Dia menyebutkan, selama ini tujuan pasar Pacific Interlink adalah pasar ekspor, yakni negara-negara Timur Tengah dan Afrika, antara lain Saudi Arabia, Irak, dan Angola. "Sebelumnya, negara-negara tersebut biasa mengkonsumsi minyak makan dari kedelai dan bunga matahari," kata dia. Namun, dengan upaya promosi akhirnya masyarakat di ketiga negara itu sudah mulai banyak menggunakan minyak makan dari kelapa sawit.
Perusahaan asal Arab itu juga memberikan apresiasi pada perubahan aturan bea keluar kelapa sawit yang baru dirilis pemerintah. "Sebab, pada aturan baru, minyak goreng kemasan bermerek dengan kemasan 20 kilogram diturunkan dari maksimum 15 persen menjadi hanya 6 persen," kata dia.
Meski begitu, Pacific Interlink berharap agar standar kemasan minyak goreng kemasan yang diatur dalam peraturan pemerintah diubah. "Sebab, pasar ekspor mereka terbiasa dengan minyak goreng dengan ukuran kemasan 25 kilogram," ujarnya.
Deddy juga menegaskan tidak mungkin ada perubahan aturan lagi terkait bea keluar CPO itu dalam waktu dekat. “Tapi usulan mereka (para pengusaha) perlu dipertimbangkan," kata Deddy.TEMPO Interaktif, Jakarta -
No comments:
Post a Comment