PRLM - Jeddah bukan sekadar nama kota
pelabuhan di Jazirah Arab yang terkenal sejak lama karena
kesibukan-kesibukannya di dalam perdagangan, tetapi juga merupakan kota
paling ramai dikunjungi oleh umat Islam dari seluruh pelosok dunia, di
dalam rangkaian perjalanan ibadah haji ataupun umrah. Jeddah juga
merupakan pintu gerbang menuju kota lain di dalam pelaksanaan ibadah
haji ataupun umrah, khususnya kota-kota suci Mekah dan Madinah.
Letak Kota Jeddah di pantai Laut Merah, 75 km dari kota suci Mekah,
memiliki arti penting dan strategis bagi kemajuan dan perkembangan
Kerajaan Arab Saudi sejak zama dahulu. Pelabuhan Jeddah yang diberi nama
"Pelabuhan Islam" (Jeddah Islamic Port) itu, merupakan pintu utama
segala kegiatan bisnis, baik dalam bentuk komoditas impor maupun
komoditas ekspor.
Ditunjang oleh pusat perdagangan modern yang sangat sibuk, bukan saja
untuk Kerajaan Arab Saudi tetapi juga untuk negara-negara tetangganya,
Jeddah menjadi kota internasional, berbeda dengan Mekah ataupun Madinah.
Karena itu kehidupan di kota ini sangat jauh berbeda dengan kehidupan
di kota-kota lainnya di Arab Saudi, apalagi dibandingkan dengan
kehidupan di kota-kota suci Mekah dan Madinah.
Jeddah sebelumnya, pada 2500 tahun yang lalu, hanyalah sebagai desa
nelayan. Didirikan pada tahun 647 M oleh Khalifah Utsman bin Affan yang
akhirnya digunakan sebagai pelabuhan untuk kepentingan jamaah haji
terutama pada masa-masa perjalanan jamaah haji dilakukan melalui laut,
bukan melalui udara seperti sekarang ini.
Belum jelas asal usul Jeddah, namun dari sumber sumber yang umumnya
dibawa oleh jamaah haji, kata Jeddah berasal dari kata dalam bahasa Arab
Jaddah yang berarti nenek sebab di sana ada makam yang diyakini sebagai
makam Hawa istri Nabi Adam yang merupakan nenek moyang manusia. Sumber
lain mengatakan bahwa Jeddah berasal dari kata Jiddah dalam bahasa Arab
yang berarti lepas pantai.
Banyak cerita mengenai bagaimana bebasnya Jeddah, kota kedua terbesar
di Arab Saudi setelah Riyadh. Sebagai kosmopolitan yang didiami banyak
ekspatriat dari berbagai negara, Jeddah relatif terbuka dengan budaya
luar. Sebutlah, misalnya, tempat-tempat hiburan.
Di samping itu, Jeddah juga merupakan kota diplomatik, sebab di kota
inilah berkedudukan istana raja, Departemen Luar Negeri Arab Saudi, dan
perkantoran badan-badan perwakilan asing. Pintu gerbang Arab Saudi ini
sering dijadikan ajang pertemuan antarbangsa untuk membicarakan
masalah-masalah dunia Islam.
Akan tetapi, arti penting Jeddah dalam pengembangan Islam terutama
ditentukan oleh kedudukannya sebagai pintu gerbang bagi jemaah haji yang
datang ke kota Mekah, Madinah dan Arafah. Keamanan dan keterbukaan kota
ini sepanjang sejarah Islam sangat mempengaruhi kelancaran pelaksanaan
rukun Islam yang kelima dan sangat menentukan bagi syarat istitaah
(kesanggupan) seorang jemaah haji. (Dadang Sutarjan/”PRLM”)***
No comments:
Post a Comment