Jakarta - finance.detik.com. Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia masih
belum berkembang. Salah satu faktor penyebabnya adalah attitude atau
kemauan masyarakat Indonesia untuk berkembang dalam bisnis UKM.
Hal itu dikatakan Ibnu Wahid, Perwakilan dari Central Enterpreneur Development (CED) Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta dalam acara Sharing Session Program Capacity Building Carrefour Bagi UKM, di Hotel iBis Tamarin, Jakarta, zselasa (5/2/13).
Dia mencontohkan, di Saudi Arabia buah asal Indonesia seperti rambutan dan manggis laku dijual dengan harga tinggi. Hal itu membuktikan jika produk lokal memiliki daya beli yang tinggi.
"Karakter mikro kita kaitannya dengan attitude, kemauan kita untuk berkembang. Kebetulan saya baru pulang umroh, nah di Saudi Arabia itu saya melihat ada rambutan dan manggis dari Indonesia. Manggis di sana dijual 12 real isinya 10 butir, 1 real itu Rp 2.500, kalau di sini Rp 2.500 itu sekilo," kata Ibnu.
Dia mengatakan, untuk itu perlu adanya konsep kemitraan yang baik. Bagaimana meningkatkan usaha untuk bisa kreatif dalam mengemas pola produksi.
"Produk Indonesia sebetulnya luar biasa. Jadi metodenya, bagaimana punya effort untuk itu, makanya kita harus cerdik. Intinya membuat konsep: kemitraan itu harus saling menguntungkan. Program ini bagaimana bisa sustaine secara bisnis," katanya.
Dia mencotohkan lagi, di Jogja terdapat sentra peyek yang seharinya bisa menghabiskan sedikitnya 54 ton kacang. "Contoh di Jogja ada sentra peyek, 54 ton kacang yang masuk 1 hari tapi enggak ada yang di Carrefour, nah itu bagaimana kita jadikan pola. Kelemahan mikro kadang-kadang bicara soal multiple. Mendampingi UKM itu seperti mendampingi anak, tahu dulu baru kita berdayakan. Misalkan rambutan bisa diekspor ke Timur Tengah, Abudabi : mereka mengemas secara menarik, harga kardus cuma Rp 3 ribu, tapi dijual satu kilo Rp 45 ribu kalau dirupiahkan yang kulakannya hanya Rp 5 ribu. Ini kan menguntungkan," tandasnya.
Hal itu dikatakan Ibnu Wahid, Perwakilan dari Central Enterpreneur Development (CED) Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta dalam acara Sharing Session Program Capacity Building Carrefour Bagi UKM, di Hotel iBis Tamarin, Jakarta, zselasa (5/2/13).
Dia mencontohkan, di Saudi Arabia buah asal Indonesia seperti rambutan dan manggis laku dijual dengan harga tinggi. Hal itu membuktikan jika produk lokal memiliki daya beli yang tinggi.
"Karakter mikro kita kaitannya dengan attitude, kemauan kita untuk berkembang. Kebetulan saya baru pulang umroh, nah di Saudi Arabia itu saya melihat ada rambutan dan manggis dari Indonesia. Manggis di sana dijual 12 real isinya 10 butir, 1 real itu Rp 2.500, kalau di sini Rp 2.500 itu sekilo," kata Ibnu.
Dia mengatakan, untuk itu perlu adanya konsep kemitraan yang baik. Bagaimana meningkatkan usaha untuk bisa kreatif dalam mengemas pola produksi.
"Produk Indonesia sebetulnya luar biasa. Jadi metodenya, bagaimana punya effort untuk itu, makanya kita harus cerdik. Intinya membuat konsep: kemitraan itu harus saling menguntungkan. Program ini bagaimana bisa sustaine secara bisnis," katanya.
Dia mencotohkan lagi, di Jogja terdapat sentra peyek yang seharinya bisa menghabiskan sedikitnya 54 ton kacang. "Contoh di Jogja ada sentra peyek, 54 ton kacang yang masuk 1 hari tapi enggak ada yang di Carrefour, nah itu bagaimana kita jadikan pola. Kelemahan mikro kadang-kadang bicara soal multiple. Mendampingi UKM itu seperti mendampingi anak, tahu dulu baru kita berdayakan. Misalkan rambutan bisa diekspor ke Timur Tengah, Abudabi : mereka mengemas secara menarik, harga kardus cuma Rp 3 ribu, tapi dijual satu kilo Rp 45 ribu kalau dirupiahkan yang kulakannya hanya Rp 5 ribu. Ini kan menguntungkan," tandasnya.
No comments:
Post a Comment