Wednesday, January 30, 2013

Saudi beri uang informan narkotik

Saudi beri uang informan narkotikmerdeka.com. Pemerintah Arab Saudi baru-baru ini menyatakan akan memberikan uang kepada siapa saja dapat memberikan informasi mengenai adanya penyelundupan obat-obat terlarang kepada polisi. 

Situs emirates247.com melaporkan, Selasa (29/1), Negeri Dua Kota Suci itu telah mengumumkan bagi siapa saja dapat melaporkan adanya obat-obatan terlarang ke polisi maka pemerintah Saudi akan memberikan uang setengah dari harga nilai narkotik itu.

"Apakah dia warga Saudi atau orang asing yang berhasil melaporkan penyelundupan narkotik kepada polisi maka akan dibayar setengah dari nilai narkotik itu," kata Asisten Direktur Departemen Pencegahan Obat terlarang Arab Saudi, Abdul Ilah al-Sharif.

Dia menjelaskan jika ada yang berhasil menggagalkan penyelundupan narkotik senilai 97 miliar, maka orang itu akan mendapat uang setengahnya. Ini tentunya akan membuat Anda menjadi jutawan.

"Sementara setengah dari nilai narkotik itu juga akan diberikan kepada tim polisi yang berhasil menangkap penyelundup itu," ujar Sharif.

Arab Saudi merupakan negara dengan perkembangan ekonomi tercepat dengan populasi sekitar 28 juta jiwa. Pemerintah Saudi dilaporkan telah menangkap dan memenggal kepala ratusan penyelundup narkotik.
[fas]

Wanita Saudi Boleh Bekerja di Biro Investigasi

Hidayatullah.com—Menteri Dalam Negeri Saudi Pangeran Muhammad Nayif mengeluarkan surat keputusan yang memperbolehkan para wanita yang memenuhi kualifikasi untuk bekerja di Biro Investigasi Umum.

Menurut sebuah sumber dari Biro Investigasi Kanada di ibukota Ottawa, menteri Saudi tersebut mengumumkan hal itu kepada delegasi yang berpartisipasi dalam Hari Karir yang berakhir kemarin, lapor koran Saudi Al-Watan yang dikutip Al-Arabiya (28/1/2013).

Jenderal Muhsin al-Shiani, direktur Divisi Perencanaan di Biro Investigasi Umum dan pimpinan delegasi Saudi, mengatakan bahwa posisi wanita dalam lembaganya difokuskan pada bidang sosial dan kemanusiaan. Para wanita itu nantinya juga akan berinteraksi dengan para narapidana dan tahanan, serta melakukan kajian sosial dan pekerjaan adminstrasi.

Shiani menyatakan lapangan kerja baru bagi wanita Saudi itu akan disesuaikan dengan aturan Islam.

Al-Watan melaporkan, banyak wanita Saudi yang antusias dengan peluang pekerjaan baru bagi mereka.*

Saudi Pisahkan Penjaga Toko Pria dan Wanita dengan Dinding

RIYADH, — Pemerintah Saudi memerintahkan toko-toko yang mempekerjakan laki-laki dan perempuan untuk membangun dinding pemisah guna menegakkan hukum pemisahan jender yang ketat di kerajaan itu .

Peraturan tersebut dikeluarkan Menteri Tenaga Kerja Adel Faqih dan mendapat cap persetujuan Abdullatif Al Sheikh, kepala Komisi Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan, yang umum dikenal sebagai Mutawa dan polisi agama, lapor sejumlah harian Saudi, Senin (28/1).

Peraturan itu menetapkan sebuah tembok pemisah, yang tidak boleh lebih pendek dari 1,6 meter, harus didirikan untuk memisahkan para pekerja laki-laki dan perempuan.

Tuesday, January 29, 2013

Kisah Syaikh Muhammad bin Abdulwahhab Menguji Tingkat Pemahaman Murid-Muridnya Terhadap Tauhid

Syirik 2Dahulu Syaikh Muhammad –rahimahullah- menulis Kitab At Tauhid. Beliau mensyarahnya untuk murid-muridnya dan mengulang-ulang pembahasan-pembahasannya kepada mereka. para muridnya kemudian berkata kepadanya, “Wahai Syaikh, kami ingin engkau merubah pelajaran ini dengan pelajaran yang lain, seperti kisah, sirah dan sejarah.” Syaikh berkata, “Kita akan pertimbangan hal itu insya Allah.”

Esok harinya Syaikh menemui mereka dengan raut wajah yang sedih dan seperti sedang berfikir. Para muridnya pun bertanya kepadanya sebab kesedihannya.

“Aku mendengar di desa tetangga seorang laki-laki menempati rumah baru. Namun ia khawatir diganggu oleh jin, dan ia pun menyembelih seekor ayam jago untuk jin tersebut di depan pintu rumahnya, dalam rangka taqarrub kepada jin. Aku telah mengutus seseorang untuk mengecek tentang perkara ini.” Syaikh menjelaskan.

Ternyata, para muridnya tidak begitu terpengaruh dengan berita tersebut. Mereka hanya mendoakan laki-laki itu dengan hidayah dan mereka pun diam.

Esok harinya lagi, syaikh bertemu kembali dengan mereka dan berkata,
“Kita telah mengecek tentang kabar kemarin. Ternyata perkaranya tidak seperti yang sampai kepadaku. Laki-laki itu ternyata tidak menyembelih seekor ayam jantan untuk taqarrub kepada jin, akan tetapi ia telah berzina dengan ibunya.”

Spontan para muridnya menjadi sangat emosi. Mereka mencela dan terus mencela. Mereka berkata, orang itu harus dingkari, harus dinasehati, harus dihukum.. mereka sangat gaduh dan ramai.

Syaikh kemudian berkata, “Sungguh aneh urusan kalian itu, demikian kalian mengingkari orang yang terjatuh kepada dosa besar, padahal ia tidak sampai keluar dari agama Islam (murtad –pent) karenanya, namun kalian tidak mengingkari orang yang terjatuh kepada perbuatan syirik, menyembelih untuk selain Allah dan beribadah kepada selain-Nya.

Para murid pun terdiam. Lalu Syaikh memerintahkan salah satu dari mereka, “Ambillah kitab tauhid, kita akan menjelaskannya kembali..”

[Dinukil dari kitab "Irkab Ma'anaa" Syaikh Dr. Muhammad Al Arify]
sumber : sabilulilmi.wordpress.com

Saturday, January 26, 2013

Ditanya Tentang Maulid Nabi, Syaikh Bin Baz Menangis Tersedu-Sedu

JAKARTA (gemaislam) - Setiap tahun, acara maulid nabi selalu dirayakan dengan semarak. Di beberapa kota di Indonesia, seperti Jakarta, sudah menjadi pemandangan yang lumrah jika menjelang bulan Rabi’ul Awal banyak terpajang poster dan spanduk besar berupa ucapan selamat dan ajakan untuk merayakan hari kelahiran nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Biasanya spanduk besar yang dipajang dipinggir jalan itu selalu menampilkan gambar tokoh tertentu dengan gaya dan ekspresi yang berbeda-beda.

