Wednesday, February 6, 2013

RI Cari Peluang Bisnis di Arab Saudi

Liputan6.com, Jakarta : Sebagai rangkaian kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Afrika dan Timur Tengah, Kementerian Perdagangan kembali melakukan kegiatan Forum Bisnis di Jeddah, Arab Saudi, pada 4 Februari 2013.

Menurut Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Forum Bisnis ini sangat strategis bagi karena sebagai bagian dari kerjasama Selatan-Selatan, kedua negara akan memegang peranan penting dalam perekonomian dunia satu atau dua dekade ke depan.

"Di samping itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk mempererat hubungan perdagangan dan investasi kedua negara yang pernah memiliki sejarah hubungan politik dan ekonomi sebagai sesama negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI),” ujar Gita dalam siaran persnya, Selasa (5/2/2013).

Gita menjelaskan dalam kondisi pertumbuhan ekonomi yang melambat di negara-negara maju, motor penggerak pertumbuhan ekonomi global saat ini ditentukan oleh pasar negara berkembang dan pertumbuhan selatan.

Pada 2012, laju pertumbuhan ekonomi bagi negara-negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) adalah 1,2%, sedangkan bagi negara-negara BRIC (Brasil, Rusia, India, China) sebesar 3,8%. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh 6,3%, sedangkan Arab Saudi tumbuh 6%.

Pada kesempatan tersebut, Kemendag didukung oleh Kedutaan Besar RI di Riyadh, KJRI Jeddah dan ITPC Jeddah menyelenggarakan serangkaian kegiatan berupa forum bisnis, pertemuan one-on-one dan pertemuan business to business.

Gita memaparkan perkembangan makro ekonomi Indonesia serta potensi dan peluang perdagangan kedua negara. Diharapkan informasi yang disampaikan pada forum bisnis tersebut dapat memberikan pandangan baru yang positif tentang Indonesia, sehingga mendorong investasi dan arus perdagangan bagi kedua negara.

Kegiatan penting lainnya adalah pertemuan antara Presiden RI dengan Direksi Islamic Development Bank (IDB) dan para CEO Arab Saudi. Pertemuan tersebut diharapkan menghasilkan butir-butir strategis bagi peningkatan peluang hubungan perdagangan dan investasi kedua negara.

Gita berharap sektor perdagangan dan investasi kedua negara yang selama ini sudah berkembang dengan baik dapat terus ditingkatkan. Hal tersebut tentunya dapat membuka peluang-peluang baru di berbagai bidang yang mungkin selama ini belum digarap serius oleh kedua belah pihak.

"Dengan demikian, perdagangan dan investasi kedua negara semakin meningkat dan akan memperkecil defisit perdagangan antara kedua negara,” papar dia.

Sebagai negara tujuan ekspor Indonesia ke-22, neraca perdagangan Indonesia dan Arab Saudi pda 2011 mencapai nilai US$ 3,99 miliar yang memberikan surplus bagi Arab Saudi.

Sedangkan pada periode Januari-Oktober 2012, neraca perdagangan kedua negara sudah mencapai US$ 2,67 miliar atau turun 17,66% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pertumbuhan ekspor non migas Indonesia periode 2007-2011 mencapai 8,43%, dengan nilai tahun 2011 mencapai US$ 1,43 miliar. Pada periode Januari-Oktober 2012 nilai ekspor Indonesia senilai US$ 1,5 miliar atau naik 25,42% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun produk ekspor non migas utama Indonesia ke Arab Saudi diantaranya vehicles other than trains, wood, paper, man-made filaments serta fats, oils and waxes.

Sedangkan impor Indonesia dari Arab Saudi selama 2007-2011 tumbuh 8,92%, dengan nilai impor pada 2011 mencapai US$ 5,42 miliar. Periode Januari-Oktober 2012 nilai impor Indonesia turun 5,98% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau senilai US$ 4,18 miliar.

Adapun produk impor utama Indonesia dari negara ini adalah mineral fuels and oils, organic chemical, plastic & plastic articles, wood pulp & waste, man-made filaments, dan miscellaneous articles of base metals.

Produk-produk Indonesia yang potensial untuk dipasarkan di kawasan Arab Saudi dan Timur Tengah
antara lain produk elektronik, ikan olahan, busana muslim, makanan olahan, plastik dan produk
plastik serta furnitur.

Sedangkan jasa tenaga kerja terampil yang dibutuhkan oleh Arab Saudi diantaranya dari sektor pertambangan, infrastruktur, kedokteran, juru masak dan hospitality. (Ndw)


Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment