Kebiasaan Serampangan Menukil Berita: Fenomena Berita “Deportasi Orang Ganteng Di Saudi”
Beberapa waktu lalu tanah air kita dihebohkan dengan berita bahwa “negara
Saudi mendeportasi/mengusir orang hanya karena wajahnya yang ganteng”. Kemudian
berita ini dengan cepat menyebar di tanah air dengan berbagia media. Dan
parahnya yang membaca berita menelan bulat-bulat berita tersebut dan
memunculkan stigma negatif terhadap negara Saudi. Kita ketahui bersama bahwa
negara Saudi masih indentik dengan ajaran Islam, pusat agama dan kebudayaan
Islam di mata orang kafir dan orang Islam yang awam. Sehingga munculah celaan
dan makian atau sindiran pedas terhadap negara saudi bahkan bisa jadi celaan
ini mengarah ke agama Islam. Dan ironisnya ini dilakukan oleh kebanyakan orang
Islam.
Bagi orang yang mau berpikir sedikit, tentu mereka tidak mudah percaya
begitu saja. Apakah negara Saudi begitu bodohnya? Apakah di negara tersebut
tidak ada orang yang ganteng juga? Kalau ganteng langsung diusir? Atau negara
Saudi tidak ada kerjaan mengurus semacam ini? Atau inikah ajaran Islam? Tidak
boleh gantengkah dalam ajaran Islam? Tentu jawabannya tidak, masih banyak orang
yang lebih ganteng dari orang yang dideportasi tersebut di Saudi.
Akan tetapi kebiasaan masyarakat kita langsung menerima berita bulat-bulat
dan langusng menyebarkannya. Apalagi berita tersebut aneh, unik dan “menjual”.
Tanpa memikirkan benar atau tidaknya dan tanpa memikitkan akibatnya langsung
disebar saja. Apalagi media yang tidak bertanggung jawab, asal menyebarkan
berita saja, yang penting pengunjung dan pembeli banyak. Berikut sedikit
ulasan mengenai hal ini.
Larangan asal-asalan menyebarkan berita sebelum mengeceknya
Islam mengajarkan kita agar jangan setiap ada berita atau isu langsung
diekspos ke masyarakat secara luas. Hendaklah kita jangan mudah termakan berita
yang kurang jelas atau isu murahan kemudian ikut-kutan menyabarkannya padahal
ilmu kita terbatas mengenai hal tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذَا
جَاءهُمْ أَمْرٌ مِّنَ الأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُواْ بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ
إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِي الأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنبِطُونَهُ
مِنْهُمْ وَلَوْلاَ فَضْلُ اللّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لاَتَّبَعْتُمُ
الشَّيْطَانَ إِلاَّ قَلِيلاً
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan
ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka
menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah
orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari
mereka (Rasul dan Ulil Amri) . Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat
Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil
saja (di antaramu).” (An-Nisa: 83)
Syaikh Abdurrahman bin Nasir As-Sa’diy rahimahullah menafsirkan ayat
ini, “ini adalah pengajaran dari Allah kepada Hamba-Nya bahwa perbuatan
mereka [menyebarkan berita tidak jelas] tidak selayaknya dilakukan. Selayaknya
jika datang kepada mereka suatu perkara yang penting, perkara kemaslahatan umum
yang berkaitan dengan keamanan dan ketenangan kaum mukminin, atau berkaitan
dengan ketakutan akan musibah pada mereka, agar mencari kepastian dan tidak
terburu-buru menyebarkan berita tersebut. Bahkan mengembalikan perkara
tersebut kepada Rasulullah [pemerintah] dan yang berwenang mengurusi perkara
tersebut yaitu cendikiawan, ilmuan, peneliti, penasehat dan pembuat
kebijaksanan. Merekalah yang mengetahui berbagai perkara dan mengetahui
kemaslahatan dan kebalikannya. Jika mereka melihat bahwa dengan menyebarkannya
ada kemaslahatan, kegembiraan dan kebahagiaan bagi kaum mukminin serta menjaga
dari musuh, maka mereka akan menyebarkannya. Dan jika mereka melihat tidak ada
kemaslahatan [menyebarkannya] atau ada kemaslahatan tetapi madharat-nya
lebih besar, maka mereka tidak menyebarkannya.1
Sebaiknya kita menyaring dulu berita yang sampai kepada kita dan tidak semua
berita yang kita dapat kemudian kita sampaikan semuanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَفَى بِالْمَرْءِ
كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah sebagai bukti kedustaan seseorang bila ia menceritakan segala
hal yang ia dengar.”2
Berita mengenai hal ini ternyata berasal dari sumber berita Arab liberal
yang sebenarnya memusuhi Islam yaitu Elaph.com. media yang bermarkas di
kota London, Inggris. Bukan di Arab Saudi. Media ini adalah milik
jurnalis liberal Othman Al-Omeir, yang memang sengaja memilih London
sebagai basis dari medianya, agar bebas dari sensor pemerintahan
Arab Saudi dan bisa menawarkan sudut pandang liberal kepada pembacanya
dengan aman. Kemudian dinukil juga oleh situs barat luar negeri seperti
The Sun. Ironisnya media-media Indonesia juga menukil dari media ini.3
Tidak semua orang ganteng harus dideportasi
Jika memang semua orang ganteng harus dideportasi, maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam sendiri perlu dideportasi. Karena beliau termasuk orang
yang berwajah ganteng.