Meski tidak memiliki sandaran hukum  dalam syar’iat,  berbagai macam cara dilakukan dalam rangka perayaan tersebut. Ada yang mengadakan dzikir ramai-ramai di lapangan, pengajian, dan  pembacaan kitab barzanji, dan lain-lain.

Seorang ulama besar asal Arab Saudi yang juga mantan ketua lembaga fatwa, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz,  pernah ditanya tentang perayaan tersebut. Beliau menjawab dengan tegas bahwa acara tersebut tidaklah menunjukkan kecintaannya kepada nabi.

“Merayakan maulid bukanlah cara yang tepat untuk menunjukkan kecintaaan kita kepada Rasulullah. Dan pada kenyataannya Ahlussunnah lebih mencintai Rasulullah daripada ayah-ayah dan ibu-ibu mereka dan daripada diri mereka sendiri,” katanya.

Lebih lanjut, ulama yang biasa dipanggil dengan syaikh Bin Baz itu membawakan sabda nabi. “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah (sempurna) iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada orangtuanya, anaknya dan segenap umat manusia,” Ujarnya.

Kemudian, ulama yang kini telah tiada itu membawakan perkataan  kholifah yang kedua. “Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu berkata kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku sendiri.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak, demi Allah yang jiwaku berada di tanganNya, (tidak benar) sampai aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.” Kemudian Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu berkata, “Wahai Rasulullah, sekarang engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sekarang (engkau benar) wahai Umar” paparnya.

Kemudian beliau melanjutkan penjelasannya, bahwa Ahlussunnah beriman bahwasanya Rasulullah lebih mereka cintai daripada segala sesuatu setelah Allah. Yang paling dicintai oleh Ahlussunnah adalah Allah kemudian Rasulullah manusia termulia dari kalangan mereka. Kemudian nabi-nabi lain yang kedudukannya setelah Nabi kita. Dan kita mengikuti jalan mereka (ahlussunnah).

Setelah itu  syaikh  Bin Baz  -rahimahullaah- menangis tersedu-sedu, sambil berkata: “Allah yang menjadi saksi. Bahwasanya Rasulullah adalah orang yang paling kami cintai setelah Allah. Daripada diri kami sendiri, daripada harta-harta kami, anak-anak kami dan segalanya. Demi Allah! Seandainya Rasulullah mengajarkan untuk merayakan maulid ini, tentu kami akan merayakannya. Akan tetapi beliau tidak mengajarkannya tidak juga dari kalangan sahabat yang pernah merayakan maulid,” tutupnya. (bms)

Dengarkan rekamannya  disini

Wednesday, January 23, 2013

NORMA-NORMA PENTING SEBELUM MENJATUHKAN VONIS KAFIR

oleh : Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi

NORMA-NORMA PENTING SEBELUM MENJATUHKAN VONIS KAFIRSetiap muslim sampai yang awwam sekali pun, insya Allah mengerti bahwa membunuh merupakan salah satu perbuatan dosa besar yang dilarang dalam agama Islam. Namun, bagaimana halnya jika ada orang ahli ibadah yang meyakini bahwa membunuh kaum muslimin, merampok harta mereka dan menodai kehormatan wanita muslimah, termasuk satu bentuk ibadah yang paling agung? Di bawah ini, kami membawakan dua contoh nyata yang terjadi di zaman dahulu kala dan di zaman ini, yang menggambarkan adanya jenis tipe manusia di atas:
  1. Suatu hari Imran bin Hithan, ulama sekte Khawarij, bersyair memuji Ibnu Muljam1, pembunuh Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib a~:
يَا ضَرْبَةً مِنْ تَقِيِّ مَا أَرَادَ بِهَا
إِلاَّ لِيْبْلُغَ مِنْ ذِيْ الْعَرْشِ رِضْوَاناَ
إِنِّيْ لأَذْكُرُهُ يَوْمًا فَأَحْسِبُهُ
أَوْفَى الْبَرِيَّةِ عِنْدَ اللهِ مِيْزَانَا

Alangkah mulianya sabetan pedang orang yang bertakwa (Ibnu Muljam).
Dia tidak memiliki tujuan, selain menggapai ridho Allah Ta’ala.
Setiap aku teringat dirinya, aku selalu berharap
Bahwa dialah yang paling berat timbangan amal kebaikan di sisi Allah Ta’ala.2
  1. Para pelaku pengeboman yang belakangan ini cukup marak di berbagai penjuru dunia, dan banyak kaum muslimin yang menjadi korban tindak pengeboman tersebut. Apakah ketika mereka menjalankan tindak kriminal itu, mereka menganggapnya sebagai perbuatan dosa? Atau justru sebuah ibadah mulia yang diyakini akan mengantar pelakunya ke derajat paling tinggi di surga bersama para syuhada?!
Mengapa mereka meyakini tindak kejahatan itu sebagai amal shalih? Apakah seluruhnya itu dilakukan tanpa adanya latar belakang ideologi tertentu? Ideologi rusak yang mendalangi tindak kejahatan di atas itulah, yang sedang kita soroti pada pembahasan kali ini. Ya, ideologi itu adalah: “ideologi asal vonis kafir”! Dalang utama di balik kejahatan yang marak belakangan ini.

Tidak diragukan lagi bahwa takfir (penjatuhan vonis kafir) merupakan istilah syar’i, namun amat disayangkan, tidak sedikit oknum yang memanfaatkannya untuk mewujudkan niat-niat buruk mereka. Maka istilah tersebut harus dijelaskan dengan gamblang, beserta kaidah-kaidahnya. Selain itu, ideologi yang keliru tentangnya harus diluruskan juga.

Api hura-hura yang diakibatkan ideologi ini harus segera dipadamkan. Caranya: dengan menemukan sumber api tersebut, yaitu: “ideologi asal vonis kafir”, lalu memadamkannya terlebih dahulu sebelum menyibukkan diri dengan solusi-solusi lain.

Namun, meluruskan sebuah ideologi atau pemikiran yang menyimpang, bukan suatu pekerjaan yang mudah! Karena para pengusungnya telah menganggapnya sebagai ruh jiwa dan jalan hidup. Kita harus bisa membuat pengusungnya sadar dan bisa menerima dengan legowo bahwa ideologi yang sedang dia anut adalah keliru. Dan hal itu, dengan izin Allah Ta’ala, hanya bisa dihadapi dengan menggunakan ilmu yang murni dan benar, yang disampaikan dengan cara yang santun.3

Maka sepantasnya bagi kita untuk mempelajari norma-norma takfir agar kita tidak gegabah menvonis saudara kita kafir padahal akan menjadi boomerang bagi kita sendiri, sebab tidak sepantasnya seorang berkecimpung dalam masalah takfir sebelum dia memahami kaidah-kaidahnya. Jika bila tidak memahaminya, maka dia akan terjatuh dalam kehancuran dan dosa serta mendapatkan kemurkaan Allah. Hal itu karena pengkafiran adalah masalah besar dalam agama dan masalah yang sangat jeli, tidak mampu menerapkannya kecuali orang yang memiliki ilmu luas dan pemahaman yang tajam. Berikut ini beberapa kaidah-kaidah penting dalam masalah takfir:

