Tauhid Bukan Sekedar Percaya Adanya Tuhan
Tauhid dibagi menjadi 3 macam yakni
tauhid rububiyah, uluhiyah dan tAsma dan sifat. Mengamalkan tauhid dan menjauhi
syirik merupakan konsekuensi dari kalimat syahadat yang telah diikrarkan oleh
seorang muslim.
Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman: "Dan sesungguhnya Kami
telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah
(saja), dan jauhilah Thaghut itu" (QS An-Nahl: 36)
"Padahal
mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan" (QS At-Taubah: 31)
"Maka
sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya
kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)" (QS Az-Zumar:
2-3)
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus" (QS Al-Bayinah: 5)
Sebagian kaum
muslimin yang beranggapan bahwa apabila seorang itu telah mengakui adanya
Tuhan, maka dia sudah dikatakan bertauhid. Mereka lupa bahwa ini hanyalah
bagian dari tauhid, bahkan hanya bagian kecil darinya. Dan belumlah seseorang
itu dianggap bertauhid hanya dengan bagian yang ini saja. Sedangkan bagian tauhid yang
lain bahkan yang paling pokok di antaranya justru tidak faham. Setiap orang
wajib mengesakan Alloh dalam rububiyah, uluhiyah dan asma wa shifat-Nya. Jika ketinggalan satu saja dari
ketiga tauhid tersebut belumlah dia dikatakan sebagai seorang yang bertauhid.
Lihatlah kaum
musyrik quroisy, bukankah mereka juga mengakui adanya Alloh, bahkan bukankah
mereka juga menyembah Alloh? Kenapa mereka masih diperangi oleh Rosululloh?
Alloh berfirman:
“Katakanlah: ‘Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi,
atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan
siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati
dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka
akan menjawab: ‘Alloh’. Maka katakanlah: ‘Mengapa kamu tidak betakwa
(kepada-Nya)?” (Yunus: 31)
Syirik Bukan
Sekedar Sujud Kepada Patung
Dan (ingatlah)
ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". QS
Lukman : 13
Terangkanlah kepadaku tentang
orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Apakah kamu dapat menjadi
pemelihara atasnya? atau Apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu
mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). QS Al
Furqan : 43-44
Syirik adalah
menyamakan selain Alloh dengan Alloh dalam perkara yang menjadi kekhususan atau
hak bagi Alloh. Dari definisi ini, maka jelaslah bagi kita syirik itu tidak
hanya sebatas menyembah dan sujud kepada berhala, patung, matahari dan
lain-lain, namun lebih luas daripada ini.
Kita lihat juga
kaum musyrik yang diperangi oleh Rosululloh shollallohu ‘alaihi wassalam dulu, apakah mereka murni
benar-benar menyembah atau sujud kepada berhala dan yang lainnya hanya karena
mereka batu dan pohon? Ternyata tidak, Alloh menceritakan ucapan mereka:
“Tidaklah kami menyembah mereka melainkan agar mereka dapat
mendekatkan kami kepada Alloh dengan sedekat-dekatnya.” (Az-Zumar: 3).
Mereka
menyembah berbagai sesembahan tersebut dengan harapan akan memerantarai pada
Alloh.
Syirik juga
tidak terhenti di sini, ada juga syirik dalam ketaatan. Tatkala Rosululloh shollallohu
‘alaihi wassalam membacakan ayat:
“Mereka
menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tandingan (tuhan)
selain Alloh.” (At-Taubah: 31).
Sahabat Adi bin Abi Hatim yang pada waktu itu baru masuk Islam menyanggah: “Tidaklah kami
itu menyembah mereka”. Maka Rosululloh menjawab: “Bukankah mereka mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Alloh lalu
kalian pun ikut mengharamkan, dan bukankah mereka menghalalkan apa yang
diharamkan oleh Alloh lalu kalian pun ikut menghalalkan?” Maka Adi
bin Abi Hatim pun menjawab: “Benar”. Rosululloh berkata: “Itulah
peribadahan kepada mereka”.
Lalu sekarang,
betapa banyak kaum muslimin yang mereka ikut menghalalkan yang semestinya harom
dengan landasan hawa nafsu? Na’udzu billah.