Anas radhiallahu anhu berkata,
كَانَأَجْوَدَالنَّاسِوَأَجْمَلَالنَّاسِوَأَشْجَعَالنَّاسِ
“Beliau adalah orang yang paling dermawan, paling tampan dan paling
pemberani”4
Al-Barra bin ‘adzib radhiallahu anhu berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , رَجُلا مَرْبُوعًا ,
بَعِيدَ مَا بَيْنَ الْمَنْكِبَيْنِ ، عَظِيمَ
الْجُمَّةِ إِلَى شَحْمَةِ أُذُنَيْهِ الْيُسْرَى ، عَلَيْهِ حُلَّةٌ حَمْرَاءُ ،
مَا رَأَيْتُ شَيْئًا قَطُّ أَحْسَنَ مِنْهُ ”
“Perawakannya sedang, dua bahunya bidang, memiliki rambut mencapai daun
telinga. Kulihat beliau mengenakan jubah warna merah, tidak pernah kulihat
yang sebagus itu.”5
Al-Barra bin ‘Adzib radhiallahu anhu pernah ditanya,
أَكَانَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مثل السَّيْفِ ؟ قَالَ : ” لا ، بَلْ مثل الْقَمَرِ ” .
“Apakah wajah beliau seperti pedang?” Dia menjawab, “Tidak, tetapi
wajah beliau seperti rembulan.” 6
Dan berbagai dalil lainnya yang menunjukkan fisik Rasulullah yang baik,
wajah yang tampan dan ditambah lagi akhlak yang sempurna.
Ganteng dan bermasalah, baru dipertimbangan untuk dideportasi
Jika orang yang ganteng tersebut bermasalah atau menimbulkan masalah maka
seperti ini yang perlu dideportasi atau dijauhkan dari daerahnya, yaitu ketika
berpotensi menimbulkan fitnah. Misalnya fitnah terhadap para wanita, karena
hati mereka itu umumnya lemah dan mudah terpengaruh dengan dunia sehingga mudah
terfitnah.
Kita bisa melihat sendiri kenyataan di sekitar kita, bahwa foto laki-laki
yang dideportasi tersebut cepat menyebar di kalangan wanita, dipuji-puji bahkan
fotonya di simpan, ini juga dilakukan oleh mereka yang sudah mempunyai suami.
Apakah para suami tidak cemburu dan marah? Wanita mudah membanding-bandingkan
sehingga mereka tidak akan qanaah (puas) dengan suami mereka jika sudah
melihat pembanding yang lebih. Ini memang sifat dasar wanita pada umumnya yang
diberitakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau
bersabda,
“Aku melihat neraka dan aku melihat sebagian besar penduduknya adalah
kaum wanita. Mereka (para sahabat) bertanya, ‘Mengapa demikian wahai
Rasulullah?
يكفرنالعشيرويكفرنالإلحسان,
لوأحسنتالىإحداهنالدهر, ثمرأتمنكشيأقالت: مارأيتمنكخيرقط
Mereka mendurhakai suami dan mengingkari kebaikannya.
Sekiranya seorang dari mereka engkau perlakukan dengan baik sepanjang masa,
lalu ia melihat sesuatu (kesalahan) darimu, ia akan berkata, ‘Aku tidak
pernah melihat satu pun kebaikan darimu selama ini.”7
Dan berita sebenarnya adalah bahwa orang-orang dari Abu Dhabi termasuk tiga
orang yang dideportasi membuat masalah di festival Janadriyah. Mereka sudah
diperingatkan oleh bagian keamanan saudi akan tetapi mereka malah melawan.