A.Pengkafiran Adalah Hukum Syar’i dan Hak Allah
Takfir adalah hukum syar’i dan hak Allah, bukan hak suatu lembaga atau kelompok, bukan berdasar pada akal, perasaan, emosi, atau permusuhan, maka tidak boleh mengkafirkan kecuali orang yang dikafirkan oleh Allah dan rasul-Nya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah v~ berkata:
Hal ini berbeda dengan ucapan sebagian manusia seperti Abu Ishaq al-Isfirayini dan pengikutnya yang mengatakan: “Kita tidak mengkafirkan kecuali orang yang mengkafirkan kita.” Sebab, pengkafiran bukanlah hak mereka, melainkan hak Allah. Tidak boleh bagi manusia untuk membalas berdusta kepada orang yang pernah berdusta padanya, atau melakukan zina kepada istri orang yang berzina dengan istrinya, bahkan seandainya ada seorang yang memaksanya untuk homoseks maka tidak boleh baginya untuk membalasnya dengan paksaan untuk homoseks, karena semua itu adalah haram disebabkan hak Allah. Demikian juga seandainya orang-orang Nasrani mencela Nabi kita n~ maka tidak boleh bagi kita untuk mencela Isa al-Masih p~, dan kaum Rafidhah apabila mengkafirkan sahabat Abu Bakar dan Umar, maka tidak boleh bagi kita untuk mengkafirkan Ali.1

Al-Qarrafi berkata: “Sesuatu itu disebut kufur bukanlah berdasarkan logika melainkan berdasarkan syari’at, kalau syari’at mengatakan bahwa hal itu adalah kekufuran maka itu adalah kekufuran.” 2
Ibnul Wazir v~ berkata: “Sesungguhnya takfir itu berdasarkan dalil saja, tidak ada ruang untuk akal, dan dalilnya pun harus dalil yang pasti dan tidak ada perselisihan di dalamnya.” 3
Ibnul Qayyim v~ berkata dalam Nuniyah-nya:
الْكُفْرُ حَقُّ اللهِ ثُمَّ رَسُوْلِهُ
بِالشَّرْعِ يَثْبُتُ لَا بِقَوْلِ فُلَانِ
مَنْ كَانَ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ وَعَبْدُهُ
قَدْ كَفَّرَاهُ فَذَاكَ ذُوْ الْكُفْرَانِ
Pengkafiran itu adalah hak Allah kemudian rasul-Nya
Yang ditetapkan dengan nash bukan dengan ucapan fulan
Siapakah yang dikafirkan oleh Rabb semesta alam dan rasul-Nya
Maka dialah orang yang kafir.4

B.Pada Asalnya Seorang Muslim Tetap Dalam Keislamannya
Ini kaidah penting yang harus dipahami, yaitu hukum asal seorang muslim adalah tetap dalam keislamannya sehingga ada dalil kuat yang mengeluarkannya dari keislaman. Tidak boleh bagi kita untuk gegabah dalam mengkafirkannya karena hal itu membawa dua dampak negatif yang sangat berbahaya:
    • Pertama: Membuat kedustaan atas Allah dalam hukum kafir kepada orang yang dia kafirkan.
    • Kedua: Terjatuh dalam ancaman kafir kalau ternyata yang dia kafirkan tidak kafir, sebagaimana dalam hadits: “Apabila seorang mengkafirkan saudaranya maka akan kembali kepada salah satu­nya.”
Oleh karena itu, seharusnya sebelum menghukumi seorang muslim dengan kekafiran hendaknya memperhatikan dua hal penting:
    • Pertama: Adanya dalil-dalil dari al-Qur’an dan Sunnah yang menetapkan bahwa ucapan dan perbuatan tersebut merupakan kekufuran.
    • Kedua: Hukum tersebut betul-betul terpenuhi pada pelontar atau pelaku tersebut, dalam artian telah terpenuhi syarat-syaratnya dan tidak ada penghalang-penghalangnya.5
Sesungguhnya kita hanya menghukumi secara zhahir saja baik dalam hukum atau keyakinan orang lain. Nabi Muhammad n~ yang mendapatkan wahyu, beliau menerapkan hukum zhahir pada orang-orang munafik.6
Orang-orang munafik secara zhahir shalat, puasa, haji, perang, nikah, dan saling mewarisi dengan kaum muslimin pada zaman Nabi n~, sekalipun demikian beliau tidak menghukumi orang-orang munafik dengan hukum orang kafir, bahkan tatkala Abdullah bin Ubai—tokoh munafik yang paling terkenal—meninggal dunia, Rasulullah n~ memberikan hak waris kepada anaknya yang notabene termasuk seorang sahabat sejati. Maka hukum Nabi n~ dalam masalah darah dan harta mereka sama seperti muslimin lainnya, beliau tidak menghalalkan harta dan darah mereka kecuali dengan perkara yang zhahir (tampak), padahal beliau mengetahui kemunafikan kebanyakan orang-orang munafik tersebut.7

Dalil yang sangat jelas tentang hal ini adalah hadits Usamah a~sebagai berikut:
بَعَثَنَا رَسُولُ اللهِ n فِي سَرِيَّةٍ فَصَبَّحْنَا الْحُرَقَاتِ مِنْ جُهَيْنَةَ فَأَدْرَكْتُ رَجُلًا فَقَالَ لَا إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ. فَطَعَنْتُهُ فَوَقَعَ فِي نَفْسِى مِنْ ذٰلِكَ فَذَكَرْتُهُ لِلنَّبِىِّ n فَقَالَ رَسُولُ اللهِ n: « أَقَالَ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَقَتَلْتَهُ ». قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّمَا قَالَهَا خَوْفًا مِنَ السِّلَاحِ. قَالَ: « أَفَلَا شَقَقْتَ عَنْ قَلْبِهِ حَتَّى تَعْلَمَ أَقَالَهَا أَمْ لَا ». فَمَازَالَ يُكَرِّرُهَا عَلَىَّ حَتَّى تَمَنَّيْتُ أَنِّى أَسْلَمْتُ يَوْمَئِذٍ
Pernah Rasulullah n~ mengutus kami dalam peperangan kecil, lalu pagi-pagi kami mendatangi huruqat sebuah tempat kaum Juhainah, dan saya mengejar seorang lelaki, tapi dia mengatakan: “La Ilaha illa Allah.” Aku membunuhnya, hati tidak enak dengan hal itu maka aku tanyakan kepada Rasulullah n~, beliau bersabda: “Apakah setelah dia mengatakan La Ilaha illa Allah kamu membunuh­nya?!” Saya berkata: “Ya Rasulullah, dia mengatakannya karena takut pedang.” Beliau menjawab: “Kenapa engkau tidak membelah hatinya saja agar kamu tahu apakah benar dia mengatakannya karena takut ataukah tidak.” Beliau terus-menerus mengulang ucapan tersebut sehingga saya berangan-angan seandainya baru masuk Islam saat itu.8
Imam Nawawi v~ berkata:

