Oleh: Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz Sulaiman al-Qar’awi
Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (an-Nisaa: 48)
Penjelasan per-kata
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik: Tidak akan mengampuni hamba yang berjumpa dengnan-Nya (meninggal) dalam keadaan menyembah Allah Ta’ala bersamaan dengan itu dia juga menyembah selain-Nya, atau memalingkan bagi-Nya sesuatu dari macam-macam jenis ibadah kepada selain-Nya.
Dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari itu: Mengampuni seluruh dosa-dosa selain syirik.
Bagi siapa yang dikehendaki-Nya: Bagi siapa yang memohon ampunan kepada-Nya.
Barang siapa yang mempersekutukan Allah: Yakni menyembah Allah Ta’ala bersamaan dengan itu dia juga menyembah selain-Nya.
Penjelasan global
Bahwasanya perbuatan menyekutukan Allah Subhanahu wata’ala adalah dosa yang sangat sangat besar dan puncak dari segala dosa dan teramat keras hukumannya karena di dalamnya mengandung pelecehan terhadap Rabbuna Azza wajalla dan menyerupakan-Nya dengan makhluk. Allah Subhanahu wata’ala mengabarkan dalam ayat ini bahwasanya Dia tidak akan memgampuni dosa pelaku kesyirikan yang meninggal dalam kesyirikannya. Adapun yang meninggal dalam keadaan bertauhid dan dia mempunyai dosa maka sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala menjanjikan ampunan untuknya atas kehendak-Nya. Kemudian tidak akan memberikan ampunan kepada orang-orang musyrik dengan sebab amalan mereka yang dusta dengan menyembah Allah Ta’ala bersamaan dengan itu dia juga menyembah selain-Nya, dengannya ia mendapat dosa yang paling besar.
Faidah Ayat ini
1. Barangsiapa yang wafat dalam keadaan melakukan syirik besar (menyekutukan Allah Azza wajalla dengan sesuatu) wajib baginya neraka.
2. Barangsiapa yang wafat dalam keadaan bertauhid namun dia memiliki dosa-dosa besar maka Allah Azza wajalla akan mengampuni dosanya menurut kehendak-Nya.
3. Ayat ini merupakan bantahan untuk orang-orang khawarij yang mengkafirkan pelaku dosa besar, dan bantahan untuk orang-orang mu’tazilah yang berpandangan pelaku dosa besar kekal di neraka.
4. Penetapan sifat Allah Maha Berkehendak.
2. Barangsiapa yang wafat dalam keadaan bertauhid namun dia memiliki dosa-dosa besar maka Allah Azza wajalla akan mengampuni dosanya menurut kehendak-Nya.
3. Ayat ini merupakan bantahan untuk orang-orang khawarij yang mengkafirkan pelaku dosa besar, dan bantahan untuk orang-orang mu’tazilah yang berpandangan pelaku dosa besar kekal di neraka.
4. Penetapan sifat Allah Maha Berkehendak.
Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwasanya Allah Subhanahu wata’ala tidak akan mengampuni dosa syirik bagi pelakunya, maka wajib untuk takut berbuat syirik dan mewaspadainya.
[Dinukil dari kitab Al Jadid Syarhu Kitabut Tauhid, Karya asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz Sulaiman al-Qar’awi]
No comments:
Post a Comment