Penulis
Saudi Badr Al Kharif menyampaikan bahwa di Riyadh 40 tahun yang lalu
banyak bioskop dan tempat penjualan alat-alat musik, ikhtilath merupakan
hal yang biasa serta banyak dijumpai wanita menyusui di tempat-tempat
umum.
Sebagaimana dilansir Al Arabiya (16/4/2012)
Wakil pimred Syarq Al Ausath itu juga menyampaikan bahwa di waktu itu
para wanita juga menjadi sekretaris di biro-biro perjalanan.
Menurutnya, keputusan amir Riyadh saat ini
yang membolehkan kaum muda masuk mall merupakan keputusan yang
mengembalikan Riyadh pada pada 40 tahun lalu yakni di masa Malik Saud
berkuasa.
Dan di saat ini, Kharif menyampaikan bahwa suasana di masyarakat Riyadh kembali seperti sebelumnya.
Sebelumnya, diberitakan media ini, Kementerian
Pendidikan Tinggi Arab Saudi juga mengatakan kepada perguruan-perguruan
tinggi agar menerima mahasiswa putri di jurusan ilmu politik.
Dikutip
dari Al Arabiya (15/04/2012), profesor ilmu politik di Universitas Raja
Saud Dr Sahran Al Utaibi kepada koran Ashraq mengatakan, kampusnya akan
menjadi perguruan tinggi pertama bagi para wanita yang ingin belajar
ilmu politik mulai tahun depan. Menurut Al Utaibi, saat ini jumlah wanita peminat ilmu politik melebihi pria, sehingga mereka juga perlu diberi kesempatan.
Maret lalu, di negeri itu juga sempat dikabarkan membolehkan kaum hawa masuk ke tribun untuk menjadi suporter bola.
Hal ini terjadi setelah pihak Saudi menginginkan untuk menjadi tuan
rumah Piala Asia, yang mana kehadiran wanita merupakan syarat yang harus
dipenuhi oleh pihak penyelanggara.
Jika Saudi mengikuti tekanan dunia dengan HAM, boleh jadi kelak tak ada lagi yang istimewa di tempat ini, selain dua Kota Suci.*Hidayatullah.com
No comments:
Post a Comment