Makna hadits ini kamu hanya dibebani dengan amalan yang tampak saja dan apa yang diucapkan oleh lisan. Adapun apa yang di dalam hati, maka kamu tidak mungkin mengetahuinya. Nabi n~ mengingkari Usamah tatkala dia tidak menerapkan hukum zhahir ini …. Dalam hadits ini terdapat kaidah yang terkenal dalam fiqih dan ushul bahwa “Hukum itu berdasarkan yang tampak saja, Allah yang mengurusi urusan hati”.9

C.Tidak Dikafirkan Kecuali yang Disepakati Ahlu Sunnah Kekafirannya
Berkata Imam Ibnu Abdil Barr v~:
Setiap orang yang telah tetap keislamannya dengan kesepakatan kaum muslimin, lalu dia melakukan suatu dosa sehingga mereka diperselisihkan tentang kekafiran mereka, perselisihan ini (tentang kafirnya) setelah kesepakatan mereka (tentang keislaman mereka) tidak memiliki arti yang bisa menjadikannya hujjah. Seorang tidak keluar dari keislaman yang disepakati kecuali dengan kesepakatan juga atau sunnah shahihah yang tidak ada penentangnya.
Ahlus Sunnah wal Jama’ah—ahli fiqih dan ahli hadits—telah bersepakat bahwa seorang yang melakukan dosa—sekalipun dosa besar—tidak keluar dari agama Islam, sekalipun ahli bid’ah menyelisihi mereka dalam hal ini. Maka sewajibnya untuk tidak mengkafirkan kecuali yang disepakati oleh semuanya tentang kekafiran mereka atau adanya dalil paten dari al-Qur’an dan sunnah tentang kekafirannya.10
Ibnu Bathal v~ berkata:
Kalau ada perselisihan dalam hal itu—kafirnya Khawarij—maka tidak bisa dipastikan keluarnya mereka dari Islam, karena orang yang sudah jelas keislamannya dengan yakin maka tidak keluar dari Islam kecuali dengan yakin juga.11
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab v~ berkata: “Kita tidak mengkafirkan kecuali apa yang disepakati oleh ulama semuanya.” 12

D.Wajibnya Menegakkan Hujjah Kepada yang Dikafirkan
Banyak sekali dalil yang mendasari hal ini yaitu bahwa seorang muslim tidaklah kafir dengan ucapan atau perbuatan atau keyakinan kecuali setelah tegaknya hujjah padanya dan dihilangkannya segala kerancuan yang melekat pada dirinya. Allah q~ berfirman:
… وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَسُولًۭا ﴿١٥﴾
Dan Kami tidak akan mengadzab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (QS. al-Isra’: 15)
وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ ٱلْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِۦ جَهَنَّمَ ۖ وَسَآءَتْ مَصِيرًا ﴿١١٥﴾
Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (QS. an-Nisa’: 115)
Dan masih banyak lagi ayat dan hadits lainnya yang menunjukkan secara jelas bahwa Allah q~ tidak menyiksa seorang pun kecuali setelah ditegakkan hujjah dan dihilangkan kerancuannya, sehingga jelas baginya jalan petunjuk dan jalan kesesatan.
Imam Bukhari v~ berkata: “Bab memerangi khawarij dan para penyeleweng setelah ditegakkan hujjah atas mereka.” Firman Allah q~:
وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُضِلَّ قَوْمًۢا بَعْدَ إِذْ هَدَىٰهُمْ حَتَّىٰ يُبَيِّنَ لَهُم مَّا يَتَّقُونَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ ﴿١١٥﴾
Dan Allah sekali-kali tidak akan menyesatkan suatu kaum, sesudah Allah memberi petunjuk kepada mereka sehingga dijelaskan-Nya kepada mereka apa yang harus mereka jauhi. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. at-Taubah: 115)
Al-’Aini v~ berkata:
Imam Bukhari mengisyaratkan dengan ayat yang mulia ini bahwa memerangi khawarij dan penyeleweng tidak wajib kecuali setelah tegaknya hujjah pada mereka dan menampakkan kebatilan dalil-dalil mereka. Dalilnya adalah ayat ini, di mana ayat ini menunjukkan bahwa Allah tidak menyiksa hamba-Nya sehingga menjelaskan kepada mereka apa yang harus mereka kerjakan dan apa yang harus mereka tinggalkan.13
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah v~ berkata:
Adapun takfir (menganggap kafir), ini termasuk ancaman yang keras. Memang barangkali seseorang melakukan perbuatan kufur, tetapi pelakunya bisa jadi baru masuk Islam, atau hidup di perkampungan yang jauh dari agama, maka orang seperti ini tidak dapat dikafirkan sehingga tegak hujjah atasnya, atau bisa jadi orang tersebut belum mendengar nash-nash, atau mendengarnya tetapi masih rancu, maka orang seperti ini sama seperti yang di atas, sekalipun dia salah.
Dan seringkali aku mengingatkan saudara-saudaraku dengan hadits Bukhari-Muslim tentang seorang yang mengatakan: “Jika aku telah meninggal maka bakarlah aku, kemudian tumbuklah halus-halus, lalu buanglah ke lautan. Kalau memang Allah q~ membangkitkanku, maka Dia akan menyiksaku dengan siksaan yang tidak pernah ada di alam ini.” Akhirnya mereka pun melaksanakan wasiat tersebut. Tatkala Allah q~ membangkitkannya, Allah q~ bertanya kepadanya: “Apa yang membuatmu melakukan ini?” Jawabnya: “Aku takut kepada-Mu.” Lantas Allah mengampuninya.14
Lihatlah orang ini, yang ragu akan kemampuan Allah dan kebangkitan manusia setelah mati bahkan ia meyakini bahwa dia tidak akan dibangkitkan, jelas ini merupakan kekufuran dengan kesepakatan kaum muslimin, tapi dia jahil atau bodoh, tidak mengetahui hal itu dan dia takut siksaan Allah q~, maka Allah pun mengampuninya.15