Syirik tidak
hanya terbatas pada amalan badan, namun juga amalan hati dan lisan. Alloh
berfirman:
“Dan diantara
manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Alloh; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Alloh. Adapun orang-orang yang
beriman amat sangat cintanya kepada Alloh.” (Al Baqoroh: 165)
Realita yang
Ada di Masyarakat Sekarang Ini
Sungguh aneh
masyarakat kita sekarang ini, mereka akan begitu sangat marah apabila ada orang
non islam yang mempropagandakan agama mereka dan mengajak orang lain kepada agama
mereka. Namun pada saat yang sama, dia telah membiarkan dirinya, anak-anaknya
dan keluarganya untuk diseret dan dipengaruhi oleh kesyirikan dan dijauhkan
dari aqidah yang lurus, yakni dengan membiarkan di rumahnya sebuah televisi
yang tiap harinya selalu dijejali dengan acara-cara kesyirikan. Seolah-olah
mereka mengatakan:
“Mari silakan
masuk, ajari dan pengaruhi keluarga kami dengan
acara-acara syirik, bid’ah dan maksiat kalian”. Serta banyak dari saudara-saudara kita yang mengagung-agungkan makam
orang-orang Sholeh (wali Songo), Habib, Syech dll. Na’udzu
billah!!
Bukankah ini
terjadi karena tidak fahamnya mereka terhadap apa itu syirik ancaman
dan bahayanya? Ataukah merasa juga telah merasa aman dan jauh akan terjatuh di
dalamnya?
Anak-anak kita
sudah terbiasa disuguhi dengan film tentang peri, hantu, dukun, sihir,
jimat-jimat dan film misteri yang penuh kesyirikan. Sementara anak mudanya
tenggelam dalam ramalan bintang/zodiak. Sadarlah wahai saudaraku! itu semua
adalah termasuk amalan-amalan kesyirikan.
Dengan Dalih
Budaya dan Adat Istiadat
Lebih ironi
lagi, ternyata kita juga hidup disuatu masyarakat yang diantara adat istiadat
dan budaya mereka merupakan amalan-amalan kesyirikan. Ketika kita mengingatkan
mereka ternyata mereka malah balik menuduh bahwa kita adalah orang yang kaku
dan tidak faham terhadap esensi dan transformasi nilai. Namun sayang ketika
mereka berusaha untuk dijelaskan dan diajak untuk “sedikit” berpikir, hati
mereka sudah diliputi oleh dua penyakit yaitu taqlid (ikut-ikutan) dan ta’ashshub
(fanatik). Kalau begitu, bagaimana kebenaran ini akan sampai?
Alloh
berfirman: “Dan
apabila dikatakan kepada mereka: ‘Ikutilah apa yang telah diturunkan Alloh,’
mereka menjawab: ‘(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami
dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.’ (Apakah mereka akan mengikuti
juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan
tidak mendapat petunjuk?” (Al-Baqoroh: 170)
Kita lihat di
sana ada acara nyadran, sekaten, ngelarung, sedekah bumi/laut, suronan dan
lain-lain, yang mana acara-acara itu di masyarakat kita sudah mendarah daging,
bahkan sudah menjadi komoditi bisnis dan mata pencaharian. Sungguh ironi,
mereka beralasan bahwa ini adalah budaya nenek moyang yang harus dilestarikan. Allohu akbar!!
Inilah alasan yang menjadi jurus pamungkas kaum musyrikin zaman Rosululloh shollallohu
‘alaihi wassalam tatkala mulut mereka tidak mampu lagi menjawab
hujjah Alloh, Na’udzu
billah.
Mengingat akan
parahnya keadaan ini, maka sudah menjadi tugas kita semua untuk saling
mengingatkan dan terus untuk mengingatkan.
“Dan tetaplah
beri peringatan, karena peringatan itu memberikan manfaat terhadap orang-orang
yang beriman.” (Adz-Dzariyat: 55)
http://persisalmujaddid.blogspot.com/2013/05/tauhid-vs-syirik.html
No comments:
Post a Comment