Akhirnya pemerintah saudi menempuh langkah tegas dengan mendeportasi mereka.
Ada ajaran Islam mengenai deportasi orang ganteng bermasalah
Hal ini dicontohkan oleh Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu. Berikut
kisahnya:
بينما عمر بن الخطاب يعسّ ذات ليلة في خلافته فإذا امرأة تقول: هل من سبيل إلى خمر فأشربها …أو من سبيل إلى نصر بن حجّاج فلما أصبح سأل عنه، فأرسل إليه،
فإذا هو من أحسن الناس شعرا وأصبحهم وجها، فأمره عمر أن يطمّ شعره، ففعل، فخرجت
جبهته فازداد حسنا، فأمره أن يعتمّ فازداد حسنا، فقال عمر: لا والّذي نفسي بيده لا تجامعني ببلد، فأمر له بما يصلحه
وصيّره، إلى البصرة،
“Suatu waktu Umar radhiallahu ‘anhu jalan-jalan di malam hari (salah satu
kebiasaan beliau meilhat-lihat keadaan rakyatnya), melaksanakan tugas sebagai
khalifah. Tiba-tiba ada seorang perempuan berkata, ( memanggil-manggil nama
Nashr bin Hajjaj. Dia berangan-angan untuk bertemu Nashr, sampai tidak bisa
tidur. Wanita ini bersyair)
Apakah ada jalan mendapatkan arak agar saya dapat meminumnya
Atau apakah ada jalan untuk menemui Nashr bin Hajjaj.
Pagi harinya, Umar mencari identitas Nashr bin Hajjaj. Ternyata dia berasal
dari Bani Sulaim. Seketika Umar radhiyallahu ‘anhu menyuruh Nasrh untuk
menghadap. Ternyata Nashr bin Hajjaj ialah orang yang pandai bersyair, sangat
bagus rambutnya dan sangat tampan wajahnya.
Kemudian Umar memerintahkan agar rambutnya digundul. Dia pun
menggundul rambutnya. Tapi ternyata dia semakin tampan. Lantas Umar
memerintahkan agar dia memakai surban. Setelah memakai surban, justru menambah
ketampanananya dan menjadi hiasan baginya. Lalu Umar radhiallahu ‘anhu berkata,
“ demi Dzat yang jiwaku berada ditangannya, engkau tidak akan bersamaku dalam satu
negara (riwayat yang lain: Tidak akan tenang bersamaku seorang laki-laki yang
dipanggil-panggil oleh perempuan).” Kemudian Umar radhiallahu ‘anhu mengutusnya
ke Bashrah (dalam riwayat lain, memberinya harta yang banyak dan dia dan diutus
ke Bahsrah untuk berdagang sehingga ia sibuk, tidak menyibukan diri dengan
wanita)”.8
Tentunya Umar bin Khattab tidak melakukannya sembarangan tetapi dengan
menimbang mashalat dan masfsadah. Serta mendahulukan mashlahat orang banyak (para
wanita) daripada mashalat pribadi (laki-laki ganteng). Dan tidak semuanya
dideportasi karena di zaman Umar orang ganteng tidak sedikit atau jarang sekali
bahkan ada juga sahabat lain yang memiliki wajah lebih ganteng.
Demikian semoga bermanfaat.
—
1 Taisir Karimir Rahmah hal 170, Daru
Ibnu Hazm, Beirut, cetakan pertama, 1424 H
2 HR. Muslim
3 Silahkan baca lebih lengkap di: http://www.facebook.com/notes/zulkifli-dm/dilarang-terlalu-ganteng-di-arab-saudi-benarkah-/10151631279236974
4 HR al-Bukhâri dan Muslim
5 As-Syamail Al-Muhammadiyah hadits
nomor 3.
6 As-Syamail Al-Muhammadiyah hadits
nomor 10.
7 HR. Bukhari dan Muslim
8 Al-Ishabah 6/383, Darul Kutu
Al-‘Ilmiyyah, Beirut, 1415 H, syamilah. penulisnya Al-Hafidz Ibn Hajar
menshahihkan kisah ini
Penulis: dr. Raehanul Bahraen
Artikel www.muslim.or.id
Terkait : http://saudi-tauhid-sunnah.blogspot.com/2013/04/deportasi-orang-ganteng-dalam-syariat.html
Artikel www.muslim.or.id
Terkait : http://saudi-tauhid-sunnah.blogspot.com/2013/04/deportasi-orang-ganteng-dalam-syariat.html
No comments:
Post a Comment