Tuesday, January 8, 2013

Wanita Saudi Minta Rumah Sakit Khusus Wanita

Hidayatullah.com—Wanita-wanita di Saudi menginginkan rumah sakit khusus perempuan, namun para dokter menolak usulan pendirian rumah sakit khusus itu dengan alasan sangat tidak praktis.

Usulan rumah sakit khusus wanita itu muncul dari warga masyarakat yang menginginkan mereka diperiksa hanya oleh dokter wanita, lapor Gulf News mengutip koran setempat Al-Sharq Kamis (3/1/2013).
“Rumah sakit yang khusus diperuntukkan bagi wanita akan memberikan privasi yang saya butuhkan,” kata Mariam Radhi Abdullah.

“Bahkan suami saya menolak laki-laki memeriksa saya, meskipun dalam kasus darurat dan dia lebih memilih untuk mencari doker wanita meskipun harus pergi ke rumah sakit lain,” katanya kepada Al-Sharq.

Hanan Abdullah mengatakan karakter dan sifat masyarakat Saudi menuntut hanya dokter perempuan yang memeriksa pasien perempuan.

“Masyarakat di sini berbeda dengan masyarakat lain dan mereka melihat masalah dari sudut pandang berbeda,” kata wanita itu.

“Saya sendiri menolak diperiksa dokter laki-laki dan saya mendesak didirikannya rumah sakit khusus wanita yang dioperasikan oleh wanita,” tegasnya.

Khalid al-Ghadiya seorang pria pekerja sosial mengatakan, rumah sakit wanita akan memenuhi kebutuhan layanan kesehatan bagi wanita dengan cara yang lebih nyaman.

“Para wanita kita tidak harus diperiksa oleh pria-pria asing, khususnya di bagian kebidanan,” kata Khalid.

“Para wanita akan lebih terbuka dalam perbincangan mereka dan akan merasa nyaman saat diperiksa oleh wanita. Ada sejumlah negara yang sudah menerapkan sistem ini dan berhasil,” katanya lagi.

Namun kepala departemen radiologi di Rumah Sakit Raja Fahd, Fatimah al-Melhim, menentang segregasi antara dokter pria dan wanita.

“Rumah sakit adalah sebuah entitas terintegrasi yang terdiri dari staf administrasi dan medis. Menyediakan dokter wanita dan staf wanita dalam jumlah yang mencukupi adalah tidak mungkin,” katanya.

“Arab Saudi kekurangan staf medis, jadi tidak mungkin untuk mendirikan rumah sakit khusus wanita. Sebuah rumah sakit bukan hanya berisi dokter, tapi juga ada perawat, teknisi dan staf lainnya. Mereka yang menyeru didirikan fasilitas kesehatan khusus wanita biasanya didorong oleh pertimbangan agama,” katanya, seraya menambahkan bahwa alasan agama itu tidak berdasar karena permintaan oleh dokter biasanya dipenuhi.

Dr Sulaiman al-Sulaiman, seorang konsultan, mengatakan bahwa rumah sakit khusus wanita tidak diperlukan.

“Jumlah dokter wanita di Saudi sangat sedikit, demikian pula dengan negara maju lain di Eropa seperti Jerman, di mana dokter wanita di departemen kebidanannya hanya mencakup 15% dari total staf medis yang ada,” kata al-Sulaiman.

“Layanan medis tidak tergantung pada gender dokternya, melainkan pada keterampilan dan kompetensinya dalam memberikan perawatan kepada pasien. Memisahkan dokter pria dengan dokter wanita berarti kualitas dan performa perawatan akan terpengaruh,” imbuhnya.
Aktivis hak wanita Fawzia al-Ayuni kepada Al-Sharq mengatakan bahwa menurut pengalaman masa lalu, upaya untuk mendirikan rumah sakit wanita akan gagal.

“Itu dulu dilakukan oleh sebuah rumah sakit swasta dan gagal karena dianggap tidak ekonomis,” katanya.

Selain itu imbuhnya, “itu berarti seorang ayah tidak bisa mengantarkan putrinya, seorang saudara laki-laki tidak dapat mengantarkan saudara perempuannya dan seorang suami tidak dapat membawa istrinya ke rumah sakit tersebut.”

Salah seorang ulama, Syaikh Malik al-Milad, mengatakan bahwa pemeriksaan oleh dokter berlainan jenis diperbolehkan dalam kasus darurat dan jika dokter itu memiliki keterampilan tinggi yang dibutuhkan.*

Rep: Ama Farah
Red: Dija


Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment