25 Apr 2013
Definisi
Tathayyur
Tathayyur adalah:”Menganggap sial karena
sesuatu yang dilihat atau didengar”[1].
Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-‘Utsaimin berkata: “Jika engkau menghendaki maka katakanlah: Tathoyyur
adalah anggapan sial terhadap sesuatu yang dilihat, didengar, dan diketahui.
Sesuatu yang dilihat seperti: jika seseorang melihat seekor burung lalu dia
menganggap sial karena keadaannya yang menakutkan. Sesuatu yang didengar
seperti: seseorang menginginkan sesuatu, lalu dia mendengar seseorang berkata
kepada orang lain: “Wah, rugi!”, atau “Wah, gagal”, lalu dia menganggap sial.
Sesuatu yang diketahui seperti: anggapan sial terhadap sebagian hari-hari,
sebagian bulan-bulan, atau sebagian tahun-tahun”[2].
Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu
Syaikh berkata: “Asal tathayyur adalah dengan (anggapan sial terhadap) gerakan
ke arah kanan dan ke arah kiri dari burung, kijang, dan lainnya. Dahulu, hal
itu membuat orang-orang jahiliyah membatalkan apa yang akan mereka kerjakan,
maka syari’at Islam meniadakannya dan menghapusnya. Syari’at Islam
memberitahukan bahwa itu tidak memiliki pengaruh di dalam mendatangkan kebaikan
atau menolak bahaya”[3].
Contoh-contoh Tathayyur
·
Menganggap sial hari Rabu atau bulan Syawwal, Dari
A’isyah-radiallohu anha- dia berkata:
تَزَوَّجَنِي
رسول اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- في شَوَّالٍ وَبَنَى بِي في شَوَّالٍ فَأَيُّ
نِسَاءِ رسول اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم-
كان أَحْظَى عِنْدَهُ مِنِّيْ.
“Rasulullah-shallallahu
alaihi wasallam-menikahi saya pada bulan Syawwal dan beliau membina rumah
tangga denganku pada bulan Syawwal, maka siapakah istri Rasulullah yang lebih
beruntung dari ku”[4].
“Di sini A’isyah membantah keyakinan
masyarakat jahiliyah dan keyakinan orang-orang awam tentang jeleknya menikah,
menikahkan atau mulai membina rumah tangga pada bulan Syawwal, dan ini
merupakan perkara batil dan tidak berdalil, serta merupakan tradisi peninggalan
jahiliyyah di mana mereka menganggap sial akan bulan Syawwal ini”[5].
·
Orang-orang
Syi’ah tidak suka mengucapkan angka sepuluh atau melakukan sesuatu yang
berjumlah sepuluh, hal ini karena kebencian mereka yang begitu parah terhadap al-Asyrah al-Almubassyarun
Bil Jannah (sepuluh sahabat yang dijanjikan Rasulullah masuk surga)[6].
·
Sebagian
orang menganggap sial bila bertemu dengan orang buta, Ibnul Qoyyim menceritakan
bahwa:”Ada seorang penguasa yang keluar rumahnya untuk suatu urusan lalu ada
seorang buta menemuinya, kemudian penguasa itupun menganggap dirinya sial
karena bertemu orang yang buta tadi, maka diapun memenjarakannya, lalu sekembalinya
dari keperluan penguasa itupun melepaskan orang buta itu, lantas si buta itu
bertanya:”Apa salahku, mengapa aku dipenjara? Dijawab:”Aku menganggap sial
bertemu denganmu”, dia berkata:”Lalu apa yang engkau temukan akibat sial dengan
melihatku hari ini? Dia menjawab:”Tidak ada apa kecuali kebaikan”, dia
berkata:”Aku keluar dari rumahku hari ini lalu bertemu denganmu, maka akupun
mendapat bencana yaitu dipenjara, sedangkan engaku melihatku ketika keluar
rumah dan justru engkau hanya menglami kebaikan, lalu siapa sebenarnya yang
lebih sial?[7].
·
Sebagian
orang menganggap sial bulan shafar. Sebagian
orang apabila keluar rumah dengan mobil lalu salah satu roda mobil pecah maka ini dianggap kesialan, lantas merekapun tidak jadi berangkat.
Menganggap
sial angka 13.Menganggap
sial apabila menikah di bulan Muharram.Dan
lain-lain.
