Dok detikcom |
Madinah - Ada banyak tempat untuk membeli buah
kurma untuk oleh-oleh sepulang dari ibadah haji. Pusat kurma di Madinah
atau dikenal dengan Madinah Dantes Market berada tidak jauh dari Masjid
Nabawi.
Selain itu, di pertokoan di sekitar masjid juga banyak dijumpai toko-toko yang menjual kurma. Pedagang Kaki Lima (PKL) menggunakan mobil dobel kabin juga ada yang berjualan keliling di sekitar pemondokan jamaah.
Bila kita akan membeli di pasar kurma bisa berjalan sekitar 600 meter ke arah selatan Nabawi di daerah Qurban. Di tempat itu ada ratusan kios yang menjual kurma berbagai jenis. Pasar tersebut di bangun pemerintah Arab Saudi pada tahun 1982. Pasar mulai buka sejak jam 09.00 - 22.00 WAS.
Bila hendak belanja di tempat itu, tidak perlu bingung. Sebab hampir semua pedagang bisa berbahasa Indonesia meski sederhana atau sebatas percakapan untuk transaksi jual-beli.
Selain di sekitar Nabawi, bila ingin membeli buah kurma langsung dari kebun, kita bisa datang ke salah satu pusat agribisnis kurma di daerah dekat Masjid Quba. Tidak jauh dari Masjid Quba sekitar 400 meter ada beberapa tempat perkebunan yang menyediakan kurma yang langsung di petik dari pohon.
Salah satu tempat agribisnis yang langsung menjual kurma dari kebun adalah milik Ahmad Zahrani seorang pengusaha muda asal Madinah. Kebun kurma seluas 60 ribu meter persegi itu sekaligus menjadi pusat penjualan aneka oleh-oleh mulai dari buah kurma, manisan kurma, dodol kurma, sirup kurma maupun kacang-kacangan.
Semua tamu benar-benar dilayani dengan baik. Ketika datang di kebun dengan angin yang semilir itu disuguhi minuman teh panas dan kopi Arab atau Gahwa. Bila hendak berbelanja langsung menuju sebuah bangunan berukuran sekitar 200 meter persegi yang menyediakan berbagai macam oleh-oleh kurma.
Pemilik kebun Zahrani Dates Farm, Ahmad Zahrani mengungkapkan dirinya ingin membuka pasar yang lebih luas kepada warga Indonesia. Beberapa tahun terakhir ini sudah mengikuti pameran di PRJ Jakarta.
"Kami juga akan menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan travel haji dan umrah dari Indonesia agar lebih dikenal," katanya.
Menurut saat ini perkebunannya siap mengirimkan produk kurmanya ke Indonesia. Pihaknya telah bekerja sama dengan perusahaan kargo untuk mengirim langsung ke Indonesia. "Setelah musim haji, kami langsung kirim ke Jakarta," ujarnya.
Kebun kurma Zahrani lanjut dia, telah ada sejak lama karena pohon-pohon yang tumbuh sudah ada yang berusia puluhan hingga lebih dari 100 tahun. Berkebun kurma sendiri merupakan usaha yang membutuhkan kesabaran, ketelatenan dalam merawat. Namun bila sudah berbuah akan memberikan keuntungan.
"Pohon-pohon kurma ini mulai berbuah tiap bulan Ramadan," katanya.
Fauzan yang menjadi karyawan Zahrani menambahkan berbagai macam kurma mulai dari kurma muda, ajwa, ambhar, sukari, barni, mozafati, halawi, hingga zaghloul. Harga yang dipatok pun bervariasi, mulai dari 30 riyal hingga yang termahal mencapai 110 riyal.
"Kurma ajwa adalah kurma yang termahal," kata Fauzan Munere, seorang mukimin asal Kapasan Surabaya, Jawa Timur.
Menurut Fauzan, kurma jenis ini mahal karena jarang berbuah. Berbeda dengan jenis kurma lain yang rutin selalu dipanen setiap musim. Di kebun milik Zahrani itu terdapat sekitar 180 pohon kurma.
Pemilik mempekerjakan banyak orang untuk merawat kebun kurma. Pohon-pohon kurma yang sudah tidak produktif akan langsung ditebang dan diganti dengan pohon kurma lainnya.
Untuk mengairi kebun tersebut, lanjut Fauzan, harus mengebor tanah sedalam 200 meter untuk mendapat air. Air tersebut kemudian dialirkan ke parit-parit di sekitar kebun. Aroma pupuk kandang dari kotoran unta dan hewan ternak lainnya tercium agak menyengat di sela-sela kebun.
"Perawatan harus baik agar buahnya juga berkualitas bagus," ungkap Fauzan yang telah tinggal di Madinah selama 22 tahun itu.
Menurut dia, tamu-tamu perkebunan Zahrani kebanyakan warga Malaysia dan Indonesia. Pada musim haji tahun ini banyak jamaah haji Indonesia yang membeli oleh-oleh kurma di tempat itu.
"Biasanya setelah ziarah di Masjid Quba, banyak jamaah haji Indonesia dan Malaysia yang datang berbelanja di sini," katanya.
Selain dari kebun di tempat itu, produksi kurma dipanen juga dari kawasan Gashim yang berjarak sekitar 400 kilometer dari Madinah serta wilayah Fiqrah berkisar 100 kilometer dari Madinah. Sebab bila mengandalkan perkebunan di sekitar Madinah tidak akan mencukupi kebutuhan konsumen.
"Tamu-tamu kami yang datang bisa melihat langsung proses produksi kurma terutama saat berbuah, panen hingga pengeringan. Kurma-kurma yang kami jual juga berkualitas," pungkas Fauzan.
(bgs/try)
No comments:
Post a Comment