Abdullah bin Abdul Aziz al-Saud (Arab: عبد الله بن عبد العزيز آل سعود, lahir 1924)[2] adalah Raja Arab Saudi yang keenam. Setelah tampil sebagai Pangeran Abdullah, ia mencapai puncak kekusaan pada 1 Agustus 2005 sesaat setelah wafatnya Raja Fahd. Ia sudah tampil sebagai penguasa de facto dan dimungkinkan tampil menggantikan sebagai Raja Arab Saudi sejak tahun 1995 ketika Raja Fahd mengalami penurunan kesehatan akibat terserang stroke. Akhirnya, memang pada 3 Agustus 2005, ia menyandang gelar Raja setelah wafatnya raja terdahulu, yang masih sanak saudaranya.[3] Sebagai seorang anaknya, Pangeran Mutaib ditampilkan sebagai wakil komando Dewan Garda Nasional Saudi (Saudi National Guard).
Riwayat Hidup
Ia adalah salah satu dari 37 putra Raja Abdulaziz bin Abdulrahman Al-Saud
(pendiri Arab Saudi modern) yang lahir dari rahim Fahada binti Asi-al
Syuraim yang adalah istri kedelapan Abdul Aziz dari keluarga Rasyid. Ia
menerima pendidikan di Sekolah Kerajaan Princes' School dari pejabat-pejabat dan tokoh-tkoh intelektual keagamaan dan dibesarkan di bawah pengawasan ketat Raja Abdul Aziz
yang adalah ayahnya. Pangeran Abdullah dikenal sangat kuat memegang
ajaran agama dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap rakyat
dan Tanah Air. Ia langsung mendapat pendidikan dari para ulama senior
Arab Saudi di bidang agama, sejarah, politik, dan sosiologi.
Karier
Jabatan yang pernah disandang
Abdullah juga pernah menjabat Perdana Menteri dan Komandan Dewan Garda Nasional. Ia juga pimpinan Supreme Economic Council, Wakil Presiden High Council for Petroleum and Minerals, Presiden King Abdulaziz Centre for National Dialogue, Wakil Pimpinan Council of Civil Service, dan anggota Military Service Council.
Komandan satuan elit
Pada tahun 1962,
ia ditunjuk sebagai komandan satuan elit Pengawal Nasional karena
pengalamannya yang luas dalam urusan Badui dan kabilah di padang pasir
semenanjung Jazirah Arab.
Sejak menjabat komandan dan Pengawal Nasional, sosoknya sudah tak bisa
dipisahkan dari kesatuan elite tersebut. Pada anggota Pengawal Nasional
berasal khusus dari anak cucu Mujahidin yang pernah berjuang bersama
Raja Abdul Aziz dalam menyatukan Jazirah Arab dan kemudian mendirikan
negara Arab Saudi.
Pangeran
Abdullah berhasil memimpin Pengawal Nasional bukan semata sebagai
lembaga militer tetapi juga wadah sosial dan budaya anggotanya. Semenjak
ia dipercaya sebagai komandan pengawal nasional telah dilakukan
restrukturisasi dan resionalisasi sesuai dengan manajemen militer
modern. Sebagai bentuknya, ia mendirikan akademi militer untuk mendidik
dan menempa kandidat anggota dan perwira pengawal nasional. Akademi
militer tersebut dinamakan Institut Militer Raja Khalid bin Abdul Aziz. Institut ini diresmikan olehnya pada 18 Desember 1982.
Ia
menangani sendiri mega-proyek pengembangan pengawal nasional. Karena,
lembaga itu merupakan titik balik sejarah lembaga satuan elite pengawal
nasional. Di antara mega-proyek itu seperti pembentukan divisi gabungan
dalam jajaran pengawal nasional yang terdiri dari satuan logistik,
intelijen, dan infanteri. Pangeran Abdullah juga mendirikan kompleks
militer dan tempat latihan khusus untuk satuan elite pengawal nasional.
Sebagai putra mahkota
Pada 29 Maret 1975, ia ditunjuk sebagai Deputi Kedua Dewan Kabinet Arab Saudi. Selain ditunjuk oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz sebagai putra mahkota pada 13 Juni 1982.
Pada hari itu juga, Pangeran Abdullah dipromosikan sebagai Deputi Utama
Dewan Kabinet Arab Saudi. Sejak kesehatan Raja Fahd bin Abdul Aziz
menurun, praktis secara de facto mengendalikan kekuasaan dan kebijakan dalam dan luar negeri. Ia diangkat sebagai bupate de facto regent pada tahun 1996. Ia amat menaruh perhatian pada upaya pelestarian budaya dan khazanah yang melibatkan para ulama dari dunia Arab dan Islam.
Program privatisasi
Sejak 1997,
dia telah meluncurkan program privatisasi dengan menghapus daftar
larangan berusaha dan membiarkan perusahaan publik tumbuh secara bebas.
Kebijakan luar negerinya lebih pro-Arab daripada Barat. Pada 1980, ia berhasil sebagai mediator perundingan dalam konflik Suriah-Yordania. Ia juga menjadi arsitek Perjanjian Taif 1989 yang mengakhiri perang sipil di Lebanon pada periode 1975-1990. Selain, meningkatkan kembali hubungan bilateral dengan Mesir, Suriah, dan Iran.