E.Harus Dibedakan Antara Pengkafiran Secara Umum dan Secara Individu
Pengkafiran secara umum adalah menghukumi suatu perkataan atau perbuatan dengan kekufuran dan menghukumi pelakunya dengan kufur secara umum tanpa vonis individu orang, seperti mengatakan: “Barang siapa mengatakan al-Qur’an makhluk maka kafir.”
Adapun pengkafiran secara khusus adalah menghukumi seseorang yang mengatakan atau melakukan kekufuran dengan kafir, seperti mengatakan: “Si fulan (nama orang tertentu, Edt.) yang mengatakan al-Qur’an makhluk adalah kafir.”
Termasuk kaidah dalam takfir adalah membedakan antara takfir secara umum dan takfir secara khusus karena tidak semua orang yang mengatakan atau melakukan kafir pasti dia kafir disebabkan adanya beberapa penghalang atau tidak terpenuhinya beberapa syarat pada dirinya, seperti kalau dia baru masuk Islam atau tidak mengerti hukumnya dan lain sebagainya.16
Di antara dalil yang membuktikan kaidah ini adalah kisah Muadz bin Jabal a~ tatkala ada beberapa gadis kecil yang menabuh rebana dan mengingat ayah-ayah mereka yang meninggal pada Perang Badar, tiba-tiba ada seorang di antara mereka mengatakan: “Di tengah-tengah kita ada seorang Nabi yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari.” Mendengar hal itu, maka Nabi n~ bersabda: “Tinggalkanlah ini, katakanlah yang lain saja seperti tadi.” 17
Perhatikanlah hadits ini, Nabi n~ tidak mengkafirkan gadis tersebut karena kejahilannya, beliau hanya melarangnya saja, padahal kita tahu semua bahwa mengatakan akan adanya selain Allah yang mengetahui ilmu ghaib adalah suatu kekufuran.18
Sungguh, ini kaidah yang amat sangat penting, banyak orang tidak memahaminya, sehingga tak aneh kalau mereka terjatuh dalam kesalahan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah v~ berkata:
Barang siapa yang tidak memperhatikan perbedaan antara mengkafirkan secara umum dan ta’yin (vonis perorangan) niscaya dia akan jatuh dalam banyak ketimpangan, dia menyangka bahwa ucapan salaf: “Barang siapa yang mengatakan seperti ini kafir” atau “Barang siapa yang melakukan ini maka kafir” mencakup semua orang yang mengatakannya tanpa dia renungi terlebih dahulu, sebab mengkafirkan itu memiliki syarat-syarat dan penghalang pada hukum perorangan, jadi mengkafirkan secara umum tidak mengharuskan mengkafirkan secara individu orang kecuali apabila terpenuhi persyaratannya dan hilang segala penghalangnya.19
Barang siapa yang memperhatikan sirah ulama salaf, niscaya dia akan mengetahui kebenaran kaidah ini dan mengetahui bahwa mereka di atas kebenaran. Dan sungguh menakjubkanku ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah v~:
Saya sering mengatakan kepada kaum Jahmiyyah dari Hululiyyah yang mengingkari ketinggian Allah q~ di atas langit: “Saya kalau menyetujui kalian, maka saya kafir karena saya mengetahui bahwa pendapat kalian ini adalah kekufuran, sedangkan kalian menurutku tidak kafir karena kalian adalah orang-orang bodoh.” 20

1 Minhaj Sunnah 5/244
2 Tahdzib al-Furuq 4/158
3 Al-Awashim wal Qawashim 4/178
4 Syarh Qashidah Nuniyah 2/412 oleh Syaikh Dr. Muhammad Khalil Harras
5 Al-Qawa’id al-Mutsla fi Shifatillah wa Asmaihi Husna hlm. 87–89 oleh Syaikh Ibnu Utsaimin
6 Al-Muwafaqat 2/271 oleh asy-Syathibi
7 Al-Iman Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah hlm. 198–201
8 HR. Bukhari: 4269 dan Muslim: 159
9 Syarh Muslim 2/104
10 At-Tamhid 17/21
11 Fathul Bari 12/314
12 Ad-Durar Saniyyah 1/70
13 Umdatul Qari 24/84
14 HR. Bukhari: 6481 dan Muslim: 2756
15 Majmu’ Fatawa 3/229–231
16 Lihat secara luas dalam Dhawabith Takfir al-Mu’ayyan oleh Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Jibrin.
17 HR. Bukhari: 5147
18 Lihat Ahkamul Qur’an 2/259 oleh Ibnul Arabi
19 Majmu’ Fatawa 12/489
20 Ar-Radd ’ala al-Bakri hlm. 47
21 Lihat al-Qawa’id wal Ushul Jami’ah karya as-Sa’di hlm. 33–35, Syarh Qawa’id as-Sa’diyyah karya Syaikh Abdul Muhsin az-Zamil hlm. 85–89, Syarh Mandhumah Qawa’id Fiqhiyyah karya Dr. Abdul Aziz al-’Uwaid hlm. 235–237.

sumber : http://abiubaidah.com/norma-norma-penting-sebelum-menjatuhkan-vonis-kafir.html/

Pria Saudi Ciptakan 'Tas Sekolah Pintar'

Pria Saudi Ciptakan 'Tas Sekolah Pintar'
Smart Bag
RIYADH -- Khalid al Jabal (31 tahun) membuat pendekatan inovatif dalam dunia pendidikan. Pria asal Arab Saudi ini mendesain sebuah sistem menyeluruh dan praktis dalam sebuah 'Smart Bag' atau tas pintar. Ia mengklaim temuannya akan memudahkan para siswa, guru dan orangtua.

"Smart Bag merupakan bagian dari sistem yang berisi perangkat lunak khusus bagi guru, administrasi sekolah dan program bagi orang tua," kata al Jabal seperti dikutip dari Alarabiya, Senin (21/1).

Ia melanjutkan, Kementerian Pendidikan mempunyai program sendiri sebagai manajemen sentral. Keseluruhan program tadi terangkum dalam Smart Bag dan sistem elektronik sekolah.

Smart Bag adalah tas punggung kecil dengan berat 1,5 kilogram. Di dalamnya terdapat komputer tablet. Gadget tersebut berisi program pendidikan dan terkoneksi dengan guru, siswa lain, orangtua dan administrator jaringan. 

"Di rumah, siswa bisa berkomunikasi dengan guru dengan cara mudah. Terdapat forum untuk tiap pelajaran. Forum itu ditujukan agar siswa dan guru bisa berkomunikasi. Jika ada pertanyaan dari siswa, ia bisa bertanya di forum dan saat guru menjawab, semua siswa bisa melihatnya," ujar al Jabal.

Fitur yang tidak kalah canggih adalah orangtua bisa melacak keberadaan anaknya. Bagian dari sistem Smart Bag membutuhkan setting terlebih dulu dengan gerbang elektronik. Ketika siswa melewati gerbang itu di sekolah, sebuah pesan akan terkirim ke orangtua. Layanan ini merupakan pilihan.

Dengan sistem ini, orang tua atau pengasuh anak tidak perlu datang ke sekolah karena ada laporan harian yang dikirim. Waktu datang dan pulang anak juga tercatat dalam laporan. Kemajuan akademis dan perilaku anak juga bisa dimonitor.

Dalam situasi tertentu, misalnya bahaya, ada tombol khusus yang sewaktu-waktu bisa digunakan untuk memperingatkan guru dan orangtua. Temuan Jabal ini telah menarik investor untuk memproduksinya.

Al Jabal mengatakan materi pelajaran yang dimasukkan dalam komputer tablet bisa mencegah anak-anak membawa buku pelajaran yang berat ke sekolah. Menurutnya, anak-anak bisa membawa buku pelajaran seberat 15-20 kilogram ke sekolah.

