…
Masya Allah, luar biasanya sedapnya makan nasi bukhori plus ayam
panggang atau Sayawayah buatan tangan-tangan pakistan maupun afganistan.
Hmm, jangan-jangan bisa enak kaya gitu karena sudah tercampur dengan
bulu-bulu tangannya yang lebat dan panjang,
Lagi enak-enaknya makan, tiba-tiba si kasir itu menutup pintu
restoran dan menguncinya dari dalam. Lalu ia berdiri di depan pintu itu
sambil menatapku dengan tatapan tidak sabar. Saya lihat di sekeliling
ternyata cuma saya aja yang makan di restoran. Saya lantas heran, kan saya masih di dalam restoran, kok berani-beraninya ngurung saya di dalam. Wah wah
mau cari perkara sama anak Tegal yang dah lama tinggal di lingkungan
betawi yah. Saya langsung pasang kuda-kuda silat betawi Condet kampung
sebelah. Saya paranin deh tuh si kasir,”Isy fi ya sodiq? Lisy inta gofel al bab? ana bagi akil”
ucap saya dengan bahasa arab gadungan, pakai suara keras mirip Mandra
deh, karena kalo nadanya lemah gemulai mungkin si kasir itu menganggap
saya cuma angin lewat. “ma syufta hada?” lanjut saya sambil
mengunyah ayam panggang Syawayah yang lezat disertai air liur yang
menetes-netes supaya ia tahu bahwa betapa nikmatnya makan di kala lapar,
dan betapa terganggunya saya saat itu :p
Gbr.(1) Nasi plus ayam panggang |
“Solah yah habib, sur’ah” ucap si kasir itu kepada saya. Ia
memberitahukan kepada saya bahwa saatnya sholat magrib. Apa?? Solat
magrib dari Hongkong,, Adzan aja belum, wah jangan-jangan tuh orang Islamnya beda yah. Hemm, saya gak mau bikin ribut sama dia, wong
saya ini pendatang baru. Jadi mesti hati-hati. Gak banyak pikir, saya
percepat gerakan naik-turun bibir dan gigi dengan kecepatan 80 km/jam, haha. Sayang kan, kalau nasi bukhorinya gak habis, 12 riyal gan!
harga yang lumayan buat ukuran mahasiswa berkantong tipis. Gak sampai
habis, akhirnya saya ucapkan selamat tinggal dengan si Syawayah itu. “Ma’alis ya Syawayah, ana mustahil li akil inta kullu” (#artinya, maafkan saya ayam panggang, saya gak bisa memakan kamu semuanya).
Keluarlah saya dari restoran itu dengan sedikit penyesalan menyisakan
si Syawayah itu. Sambil berjalan menuju asrama, saya menyaksikan ada
hal yang tidak biasa saya temui di Indonesia. Penasaran, saya lihat jam
tangan waktu menujukkan jam 6 kurang 10 menit. Artinya sebentar lagi
adzan magrib akan terdengar. Suasana menjadi lebih sepi, jalan raya
terlihat lebih lengang, orang-orang yang berlalu-lalang semakin sedikit,
toko-toko mulai ditutup, dan si penjaganya pun keluar dari toko menuju
ke sebuah tempat. Saya semakin heran, lalu saya buntutilah si penjaga
toko yang kulihat itu kemana dia akan pergi. Langkah demi langkah
benar-benar saya perhatikan dari kejauhan, gang demi gang dilaluinya
saya pun gak mau tertinggal langkah, sampai akhirnya ia berhenti di satu
tempat dan terlihat banyak orang pula yang menuju tempat itu. Tempat
itu adalah mesjid.
Gbr.(2) Masjid Terapung di pantai Laut Merah Jeddah |
Oh kalo gitu, saya baru paham sekarang. Kenapa tadi saya diminta
cepat untuk menghabiskan makanan dan segera keluar dari restoran.