Seminar Arab Saudi-Palestina
Pada April 2001, Pangeran Abdullah menyelenggarakan seminar tentang sejarah hubungan Arab Saudi dan Palestina.
Seminar itu mendatangkan tokoh-tokoh Arab. Dalam seminar itu dibahas
isu dukungan Arab Saudi terhadap perjuangan rakyat Palestina sepanjang
sejarahnya dan dalam berbagai aspek. Dari seminar tersebut disimpulkan
bahwa Arab Saudi telah memberi dukungan besar perjuangan rakyat
Palestina meskipun Arab Saudi tidak termasuk negara Arab garis depan
yang berbatasan langsung dengan Israel.
Mediator
Konflik Arab-Israel
Dengan
bobot kapasitasnya di dunia Arab dan Islam, Arab Saudi senantiasa hadir
secara kuat dalam kancah konflik Arab-Israel. Pemerintah Arab Saudi
ikut menjadi mediator konflik militer Palestina-Yordania pada September 1970. Konflik ini dikenal dengan Black September. Konflik itu berakhir dengan keluarnya Yasser Arafat (1929-2005) dari Yordania menuju Lebanon.
Konflik internal Arab
Arab
Saudi juga tampil sebagai mediator dalam upaya menengahi perbedaan
pendapat antara Suriah dan Palestina dengan Mesir. Di pihak lain
menyusul meletusnya perang saudara di Lebanon tahun 1975. Upaya damai
tersebut dimaksudkan untuk memelihara kesatuan potensi kekuatan Arab
dalam menghadapi Israel, sehingga menjadi kekuatan tawar-menawar dalam
perundingan damai dengan Israel. Upaya damai Arab Saudi yang terkenal
adalah inisiatif damai yang ditawarkan Raja Fahd bin Abdul Aziz pada
forum KTT Arab tahun 1982 di Fez (Maroko).
Proposal damai dengan Israel
Saat
itu, Raja Fahd menawarkan inisiatif damai berdasarkan Resolusi PBB
Nomor 242 dan Nomor 338. Untuk pertama kalinya, negara-negara Arab siap
mengakui Israel sebagai negara yang bisa hidup berdampingan secara damai
dengan negara-negara Arab. Pertengahan Februari 2002, Pangeran Abdullah bin Abdul Aziz mengungkapkan kepada wartawan The New York Times bernama Thomas Friedman tentang proposal damai mengenai Israel.
Proposal yang disebut Proposal Damai Arab Saudi semakin strategis karena dilontarkan ketika negara-negara Arab bersiap menggelar KTT Arab di Beirut (Lebanon) pada 27-28 Maret 2002. Di samping itu, Proposal Damai Arab Saudi disampaikan ketika aksi kekerasan Israel-Palestina mencapai titik terburuknya sejak Intifada Al Aqsa pada 28 September 2000.
Proposal itu sendiri merupakan pengembangan inisiatif damai yang pernah
dilontarkan Raja Fahd 20 tahun berlalu. Ketika itu, Raja Fahd hanya
siap mengakui negara Israel. Tetapi, Pangeran Abdullah lebih jauh dari
itu yakni menjalin hubungan normal dengan Israel dalam semua aspek
kehidupan. Aspek itu seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, wisata,
dan sebagainya.
Diangkat sebagai Raja
Ia
semakin leluasa menjalankan pemerintahan setelah dinyatakan secara
resmi sebagai raja Arab Saudi sejak wafatnya Raja Fahd bin Abdul Aziz
pada 1 Agustus 2005. Sementera, Menteri Pertahanan Sultan bin Abdul Aziz
dinyatakan sebagai putra mahkota. Raja Abdullah bin Abdul Aziz dikenal
sebagai pemimpin Arab yang nasionalis juga modernis. Di bidang
sosial-politik, Abdullah menyelenggarakan dialog nasional yang
melibatkan berbagai kalangan masyarakat dan menggelar pemilihan langsung
anggota kota praja(Dewan Konsultatif) secara nasional awal tahun 2005.
Ia juga membuka kesempatan kepada para pemodal asing untuk menanamkan
investasi di bidang eksplorasi dan produksi gas.
Ia diresmikan menjadi Raja pada 3 Agustus 2005. Abdullah juga menjabat sebagai Perdana Menteri dan Komandan Garda Nasional Saudi. Dia diberikan jabatan Komandan Garda Nasional Saudi pada tahun 1963 dan jabatan Wakil Perdana Menteri pada Juni 1982.
Dari empat istrinya lahir sepuluh putra dan 10 putri. Sebelum menjadi
komandan Garda Nasional, ia menjabat Wali Kota Mekkah. Ia dikenal alim
dan sederhana. Ia tidak pernah diterpa masalah korupsi atau pun terlibat
gaya hidup para pangeran negeri Arab yang biasanya lekat dengan banyak
wanita dan kehidupan gemerlap.
No comments:
Post a Comment