Syirik
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Semua muslim sepakat bahwa syirik adalah musuh besar dalam islam.
Semua kaum muslimin sepakat untuk membenci syirik dan memusuhinya.
Sekalipun demikian, sayangnya banyak diantara kaum muslimin yang tidak
memahami syirik dengan benar. Sehingga tak heran, ketika ada orang yang
jelas-jelas melakukan kesyirikan, tapi dia tidak mau perbuatannya
disebut sebagai perbuatan syirik.
Menyadari hal ini, wajib bagi setiap muslim untuk memahami hakekat syirik dan apa itu syirik. Pepatah arab mengatakan,
عرفت الشر لا للشر ولكن لتوقيه
ومن لا يعرف الخير من الشر يقع فيه
Saya mempelajari kejahatan bukan untuk diamalkan, namun untuk dijauhi
Siapa yang tidak bisa membedakan antara kebaikan dan kejahatan, dia akan terjerumus ke dalamnya.
Dulu, sahabat Hudzaifah bin Yaman radhiyallahu ‘anhu, sering bertanya
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang masalah fitnah dan
segala hal buruk yang berpotensi mengancam keselamatan aqidah dan agama
seseorang. Hudzifah mengatakan,
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الخَيْرِ، وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ
مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي
“Banyak manusia yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam tentang kebaikan. Namun aku bertanya kepada beliau tentang
keburukan, karena khawatir terjerumus di dalamnya.” (HR. Bukhari 3606
& Muslim 1847)
Pengertian Syirik
Terdapat beberapa ayat yang menunjukkan definisi syirik.
A. Firman Allah menceritakan debat antar-ahlu neraka, para penyembah setan, menyalahkan semua yang mereka sembah,
تَاللَّهِ إِنْ كُنَّا لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ ( ) إِذْ نُسَوِّيكُمْ بِرَبِّ الْعَالَمِينَ
“Demi Allah: sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang
nyata, ( ) Karena kita menyamakan kamu (tuhan berhala) dengan Tuhan
semesta alam”. (QS. as-Syu’ara: 97 – 98).
B. Firman Allah menceritakan tentang sikap orang kafir,
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا
بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan
menciptakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir menyamakan
(sesuatu) dengan Tuhan mereka. (QS. Al-An’am: 1).
C. Firman Allah yang menyebutkan larangan mengikuti orang kafir,
وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ كَذَّبُوا
بِآيَاتِنَا وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ وَهُمْ بِرَبِّهِمْ
يَعْدِلُونَ
“Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat Kami, dan orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat,
sedang mereka menyamakan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.” (QS. Al-An’am: 150)
Jika kita perhatikan, ayat-ayat yang berbicara tentang syirik di atas
menyebutkan satu kata inti, yaitu kata menyamakan. Para ulama
memberikan definisi syirik dengan,
تسوية غير الله بالله فى شئ من خصائص الله
“Menyamakan selain Allah dengan Allah, dalam segala sesuatu yang
menjadi kekhususan Allah.” (Ushul Iman fi Dhau’ al-Kitab wa as-Sunnah,
hlm. 73 dan Risalah fi Usus al-Aqidah, hlm. 51).
Hak Khusus Allah
Berikutnya, yang perlu kita pahami adalah apa saja yang menjadi hak
khusus Allah. Sehingga ketika ini diberikan kepada makhluk, maka dia
berarti telah melakukan kesyirikan.
Dalam buku Ushul al-Iman (hlm. 73) disebutkan bahwa orang yang
memperlajari ayat-ayat al-Quran yang berbicara tentang Allah, akan
menyimpulkan bahwa hak khusus Allah terangkum dalam 3 hal,
Pertama; dalam masalah perbuatan Allah (af’al
al-Khaliq) terhadap makhluknya. Seperti menciptakan, mengatur alam
semesta, menguasai, mengabulkan do’a, memberi rizki, menetapkan hukum,
dan lain-lain. Para ulama aqidah menyebutkan sebagai hak rububiyah,
keMaha Esaan Allah dalam kedudukannya sebagai Rab, yang menciptakan,
mengatur, dan memiliki seluruh alam.
Karena itu, jika ada orang yang meyakini bahwa ada makhluq yang mampu
menciptakan dari tidak ada menjadi ada sebagaimana Allah, berarti dia
telah menyekutukan Allah dalam masalah rububiyah. Termasuk orang yang
meyakini ada wali yang bisa mengendalikan cuaca. Ini keyakinan syirik
karena berarti telah menyamakan si wali dengan Allah dalam salah satu
perbuatan khusus milik Allah, yaitu mengatur cuaca.
Kedua; dalam kedudukannya sebagai Dzat yang berhak
untuk disembah dan diibadahi, apapun bentuk ibadahnya. Siapa yang
memberikan salah satu bentuk peribadatan kepada selain Allah, berarti
dia memberikan hak khusus Allah untuk disembah, kepada selain Allah.
Para ulama aqidah menyebutnya sebagai hak uluhiyah.
Bentuk ibadah sangat banyak, tidak hanya shalat atau sujud, karena
ibadah mencakup ibadah lahir maupun batin; ibadah fisik anggota badan,
lisan, maupun hati, seperti berdoa, meminta pertolongan, nadzar,
tawakkal, rasa takut yang disertai pengagungan, cinta yang disertai
pengagungan, dst. Berdoa kepada makhluk, memohon sesuatu yang hanya
mungkin dikabulkan oleh Allah, termasuk bentuk syirik besar.
Ketiga, dalam kesempurnaan Nama-nama dan Sifat-sifat
Allah, seperti menyandang nama Allah, Ar Rabb dan Ar Rahman, atau
mengetahui hal yang Gaib, Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Mengetahui,
yang tidak ada sesuatupun yang menyamai-Nya.
Jika seseorang meyakini bahwa ada kyai bisa mendengar sesuatu yang
jauh, atau melihat tempat yang jauh, atau mengetahui masa depan, berarti
dia telah menyamakan pak kyai dengan Allah dalam sifat yang hanya
dimiliki oleh Allah.
Allahu a’lam.
Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)
No comments:
Post a Comment