Hidayatullah.com--Munculnya
ancaman pemerintah Arab Saudi belum lama ini untuk melarang aplikasi
komunikasi internet yang populer seperti Skype, WhatsApp, dan Viber,
membuat penduduk di kerajaan itu menyatakan kegelisahannya tehadap
ancaman tersebut.
Layanan online itu kemungkinan akan diblokir oleh pemerintah, kecuali pihak berwenang diizinkan untuk memonitor percakapan para penggunanya.
Banyak pihak menyatakan, seperti diberitakan Saudi Gazette, Jumat (5/4/2013), penutupan itu akan mempengaruhi kehidupan profesional dan pribadi penggunanya.
"Saya akan menghadapi sesuatu yang sulit," kata Muhammad Saleem, seorang Saudi yang menjalankan bisnis tekstil di Riyadh dan menggunakan konferensi video di Skype untuk berkoordinasi dengan distributor di Qatar dan Oman setiap hari.
Dia menjelaskan, aplikasi itu bagian tak terpisahkan dengan pekerjaannya, dan jika dilarang usahanya akan berakhir.
Naeem Ahmad, seorang pekerja asal Pakistan, menggunakan Skype untuk berbicara dengan istri dan anak-anak di rumah.
"Bagi ekspatriat seperti kita, yang tidak berpanghasilan banyak, Skype merupakan pilihan terbaik karena bebas biaya dan menawarkan suara dan kualitas gambar yang cukup baik," katanya.
Orang-orang Saudi yang tinggal di luar negeri juga menyuarakan keprihatinan tentang kabar dari pemerintah itu.
"Dengan langkah ini, Arab Saudi bergerak seratus langkah mundur dalam perkembangannya sebagai sebuah negara," kata seorang mahasiswi Saudi yang saat ini sedang mengejar master di luar negeri dan tak mau disebutkan namanya.
"Mengapa kita harus menderita terhadap hal itu? Daripada memaksakan larangan tersebut, pemerintah harus berinvestasi lebih banyak dalam menyebarkan kesadaran tentang kejahatan yang bisa muncul dari aplikasi itu."
Namun, di tengah kekhawatiran, pertanyaan yang muncul seberapa jauh pemerintah dapat mengontrol akses ke aplikasi ini jika larangan telah berlaku. Di Oman dan Kuwait meskipun Skype diblokir, warga telah menemukan cara mengatasi larangan melalui trik di komputer, termasuk gangguan dengan alamat IP yang merupakan kode unik guna mengidentifikasi setiap komputer yang terhubung ke Internet.
"Orang-orang bisa bermain dengan alamat IP mereka, dengan menggunakan perangkat lunak yang dapat dengan mudah didownload dari internet bebas biaya," kata Azza Al-Ghamdi, dosen Teknologi Informasi di Dar Al-Hikmah College.
Dia menjelaskan, menentang larangan sebagai "tindakan tidak dewasa" karena aplikasi komunikasi seluler telah menjadi kebutuhan dalam kehidupan manusia.
"Pemerintah mengambil langkah-langkah seperti itu karena sebagian kecil orang telah menggunakannya untuk tujuan politik atau melakukan tindakan yang tidak etis dan dapat mengancam stabilitas sosial dan politik," katanya.*
Layanan online itu kemungkinan akan diblokir oleh pemerintah, kecuali pihak berwenang diizinkan untuk memonitor percakapan para penggunanya.
Banyak pihak menyatakan, seperti diberitakan Saudi Gazette, Jumat (5/4/2013), penutupan itu akan mempengaruhi kehidupan profesional dan pribadi penggunanya.
"Saya akan menghadapi sesuatu yang sulit," kata Muhammad Saleem, seorang Saudi yang menjalankan bisnis tekstil di Riyadh dan menggunakan konferensi video di Skype untuk berkoordinasi dengan distributor di Qatar dan Oman setiap hari.
Dia menjelaskan, aplikasi itu bagian tak terpisahkan dengan pekerjaannya, dan jika dilarang usahanya akan berakhir.
Naeem Ahmad, seorang pekerja asal Pakistan, menggunakan Skype untuk berbicara dengan istri dan anak-anak di rumah.
"Bagi ekspatriat seperti kita, yang tidak berpanghasilan banyak, Skype merupakan pilihan terbaik karena bebas biaya dan menawarkan suara dan kualitas gambar yang cukup baik," katanya.
Orang-orang Saudi yang tinggal di luar negeri juga menyuarakan keprihatinan tentang kabar dari pemerintah itu.
"Dengan langkah ini, Arab Saudi bergerak seratus langkah mundur dalam perkembangannya sebagai sebuah negara," kata seorang mahasiswi Saudi yang saat ini sedang mengejar master di luar negeri dan tak mau disebutkan namanya.
"Mengapa kita harus menderita terhadap hal itu? Daripada memaksakan larangan tersebut, pemerintah harus berinvestasi lebih banyak dalam menyebarkan kesadaran tentang kejahatan yang bisa muncul dari aplikasi itu."
Namun, di tengah kekhawatiran, pertanyaan yang muncul seberapa jauh pemerintah dapat mengontrol akses ke aplikasi ini jika larangan telah berlaku. Di Oman dan Kuwait meskipun Skype diblokir, warga telah menemukan cara mengatasi larangan melalui trik di komputer, termasuk gangguan dengan alamat IP yang merupakan kode unik guna mengidentifikasi setiap komputer yang terhubung ke Internet.
"Orang-orang bisa bermain dengan alamat IP mereka, dengan menggunakan perangkat lunak yang dapat dengan mudah didownload dari internet bebas biaya," kata Azza Al-Ghamdi, dosen Teknologi Informasi di Dar Al-Hikmah College.
Dia menjelaskan, menentang larangan sebagai "tindakan tidak dewasa" karena aplikasi komunikasi seluler telah menjadi kebutuhan dalam kehidupan manusia.
"Pemerintah mengambil langkah-langkah seperti itu karena sebagian kecil orang telah menggunakannya untuk tujuan politik atau melakukan tindakan yang tidak etis dan dapat mengancam stabilitas sosial dan politik," katanya.*
Rep: Insan Kamil
Red: Syaiful Irwan
Red: Syaiful Irwan
No comments:
Post a Comment