Sebuah sekolah di tempat tinggal al Jabal di Jawf telah setuju membeli 500 Smart Bag dan mengimplementasikan sistem tersebut. Al Jabal berharap banyak sekolah lain di Saudi yang membeli inovasinya.(REPUBLIKA)

Pekerja Asing di Saudi Memilih Islam

Pekerja Asing di Saudi Memilih Islam
Pekerja AS yang memeluk Islam
RIYADH -- Jumlah pekerja asing khususnya di bidang teknologi memang banyak di Arab Saudi. Menariknya, sebagian dari mereka akhirnya memutuskan untuk menjadi Muslim.

Seorang insinyur teknologi asal AS, Stuart Elby (33 tahun), misalnya, menjadi Muslim setelah cukup lama mempelajari Islam. Ia mengaku terkesan dengan cara setiap Muslim menghormati orang yang lebih tua.

"Jujur, saya tertarik ketika orang-orang mencium kening orang yang lebih tua. Itulah cara mereka yang menandakan rasa hormat," ujarnya seperti dikutip 247emirates.com, Senin (21/1).

Tak hanya itu, ia juga tertarik dengan cara Muslim berdoa. Yaitu dengan filosofi jari telunjuk Muslim yang mengarah ke atas ketika berdoa. Ia baru tahu kalau telunjuk itu menandakan keesaan Tuhan. 

"Saya selalu mengajukan pertanyaan terkait apa yang saya tidak ketahui itu membuat saya menjadi lebih baik," ucap dia yang mengucapkan syahadat di Riyadh, Jumat kemarin.

Langkah Elby diikutip koleganya, seorang insinyur asal Italia. Ketertarikannya memeluk Islam berawal ketika ia terlibat diskusi bersama seorang ulama saat menghadiri pertemuan dengan pengusaha lokal. "Saya awalnya tidak menyadari. Tapi itulah hidayah yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada saya," ungkap Giani Morana (75).

Setelah diskusi itu, Giani melanjutkan pembicaaan dengan kepala Pusat Bimbingan Islam di Riyadh, Sheikh Fouad Al-Rashid. Ketika obrolan itu berakhir, Giani mengutarakan niatnya untuk memeluk Islam. 

Oleh Sheikh Fouad, ia dibawa ke masjid terdekat dan mengucapkan dua kalimat syahadat. "Jujur, saya menganggumi Islam selama berada di negara ini," ungkap dia.

Lain hal dengan kisah pekerja asing asal Cina yang tengah membangun mega proyek Metro-Arab Saudi. Keputusannnya menjadi Muslim berawal dari diskusi dengan seorang polisi. 

Ketika itu, sang pekerja tengah duduk di luar masjid. Oleh seorang polisi ia ditegur mengapa tidak melakukan shalat. 

"Ia bertanya padaku, mengapa saya duduk di sana. Lalu, saya katakan, saya tertarik dengan Islam namun masih ada keraguan dalam diri saya," kata pekerja tersebut.

Pekerja asal Cina itu pun akhirnya diajak berkeliling oleh si polisi. Setelah berdiskusi hangat tentang Islam, ia pun semakin yakin untuk mengucapkan dua kalimat syahadat.(Republika)

Monday, January 21, 2013

Palestina Sampaikan Terima Kasih atas $100 Juta Bantuan Saudi

Hidayatullah.com—Presiden Palestina Mahmud Abbas mengucapkan terima kasih kepada Raja Saudi Abdullah atas keputusannya yang akan mengirimkan bantuan US$100 juta (sekitar 1 trilyun rupiah) untuk negara Palestina.

“Presiden Abbas mengucapkan terima kasih atas kebaikan hati Raja Saudi itu,” lapor kantor berita Palestina WAFA.

Hari Rabu (16/1/2013) Abbas dilaporkan menerima telepon dari Menteri Keuangan Saudi Ibrahim al-Assaf yang menginformasikan rencana Raja Abdullah untuk mengirim uang US$1 juta ke anggaran negara Palestina.

Bantuan dari Kerajaan Arab Saudi itu dirasa sangat berarti, sebab menyusul pengakuan sebagian besar negara anggota Majelis Umum PBB atas negara Palestina, pemerintah Zionis Israel menahan semua uang yang menjadi milik Palestina, hasil dari pungutan pajak rakyat. Uang sebesar US$120 juta itu diambil paksa oleh Israel untuk membayar hutang Palestina kepada perusahaan listrik milik Zionis Yahudi.

Abbas mengancam akan mengadukan Israel ke Mahkamah Kejahatan Internasional (ICC) jika tidak memberikan uang pungutan pajak tersebut.

Uang sumbangan dari Arab Saudi itu akan memungkin pemerintah Palestina membayar gaji para pegawai dan anggota militernya yang dua bulan terakhir ini belum mendapatkan gaji sama sekali.

Kementerian Keuangan Palestina mengatakan, negaranya membutuhkan US$150 juta setiap bulan untuk membayar gaji pegawai.

Hari Ahad kemarin, pejabat Palestina bertemu dengan Liga Arab di Kairo guna mendiskusikan “jaring keamanan finansial” untuk Palestina. Demikian lapor Saudi Gazette (18/1/2013).*

Rep: Ama FarahRed: Dija

“Selamat Datang Duta Palestina!”

oleh : Muhammad Dinul Haq

MAKAN malam kali ini terasa lebih hangat dan sarat akan ukhuwah. Bukan karena menu yang beraneka cita dan rasa khas Timur Tengah, atau hangatnya teh daun mint dan secangkir kopi, tapi karena kami duduk satu meja dengan seorang pemuda Gaza, Palestina. Bersama dua sahabat saya, Lukman Hakim dan Abdil Munzir merasa istimewa bisa duduk bersamanya di antara ratusan mahasiswa lainnya malam, hari Sabtu (15/12/2012)  di kantin kampus Universitas Islam Madinah (UIM).

Abd el-Qadir Umar Abd el-Qadir Fayyadh , 19 tahun 6 bulan. Itulah namanya yang saya lihat di situs resmi Islamic University of Madinah. Penampilan santun dengan wajah khas bangsa Palestina yang sering terlihat di layar kaca dan surat kabar di Madinah. Pertemuan kami berempat malam itu menyisakan cerita panjang perjalanan anak Jalur Gaza ini menuju Kota Nabi, Madinah al-Munawwarah, Saudi Arabia

“Saya sudah sepekan di Madinah ini, tapi saya masih susah meyakinkan diri saya bahwa saya disini,” kata Abd el-Qadir membuka pembicaraannya dengan logat Arab khas Palestina. 

Masya Allah... Benarkah?” sambut saya.

“Ya, keluar dari Jalur Gaza seperti mimpi indah dan Anda memiliki nyawa baru,” katanya meyakinkan sambil menghirup udara panjang.

“Apakah ini kunjungan pertamamu ke Arab Saudi?” Abd Munzir mencoba menyusuri lebih jauh.

“Bahkan ini untuk pertama kalinya Ana keluar dari Gaza, Penjara Raksasa itu,” jawabnya, 
dengan mata terbuka meyakinkan, lalu memuji Allah Subhanahu Wata'ala.

