Yanbu KSA |
Hidayatullah.com—Menyusul
kasus pemenggalan kepala anak perempuan berusia 4 tahun oleh pembantu
rumah tangga (PRT) asal Indonesia di Yanbu pada hari Rabu kemarin
(27/9/2012), para ibu bekerja di Arab Saudi meminta Kementerian
Pendidikan untuk membuka tempat penitipan anak.
“Apa yang terjadi pekan kemarin menunjukkan bahwa kita tidak lagi
dapat mempercayai para pembantu untuk menjaga anak-anak kita,” kata Amal
Saleh, seorang ibu dua anak yang bekerja sebagai manajer di perusahaan
periklanan di Jeddah, kutip Arab News (1/10/2012).
Wanita itu menambahkan, setelah mendengar apa yang terjadi dengan anak kecil tersebut, dia segera menyurati direktur pelaksana dan CEO perusahaan tempatnya bekerja untuk meminta disediakan tempat penitipan anak di bagian wanita. Dia menyeru agar semua wanita bekerja melakukan hal yang sama.
“Menurut saya jika semua wanita bekerja mengirim petisi kepada perusahaan tempat mereka bekerja dan meminta tempat penitipan anak, maka hal itu akan mengubah masyarakat menjadi lebih baik,” kata Amal Saleh.
Wijdan Al Harbi, seorang ibu tiga anak pegawai sebuah perusahaan telekomunikasi meminta hal serupa kepada perusahaannya di Riyadh. Awalnya, pimpinan perusahaan tidak mau menyediakan fasilitas itu, tetapi setelah mendenger kasus Yanbu tersebut ia kemudian mau mempertimbangkannya.
Seorang ibu lain yang bekerja sebagai perawat di sebuah klinik swasta di Jeddah, Majda Al Zahrani, juga mengharapkan hal yang sama. Tetapi, ia khawatir nantinya perusahaan justru menyewa pengasuh dari luar negeri dengan alasan bayarannya lebih murah. Sementara banyak wanita Saudi yang kompeten dalam bidang perawatan dan pendidikan anak untuk dipekerjakan di pusat penitipan anak.
Lutfia Salman seorang psikolog asal Abha mengatakan, dia merasa tradisi meninggalkan anak-anak kecil kepada pembantu sudah salah sejak awal. Tetapi masih banyak orangtua bekerja yang melakukan hal itu demi untuk menghemat uang.
“Anak di bawah usia lima tahun tidak pernah boleh ditinggal bersama pengasuh atau PRT asing, karena bagian dari perkembangan anak yang paling penting terjadi pada masa ini. Meninggalkan anak-anak kepada pengasuh yang tidak memiliki kemampuan mengasuh yang baik, dalam jangka panjang akan mengakibatkan masalah dalam kemampuan bahasa dan sosial anak,” jelas Salman.
Menurut studi yang dilakukan Booz & Company, wanita bekerja di Saudi sekarang ini jumlahnya kurang dari 15 persen jumlah angkaan kerja Kerajaan Arab Saudi, naik 5,2 persen dari tahun 1992.*
Rep: Ama Farah
Red: Dija
Wanita itu menambahkan, setelah mendengar apa yang terjadi dengan anak kecil tersebut, dia segera menyurati direktur pelaksana dan CEO perusahaan tempatnya bekerja untuk meminta disediakan tempat penitipan anak di bagian wanita. Dia menyeru agar semua wanita bekerja melakukan hal yang sama.
“Menurut saya jika semua wanita bekerja mengirim petisi kepada perusahaan tempat mereka bekerja dan meminta tempat penitipan anak, maka hal itu akan mengubah masyarakat menjadi lebih baik,” kata Amal Saleh.
Wijdan Al Harbi, seorang ibu tiga anak pegawai sebuah perusahaan telekomunikasi meminta hal serupa kepada perusahaannya di Riyadh. Awalnya, pimpinan perusahaan tidak mau menyediakan fasilitas itu, tetapi setelah mendenger kasus Yanbu tersebut ia kemudian mau mempertimbangkannya.
Seorang ibu lain yang bekerja sebagai perawat di sebuah klinik swasta di Jeddah, Majda Al Zahrani, juga mengharapkan hal yang sama. Tetapi, ia khawatir nantinya perusahaan justru menyewa pengasuh dari luar negeri dengan alasan bayarannya lebih murah. Sementara banyak wanita Saudi yang kompeten dalam bidang perawatan dan pendidikan anak untuk dipekerjakan di pusat penitipan anak.
Lutfia Salman seorang psikolog asal Abha mengatakan, dia merasa tradisi meninggalkan anak-anak kecil kepada pembantu sudah salah sejak awal. Tetapi masih banyak orangtua bekerja yang melakukan hal itu demi untuk menghemat uang.
“Anak di bawah usia lima tahun tidak pernah boleh ditinggal bersama pengasuh atau PRT asing, karena bagian dari perkembangan anak yang paling penting terjadi pada masa ini. Meninggalkan anak-anak kepada pengasuh yang tidak memiliki kemampuan mengasuh yang baik, dalam jangka panjang akan mengakibatkan masalah dalam kemampuan bahasa dan sosial anak,” jelas Salman.
Menurut studi yang dilakukan Booz & Company, wanita bekerja di Saudi sekarang ini jumlahnya kurang dari 15 persen jumlah angkaan kerja Kerajaan Arab Saudi, naik 5,2 persen dari tahun 1992.*
Rep: Ama Farah
Red: Dija
Artikel Terkait:
Berita
- Saudi bakal luncurkan layanan buat terima keluhan dari PRT
- Sebotol Air Minum di Arab Saudi
- Arab Saudi Pakai Teknologi Tinggi Untuk Cegah Jamaah Haji Ilegal
- Arab Saudi Dirikan Gerbang Mekkah
- Arab Saudi Renovasi Ratusan Masjid
- Seruan dari Masjid Nabawi untuk Rakyat Mesir: "Kembalilah ke Rumah-rumah Kalian"
- Arab Saudi Luncurkan Stasiun TV khusus Wanita
- Saudi Bagikan 130.000 Paket Ramadhan Pengungsi Suriah
- Jangan Harap Orang Israel Naik Pesawat Saudi
- Jalur Tawaf Khusus Orang Cacat Dibangun di Masjid al-Haram
TKI
- Saudi bakal luncurkan layanan buat terima keluhan dari PRT
- Raja Arab Saudi Ampuni 141 TKI Bermasalah
- Jutaan Ekspatriat di Saudi Bakal Kehilangan Pekerjaan
- Pemerintah Indonesia Minta Arab Saudi Terima TKI Suami-Istri
- RI Cari Peluang Bisnis di Arab Saudi
- Kisah Berliku Anak-anak TKI Kelahiran Arab Saudi
- Tak Ada Gigi Bungsu, Jangan Coba-Coba Jadi PRT di Saudi
- Naik Haji Ala TKI
- Banyak Ekspatriat Perusahaan Saudi Bakal Didenda
- Fenny Sumayah Hamim Saleh, Miliarder Bakso Madinah dari Blora
No comments:
Post a Comment