di hadapan Allah.
Pada kesempatan ini, saya akan mengajak anda untuk memahami 3 prinsip
penting dalam hidup. Disebut prinsip penting, karena tiga hal ini
merupakan bahan pertanyaan ketika kita telah mengakiri kehidupan dunia.
Tiga prinsip penting itu adalah mengenal Allah, mengenal islam, dan
mengenal Rasul Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Perjalanan Ruh di Setelah Kematian
Dalam hadis dari sahabat Al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan perjalanan ruh
orang mukmin dan kafir ketika kematian menjemput mereka. Hadis itu
sangat panjang, agar tidak keluar dari tema, saya cuplikkan bagian yang
terkait pertanyaan kubur.
“…setelah ruhnya dikembalikan ke jasadnya datanglah dua malaikat,
gertakannya keras. Merekapun menggertak si mayit dan mendudukkannya.
Mereka bertanya: ‘Siapa Rabmu?’ Si mukmin menjawab, ‘Rabku Allah.’ ‘Apa
agamamu?’, tanya malaikat. ‘Agamaku islam’ jawab si mukmin. ‘Siapakah
orang yang diutus di tengah kalian?’ Si Mukmin menjawab, ‘Dia Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Sang malaikat bertanya lagi, ‘Bagaimana
amalmu?’ Jawab Mukmin, ‘Saya membaca kitab Allah, saya mengimaninya dan
membenarkannya.’ Tiba-tiba ada suara dari atas, “Hambaku benar,
bentangkan untuknya surga, beri pakaian surga, bukakan pintu surga
untuknya.” Diapun mendapatkan angin surga dan wanginya surga…”
Berbeda dengan ruh orang kafir,
….ruhnya dikembalikan ke jasadnya dan dia mendengar suara sandal
orang yang mengantarkannya. “kemudian datanglah dua malaikat,
gertakannya keras. Merekapun menggertak si mayit dan mendudukkannya.
Mereka bertanya: ‘Siapa Rabmu?’ Si kafir menjawab, ‘hah..hah.. saya gak
tahu.’ ‘Apa agamamu?’, tanya malaikat. ‘hah..hah.. saya gak tahu,’
jawab si kafir. ‘Siapakah orang yang diutus di tengah kalian?’ Si kafir
tidak kuasa menyebut namannya. Lalu dia digertak: “Namanya Muhammad!!”,
si kafir hanya bisa mengatakan, ‘hah..hah.. saya gak tahu. Saya cuma
mendengar orang-orang bilang seperti itu.’ Diapun digertak lagi: “Kamu
tidak tahu dan tidak mau tahu.” Tiba-tiba ada suara dari atas, “Hambaku
dusta, bentangkan untuknya neraka, bukakan pintu neraka untuknya.”
Diapun mendapatkan panasnya neraka dan racun neraka…..” (HR. Ahmad
18534, Abu Daud 4753, dan dishahihkan Syuaib Al-Arnauth).
Orang kafir tidak bisa menjawab bukan karena dia tidak tahu dan tidak
kenal apa yang harus dia jawab. Untuk sebatas nyebut kata ‘Allah’,
semua orang pasti tahu. Untuk menyebut Al-Qur’an, orang kafirpun tahu,
untuk menyebut kata islam, mereka jelas bisa. Lalu mengapa mereka tidak
bisa menjawab? Ya, karena yang bisa menjawab hanya mereka yang
mengimani apa yang ditanyakan malaikat, dengan iman yang benar.
Kitab Tsalatsah Al-Ushul yang Mengubah Dunia
Pada kesempatan ini saya ajak anda untuk mengenal kitab Tsalatsatul Ushul,
sekaligus kita bisa menggali pelajaran berharga terkait tiga landasan
utama di atas, yang merupakan ruh utama buku ini. Tak kalah penting,
kita juga bisa mengambil kesimpulan, bagaimana metode penulis untuk
menanamkan aqidah yang benar terkait 3 masalah besar di atas.
Berkenalan dengan Buku
Buku itu berjudul Tsalatsatul Ushul wa Adillatuha (Tiga Landasan Utama dan Dalilnya).
Melihat judulnya saja kita bisa berkesimpulan bahwa penjelasan yang
akan beliau sampaikan bukan semata hasil pemikiran beliau, bukan pula
sesuatu yang baru sehingga layak untuk dicap ajaran sesat. Namun
penjelasan beliau murni berdasarkan dalil: Al-Quran dan sunah.