Saya teringat laporan khusus “Penjara Raksasa Bernama Gaza” di salah satu rubrik majalah Suara Hidayatullah beberapa bulan lalu di Tanah Air. Pikiran saya langsung terbang ke Indonesia, negeri yang sangat peduli dengan kondisi saudaranya di Bumi Para Nabi itu.
Terbayang pula ramainya suasana demontrasi pro Palestina dengan spanduk-spanduk besar bertuliskan “Save Palestine!”, “Bebaskan Al-Quds!”, “SBY, Kirim TNI ke Gaza!!!” dan kalimat-kalimat serupa, diiringi nasyid-nasyid heroik perjuangan, lalu ditutup dengan pelelangan dana sosial peduli Palestina.

Saat di Tanah Air, saya dan teman-teman selalu ingin mendengar langsung warga Palestina tentang banyak hal. Saya sering melihat dan membaca kabar-kabar al-Quds, mendengarkan laporan perjalanan para relawan yang dimudahkan Allah menuju Kiblat pertama umat Islam itu. Dan kini, cerita itu hanya berjarak 30 cm dari telinga saya, langsung dari lisan pemuda Syam.

Anda sering ke Masjid Al-Aqsha?” tanya Lukman sambil menikmati ayam panggangnya.

“Demi Allah, bahkan saya belum pernah melihat Al-Quds, kecuali di televisi Gaza. Yahudi membuat penjara raksasa bernama Gaza, kami dikepung dari darat, laut dan udara. Tank-tank bergerak di samping rumah-rumah kami seperti hewan ternak. Ke mana mata memandang hanya terlihat moncong senjata yang masih panas setelah memuntahkan pelurunya....” tutur Abd el Qadir dengan gaya bicara yang cepat.

“Kami mengambil keringanan shalat di dalam rumah dengan keluarga kami, darurat. Anda tidak akan pernah bisa membayangkan tank-tank itu mendobrak pintu rumah kami dan masuk menabrak panci-panci yang bergelantungan di dapur kami. Anda tidak bisa membayangkan moncong senjata itu berada tepat di kepala seorang bapak, dan istrinya menahan jari telunjuk (tentara) Yahudi agar tidak menembak suaminya. Dan bapak itu mati di depan istrinya, lalu datang giliran sang istri dan anak untuk ditembak juga...”

Dibiarkan Membangun, lalu Dibom
Mendengar langsung cerita el-Qadr, seolah kantin malam itu hanya milik kami berempat. Sangat dramatis. Sambil menyebut asma Allah dan bertakbir, kami mengikuti siaran langsung kabar Palestina ini. Tentunya sudah sering kami dengar cerita serupa, tapi kali ini beda getarannya.

Alhamdulillah ya akhi, antum (kamu) sekarang bersama kami di sini (Madinah, red). Di Indonesia sana, Anda memiliki banyak saudara yang peduli dengan kondisi Palestina, sahut saya, lalu menceritakan pada Abd el Qadir betapa semangatnya teman-teman di Tanah Air mendukung pembebasan Palestina.

Alhamdulillah! Semoga Allah membalas kebaikan teman-teman di sana. Ini makan malam pertama saya di kampus (UIM), dan saya duduk dengan Antum; saudara-saudara saya dari Indonesia. Di Gaza saya melihat banyak orang Indonesia yang membantu kami, mereka membangun Rumah Sakit dan Madrasah, juga markas logistik untuk kami,katanya sambil tersenyum penuh rasa syukur.

“Tapi dasar Yahudi, sepekan kami dibiarkan membangun, lalu mereka datang pekan berikutnya dengan pesawat-pesawat besar membawa bom dan rudal menghancurkan bangunan kami,” lanjutnya lagi, sambil menggelengkan kepala keheranan. 
Makanan kami masih banyak tersisa, terlalu larut dalam cerita haru kondisi saudara-saudara seiman di Palestina. Saya lihat raut wajah Mundzir menyisakan air muka sedih dan prihatin. Sedangkan Lukman masih memegang gelas teh yang dari tadi jarang diminumnya. Kami pun mencoba mengorek perjalanan dia menuju Kota Nabi, dan bagaimana dia bisa diterima di kampus UIM ini (cerita perjalanannya akan saya tuliskan di bagian kedua dari tulisan ini).
30 menit berlalu, azan Isya’ memanggil kami. Setelah mencuci tangan, kami berempat bergerak menuju masjid Fakultas Bahasa Arab di dekat Mat’am (tempat makan) ini. Sejak itu pula, sepertinya kami diresmikan sebagai teman dekat baru Abdul Qadir Umar. Kami menjelaskan seluk beluk kampus dan aturannya, seolah kami mahasiswa senior yang sudah lama berada di Madinah ini.

Alhamdulillah... Saya bisa menyembah Allah dengan tenang di sini, tanpa bisingan peluru, dan tanpa suara menggigit dari rantai tank dan mesin pesawat tempur,ucapnya sambil berjalan di tengah kami, mengangkat tangannya dengan telapak terbuka.

Merajut Mimpi di Kota Nabi 
MENINGGALKAN sanak keluarga dan tanah air tercinta untuk menuntut ilmu adalah salah satu hal paling dramatis dalam perjalanan hidup seorang penuntut ilmu. Apalagi tanah air itu sedang dalam kondisi sulit dan membutuhkannya secara fisik dan moril.
Itulah bagian menarik dari cerita Abd el-Qadir Umar Abd el-Qadir Fayyadh, 19 tahun, seorang anak kelahiran Gaza pada makan malam kami, Sabtu (15/12/2012)  itu di kantin kampus Universitas Islam Madinah (UIM). Saat itu saya ditemani dua kawan saya, Lukman Hakim dan Abdil Munzir. Bagian kedua dari tulisan ini mengajak Anda membuka mata melihat semangat Bangsa Palestina dalam menuntut ilmu di tengah kepungan maut Bangsa Yahudi yang hina.

“Anda datang sendiri atau bersama rombongan Mahasiswa Palestina?” tanya saya membuka hiwar (percakapan) perjalanan Abd el-Qadir menuju Madinah.

“Saya hanya sendiri ke sini. Sebenarnya jumlah mahasiswa Palestina yang diterima tahun ini di Madinah ada 13 orang, namun hanya ana (saya) yang berangkat,” jawab Abd el-Qadir sambil menikmati makroni kukusnya.

Masya Allah! Saya langsung membandingkan jumlah teman-teman Indonesia seangkatan saya yang diterima tahun ini, ada 112 orang. Palestina yang negara Arab dan dekat Arab Saudi hanya bisa mengutus 13 orang, itupun hanya Abd el-Qadir yang bisa tembus ke jantung Kota Nabi seorang diri.

Ikhwah (saudara) yang lain?” Mundzir mencoba memastikan.

Wallahu a’lam. Saya tidak bertemu mereka di Mesir kemarin, semoga mereka menyusul,” terangnya.

“Mesir? Anda pernah kesana?” tanya saya keheranan, karena dia katakan sebelumnya bahwa ia baru pertama keluar dari Jalur Gaza.