Tenyata, kultur yang terbentuk di masyarakat Saudi adalah 15 menit
sebelum adzan semua toko ditutup dan bersiap-siap pergi ke masjid untuk
sholat berjamaah. Bila setelah adzan masih ada toko yang buka, tidak
heran polisi syari’ah akan menegurnya bahkan memberikan sanksi kepada si
pemilik toko. Subhanallah, aturannya luar biasa banget nget. Sehingga
tak heran setelah 20 menit pasca adzan, suara iqomah bergemuruh saling
bersahutan satu sama lainnya dari satu masjid ke masjid
lainnya. Anak-anak sampai kakek-kakek , kecuali wanita, sudah membanjiri
permadani cantik yang terhampar di dalam masjid. Suara imam yang merdu
menambah syahdu dan khusuknya sholat berjamaah. Ayat Qur’an yang dibaca
oleh imam adalah ayat-ayat panjang, seringnya jamaah sholat ikut terbawa
sedih ketika ayat yang dibaca itu berkaitan dengan azab. Bagi
orang-orang Arab, mereka paham makna setiap ayat yang dibaca oleh imam,
namun bagi kebanyakan kaum pendatang, tentu untuk memahami itu perlu
belajar bahasa Arab dan Qur’an itu sendiri.
Maka dari itulah saya katakan bahwa Arab Saudi adalah negara yang pantas mendapatkan rekor dunia yakni jumlah orang terbanyak pada sholat berjamaah lima waktu di waktu yang bersamaan.
Gak hanya sholat magrib dan isya yang ramai, tapi juga zuhur, ashar,
bahkan subuh. Berbeda dengan di Indonesia, khususnya di Jakarta, jamaah
sholat ramainya hanya di waktu magrib, waktu isya kebanyakan masih di
dalam perjalanan, waktu subuh bangunnya kesiangan, waktu zuhur masih
makan siang di kantin, waktu ashar masih asyik di mall, hehe,, bukannya
nyindir yah tapi ini berdasarkan pengalaman tinggal di Jakarta.
Suatu ketika saya sedang berdiskusi dengan salah seorang Professor di bidang Integrated Water Resources Management di ruangannya. Sedang serius-seriusnya diskusi, tiba-tiba tedengarlah suara iqomah di masjid kampus. Lalu ia berkata,”Okay we’ll continue after sholah“.
Subhanallah,,bersyukur sekali saya telah diingatkan oleh beliau untuk
lebih mementingkan urusan dengan Tuhan daripada dengan urusan dunia.
Saatnya sholat, ya sholat dulu, jangan ditunda-tunda katanya. Karena itu
adalah bagian dari rasa syukur kita kepada Tuhan atas penciptaan kita
di dunia.
Banyak keutamaan sholat berjamaah yang
kita dapatkan. Salah satu keutamaan yang terkenal adalah pahala sholat
berjamaah itu sebesar 27 kali lipat dibandingkan sholat sendiri. Kalau
dipikir-pikir berapa lama sih sholat berjamaah di masjid bila
dibandingkan dengan lamanya waktu yang kita habiskan untuk bekerja,
fesbukan, YM-an, pleistesionan, bahkan tidur ngorok. Lalu berapa jauh
sih jarak dari rumah ke masjid. Satu kilokah, dua kilokah. Palingan juga
100 meter aja. Apalagi tinggal di Indonesia, hampir tiap RT punya
masjid atau musholla. Kalaupun di desa, pasti tiap dusun punya satu
masjid. Di Arab Saudi, belum lama ini dikeluarkannya fatwa bahwa sholat
berjamaah di masjid hukumnya wajib loh, mengingat pentingnya sholat berjamaah.
Bro’s.. hidup di dunia ini cuma sekali aja
loh, manfaatin waktu kita sebenar-benarnya buat ibadah. Kita hidup di
dunia ini gak ada kewajiban lain selain untuk menyembah Tuhan kita.
Kerja, cari uang itu adalah perantara aja supaya kita bisa tetap makan
dan hidup, pantaskah kita melupakan Tuhan? Ya, minimal sholat berjamaah
lima waktu di masjid.
————————–
Sumber gambar:
(1) dari dokumentasi pribadi.
(2) dari http://www.geolocation.ws/..
kuswantoro83.wordpress.com
No comments:
Post a Comment