Judul yang Berbeda
Yang menarik, buku ini tidak ditulis sekali. Penulis menulis buku ini
beberapa kali, dengan metode yang berbeda-beda, sesuai sasaran
pembacanya, namun tema utamanya sama, yaitu mengajarkan tauhid yang
benar dan 3 prinsip besar di atas. Ada yang ditujukan untuk anak-anak,
ada yang dikhususkan untuk pelajar, dan ada yang ditujukan untuk
masyarakat awam. Beliau memberikan judul yang berbeda. Ada yang
berjudul; Tsalatsatul Ushul wa Adillatuha (Tiga Landasan Utama dan Dalilnya), kemudian Al-Ushul Ats-Tsalatsah wa Adillatuha (Prinsip Tiga dan Dalilnya), lalu Talqin Ushul Al-Aqidah lil Amah (Penjelasan Prinsip Aqidah bagi Masyarakat), dan Mabadi’ Al-Islam (Prinsip dalam Islam). Dari sekian nama, yang paling terkenal adalah Tsalatsatul Ushul wa Adillatuha.
Memperhatikan hal ini, kita bisa melihat bagaimana semangat penulis
untuk mengajarkan prinsip penting ini kepada masyarakat. Sampai beliau
tulis dengan pendekatan bahasa yang berbeda. Karena memahami tiga hal
ini dan berusaha mewujudkannya merupakan gerbang keselamatan di alam
kubur.
Pikiran Utama
Jika diklasifikasikan, buku ini masuk kelompok buku aqidah. Karena
itu, mohon kesimpulan singkat ini dibaca dengan seksama. Semoga ada hal
baru yang bisa kita dapatkan.
Pada prinsip pertama, penulis menekankan pemahaman tentang tauhid
uluhiyah (mengesakan Allah dalam beribadah), beliau tekankan bahwa sang
Pencipta alam adalah Dzat yang paling berhak untuk diibadahi. Tidak
boleh ada setitikpun bentuk ibadah yang diberikan kepada makhluk, karena
itu termasuk kesyirikan. Selanjutnya beliau menjelaskan beberapa macam
ibadah, yang umumnya disangka sebagian masyarakat, bahwa itu BUKAN
ibadah. Sehingga diantara mereka ada yang mempersembahkannya untuk
makhluk. Sesaji, nadzar, berdoa, takut kualat (Rahbah), pasrah
(tawakkal), istighatsah, merupakan contoh ibadah yang sering
diselewengkan. Semua itu beliau sampaikan lengkap dengan dalilnya.
Karena itu, sungguh aneh ketika ada orang yang mengklaim, doa bukan
ibadah, nadzar bukan ibadah, sesaji bukan ibadah, sehingga tidak masalah
ketika perbuatan semacam ini ditujukan kepada selain Allah. Kelompok
ini berusaha meyakinkan pengikutnya bahwa tindakan yang mereka lakukan
bukan termasuk kesyirikan. Sungguh usaha yang luar biasa untuk
melestarikan kesyirikan. Tahukah anda, buku pembelaan terhadap
kesyirikan ini beredar banyak di negara kita, Republik Indonesia. Na’udzu billah min syariiha.
Pada prinsip kedua, beliau menjelaskan berislam yang benar. Beliau
menekankan bahwa inti islam adalah tauhid, sebagaimana pernyataan beliau
الإسلام هو الاستسلام لله بالتوحيد، والانقياد له بالطاعة، والخلوص من الشرك وأهله
Islam adalah pasrah kepada Allah dengan mentauhidkannya, tunduk
kepadanya dengan mentaatinya, dan membebaskan diri dari perbuatan
kesyirikan dan pelakunya.
Kita perhatikan, 3 hal mendasar seorang bisa disebut muslim: (1)
mengakui keesaan Allah, (2) melakukan ketaatan, dan (3) menghindari
syirik dan pelakunya.
Penjelasan yang luar biasa. Untuk menemukan orang yang salah paham
dengan islam yang benar seperti penjelasan beliau, sangatlah mudah. Kita
masih sering menyaksikan orang yang berprinsip, yang penting sudah
mengucapkan kalimat syahadat, pasti akan masuk surga, meskipun tidak
pernah shalat, tidak puasa, tidak kenal masjid dst. Ada juga yang
berprinsip, “Yang penting orang beriman bahwa Allah itu ada, dialah
muslim. Padahal hidupnya dipenuhi dengan klenik, ramalan dan kesyirikan
lainnya.” Ada juga yang menghasung paham liberal, “Islam harus
menghargai pluralisme, tidak masalah turut merayakan hari raya orang non
muslim. Padahal muslim dituntut untuk menjauhi pelaku kesyirikan,
terutama dalam prinsip agama.