Dalil-dalil Pelarangan Tathayyur
Larangan tatahyyur dijelaskan oleh Rasulullah dalam banyak hadits-hadits
shahih, di antaranya adalah:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ رَدَّتْهُ
الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا
كَفَّارَةُ ذَلِكَ قَالَ أَنْ يَقُولَ أَحَدُهُمْ اللَّهُمَّ لَا خَيْرَ إِلَّا
خَيْرُكَ وَلَا طَيْرَ إِلَّا طَيْرُكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ
“Dari Abdulloh bin ‘Amr, dia berkata:
Rosululloh-shallallahu alaihi wasallam-bersabda: “Barangsiapa dibatalkan oleh
thiyaroh dari suatu keperluan maka dia telah melakukan syirik!”. Para sahabat
bertanya: “Wahai Rasululloh, apakah kaffarohnya?”. Beliau menjawab; “Dia
mengatakan: “Wahai Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikanMu, tidak ada
kesialan kecuali kesialan yang telah Engkau takdirkan, dan tidak ada ilah yang
haq kecuali Engkau”[8].
Dalam
hadits lain dari Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah bersabda:
الطِّيَرَةُ شِرْكٌ الطِّيَرَةُ
شِرْكٌ ثَلَاثًا وَمَا مِنَّا إِلَّا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ
“Tathayyaur adalah syirik, tathayyur
adalah syirik, (tiga kali). Dan tidaklah dari kita kecuali (ditimpa oleh
tathayyur), tetapi Alloh menghilangkannya dengan tawakkal”[9].
Rasulullah-shallallahu alaihi
wasallam-juga bersabda:
لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ وَلاَ
هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ
“Tidak
ada penyakit menular (yakni dengan sendirinya), dan tidak ada thiyaroh
(tathoyyur),haamah dan shafar”[10].
Tathayyur
Bertentangan Dengan Tauhid
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin berkata: “Ketahuilah bahwa tathayyur bertentangan dengan tauhid. Dan sisi pertentangannya dari dua sisi:
Pertama: bahwa orang yang bertathoyyur memutuskan tawakalnya kepada Allah dan dia bersandar kepada selain-Nya.
Kedua: bahwa dia bergantung kepada perkara yang tidak ada hakekatnya. Apakah hubungan antara perkara itu dengan apa yang terjadi padamu? Tidak ada keraguan, ini merusakkan tauhid. Karena tauhid adalah ibadah (ketundukan mutlak) dan isti’anah (memohon pertolongan). Alloh Ta’ala berfirman:
إِيَّاكَ
نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.(Al-Fatihah: 5)
فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ
Maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. (Huud: 123)
[1]
Miftah Dar as-Sa’adah 3/311.
[2]
Al-Qaulul Mufid Syarh Kitab at-Tauhid hlm.361.
[3]
Fathul Majid hlm.278, lihat juga catatan kaki no.1 Mausu’ah al-Manahi
as-Syar’iyyah 1/102 oleh Syaikh Salim
al-Hilaly.
[4]
HR.Muslim no.1423.
[5]
Syarah Shahih Muslim 9/209.
[6]
Minhajus Sunnah an-Nabawiyyah 1/38.
[7]
Miftah Dar as-Sa’adah 3/272.
[8]
Silsilatul Ahadits as-Shahihah no.1065.
[9]
HR.Abu Dawud no.3910 dan dishahihkan oleh al-Albany, at-Tirmidzy
no.1614, Ibnu Majah no.3538, al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no.909.
[10]
HR.al-Bukhari no.5757, Muslim no.2220, Ibnul Araby berkata:”Haamah
adalah sejenis burung hantu, dahulu mereka bertathayyur dengannya, maka apabila
ada burung hantu yang hinggap di sebuah rumah mereka mengatakan: ‘burung hantu
ini menandakan kematianku atau kemtian salah seorang keluargaku, maka datanglah
hadits ini untuk membatalkan keyakinan itu, adapun makna Shafar pada
hadits di atas maka para ulama mengatakan bahwa dahulu mereka tathayyur dengan
bulan shafar, mereka mengatakan: bulan ini adalah bulan sial, Ibnu Rajab
berkata:”Bisa jadi inilah pendapat yang paling benar, tathayyur dengan bulan
Shafar termasuk tathayyur yang dilarang, sama halnya dengan tathayyur dengan
hari Rabu atau bulan Syawwal” (Fathul Majid hlm.409).
No comments:
Post a Comment