Setelah memberikan definisi di atas, penulis menjelaskan rukun islam,
makna syahadat Laa ilaaha illallaah, menjelaskan tentang iman dan
rukunnya, kemudian diakhiri dengan penjelasan tentang ihsan dan
tingkatannya. Dan istimewanya, semuanya dijelaskan lengkap dengan dalil
dan dalil. Sekali lagi, tidak ada hal yang baru dalam buku ini. Isinya
murni mengajak kaum muslimin untuk memahami inti ajaran islam yang
sesungguhnya.
Pada prinsip ketiga, penulis menanamkan kecintaan pada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Penulis ceritakan sejarah ringkas
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan perjuangannya, dari sejak
diangkat menjadi nabi, hijrah ke madinah, hingga beliau diwafatkan oleh
Allah.
Kemudian Penulis juga menanamkan bahwa semua kebaikan yang bisa
mengantarkan manusia menuju surga dan semua keburukan yang mengantarkan
orang ke neraka, telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Kebaikan puncak adalah tauhid, dan kejahatan puncak adalah
syirik. Karena ajaran beliau telah sempurna maka tidak boleh melakukan
penambahan dalam syariat beliau, sekalipun hanya satu titik. Karena
penambahan untuk sesuatu yang sempurna, justru malah mengurangi
keindahannya. Untuk itulah, perbuatan bid’ah sangat bertentangan dengan
prinsip ajaran beliau.
Penulis juga menekankan bahwa sikap pembelaan kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sejatinya adalah memperjuangkan
prinsip ajaran Nabi dan mengikuti petunjuk sang Nabi. Dan itu menjadi
kewajiban SELURUH umat manusia tanpa kecuali. Seolah penulis hendak
membantah keyakinan sebagian sufi yang menyatakan bahwa ada sebagian
wali Allah yang sudah mencapai derajat makrifat, dia berhak untuk TIDAK
mengikuti ajaran Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Prinsip ketiga ini menunjukkan bagaimana kecintaan penulis kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yang itu dibuktikan dengan
upaya untuk semakin mengenal nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan
setiap kali penulis menyebut nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau selalu iringi dengan tulisan shalawat, TANPA disingkat. Sekali
lagi, semua ini menjadi bukti bagaimana kecintaan penulis kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Karena itu sungguh aneh, ketika ada sebagian orang yang menuduh bahwa
penulis kitab ini sangat membenci Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
atau anti dengan shalawat. Bahkan sampai ada yang menuduh beliau ingin
menjadi nabi. Jelas 100% ini tuduhan dusta yang tidak akan pernah bisa
dibuktikan kebenarannya.
Mengakhiri kitabnya, beliau menanamkan iman kepada hari kebangkitan,
dan kewajiban kufur terhadap thaghut. Beliau juga menjelaskan siapakah
thaghut yang sejatinya. Beliau menukil keterangan Ibnul Qoyim bahwa
gembong thaghut ada 5: Iblis, orang yang dikultuskan dan dia merasa
senang, orang yang minta disembah, dukun/peramal yang ngaku mengetahui
hal yang ghaib, dan orang yang menetapkan hukum yang bertentangan dengan
hukum yang Allah turunkan.
Nama Penulis
Penulis buku penjelasan 3 prinsip besar ini adalah Imam Muhammad bin
Abdul Wahhab bin Sulaiman At-Tamimy. Dilahrikan tahun 1115 H, di dataran
Uyainah. Mengisi hidupnya dengan belajar dan mendakwahkan tauhid.
Seorang Mujaddid yang mengajak manusia untuk kembali kepada ajaran islam
yang sejatinya. Beliau diwafatkan 1206 H di usia 91 tahun. Semoga Allah
merahmati beliau.
Sayangnya, mereka yang melestarikan ibadah di kuburan dan pembela
bid’ah menuduh beliau dengan cara membabi buta. Buta warna – buta rasa,
yang penting bagaimana masyarakat membenci beliau. Setiap orang berhati
lurus yang mendakwahkan tauhid dan sunah, dituduh wahhabi. Tuduhan yang
justru sejatinya adalah pujian. Mereka tidak sadar, Al-Wahhab adalah
nama Allah. Sebutan wahhabi (dengan ya nisbah) berarti menyatakan bahwa
kelompok ini paling dekat dengan Al-Wahhab, Dzat yang Maha Memberi.
Jika hanya Wahabi yang melestarikan tauhid dan sunah, saksikanlah bahwa kami adalah wahabi.
Allahu a’lam
Penulis : Ustadz Ammi Nur Baits, S.T. (Pembina situs konsultasisyariah.com)
Muroja’ah : Ustadz Afifi ‘Abdul Wadud
http://buletin.muslim.or.id/aktual/3-landasan-utama-mengubah-dunia
No comments:
Post a Comment