“Ya, Mesir. Ana sempat tinggal dua bulan setengah di sana. Dan di sanalah saya mengurus administrasi dan imigrasi untuk masuk ke Arab Saudi,” jawabnya meyakinkan.

Lho, kok di Mesir, bukannya di Palestina sana mengurusnya?” tanya Lukman dengan nada heran mewakili keheranan kami.

Wallahi, ya Akhi (Demi Allah, wahai saudaraku)! Kami tidak mempunyai bangunan kantor yang memadai dan mampu mengurus administrasi. Semuanya lumpuh, sibuk dengan kekhawatiran. Bahkan negara kami tidak mempunyai pesawat untuk perjalanan luar negeri. Alhamdulillah, Mesir adalah saudara negeri kami, ia banyak membantu kami,” jelas Abd el-Qadir.

Penjelasan teman baru kami ini mengingatkan saya akan Indonesia tercinta, negara kaya yang diliputi banyaknya fasilitas umum, baik berstandar nasional maupun internasional. Mulai dari masjid jami, bandara internasional, pelabuhan megah yang diisi kapal-kapal dagang negara asing, mall, apartemen, kampus dan taman kota. Belum lagi fasilitas-fasilitas olahraga dari stadion-stadion megah dan venue-venue pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional. Sangat kontras dengan Palestina, yang menurut cerita Abd el-Qadir, jangankan mall, gedung untuk mengurus administrasi keimigrasian saja lumpuh. Pesawat banyak, tapi pesawat tempur milik Yahudi yang bandaranya ada di Kapal Induk Amerika, di lautan luas sana.

“Lalu, dari Gaza ke Mesir naik apa? Mobil?” tanya saya.

“Ya, naik mobil menempuh kurang lebih 7 jam perjalanan, melewati pos-pos keamanan Israel. 

Bisa lolos satu pos saja Anda harus sujud syukur memuji Allah. Itu ajaib, karena setiap pos menyediakan peluru hangat untuk Anda. Ana juga melewati Terusan Suez, yang sebelumnya melewati ‘pulau’ Sina (Sinai) yang ada Bukit Tur Sina di dalamnya, bukit bersejarah yang Allah bercakap dengan Nabi Musa As disana,” cerita Abd el-Qadir.

“Kemudian kami berempat (tanpa ada komando) membaca bersama bagian terakhir ayat ke 164 dari surat An-Nisa: “وَكَلَّمَ اللهُ مُوْسَى تَكْلِيْمًا” sambil kami mengangkat jari telunjuk kami dengan senyuman, bak isyarat mengingatkan satu sama lain tentang ayat mulia ini,” tambahnya.

Pergi untuk Kembali
Abd el-Qadir melanjutkan ceritanya. Selama 2,5 bulan di Mesir, dia sibuk mengurus administrasi. Dia tinggal bersama kerabatnya di sana. Petugas administrasi di Mesir sempat heran, mengapa Abd el-Qadir bisa keluar dari Gaza untuk keperluan menuntut ilmu?

“Bahkan mereka sempat mengatakan bahwa ‘Tidak ada belajar di luar, tidak ada Arab Saudi, tidak ada Jami’ah Islamiyah Madinah, lebih baik Anda pulang ke Gaza!’” tutur Abd el-Qadir dengan mimik memperagakan nada bicara petugas keimigrasian Mesir.

Ana juga sempat berkeliling Mesir, mengunjungi Universitas Al-Azhar. Sempat ada keinginan untuk membatalkan perjalanan ke Madinah dan belajar di Al-Azhar saja, berhubung pihak imigrasi tidak memberikan lampu hijau selama dua bulan itu. Tapi alhamdulillah, Allah menguatkan hati saya. Seberat apapun perjalanan menuju Kota Nabi, harus saya tempuh. 

Bukankah perjalanan menuju Masjid Nabawi itu disyari’atkan walaupun dengan susah payah?!” lanjutnya dengan bahasa meyakinkan.
Langsung terbersit oleh penulis akan Hadits Rasulullah SAW:
لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ؛ المَسْجِدِ الحَرَامِ، وَمَسْجِدِي هَذَا، وَالمَسْجِدِ الأَقْصَى
“Tidaklah pelana unta itu dikencangkan (janganlah bersusah payah melakukan perjalanan dengan sengaja) kecuali ke tiga masjid: Masjidil Haram, Masjidku ini (Masjid Nabawi) dan Masjidil Aqsho.”

Kemudian Abd el-Qadir Umar menggambarkan bahwa Palestina pasti membutuhkan dirinya sekarang sebagai bahan bakar perjuangan melawan Yahudi Israel. Di usia 7 tahun masa kecilnya saja, tuturnya, dia sudah keluar bersama teman-temannya dalam ‘proyek’ Intifadhah. Mengumpulkan batu-batu dan kerikil-kerikil tajam untuk orang dewasa. Tapi menuntut ilmu itu juga disyari’atkan walaupun dalam kondisi perang. Niat Abd el-Qadir keluar dari Gaza adalah menuntut ilmu, pengamalan dari firman Allah SWT:
وَمَا كَانَ المُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوْا كَافَّةً فَلَوْ لَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوْا فِي الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُم إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
“Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS At-Taubah: 122), ayat ini sempat dibaca oleh Munzir sebelum dibaca oleh Abd el-Qadir. 

Ana meminta pada Allah agar ana menjadi golongan dalam ayat ini. Menuntut ilmu di Kota Nabi adalah impian indah anak-anak kecil Palestina, mereka selalu menyebut-nyebut dalam permainan mereka; ‘Belajar... belajar... berangkat ke Makkah, belajar... belajar... berangkat ke Madinah...’ Tapi itu semua hanyalah mimpi bagi mereka. Semuanya lumpuh, semuanya sibuk membebaskan Palestina,” ujar Abd el-Qadir setelah membaca ayat tadi.

“Demi Allah ikhwah, kalau bukan karena menuntut ilmu, ana lebih memilih tinggal di Gaza. Mati di tanah kami adalah kemuliaan bagi kami, tapi cinta ana pada ilmu menahan itu. Ana melihat potensi besar dalam diri ana untuk mendalami ilmu agama, agar ana kembali nanti 
membimbing teman-teman di sana. Mereka juga membutuhkan ilmu-ilmu syari'at untuk mereka beribadah dengan benar. Mereka juga harus belajar, karena tidak ada manusia yang dilahirkan berilmu,” lanjutnya.

Kalungan Bunga untuk Abd el-Qadir
DEMI ALLAH ikhwah (saudara, red), kalau bukan karena menuntut ilmu, Ana lebih memilih tinggal di Gaza. Mati di tanah kami adalah kemuliaan bagi kami, tapi cinta ana (saya) pada ilmu menahan itu,” demikian aku Abd el-Qadir Umar Abd el-Qadir Fayyadh, Sabtu (15/12/2012) malam itu di kantin kampus Universitas Islam Madinah (UIM).

Hati saya bergetar luar biasa mendengar penjelasan anak Jalur Gaza ini. Seperti mendapat suntikan motivasi tersendiri bagi saya untuk belajar lebih giat. Kondisi keamanan Indonesia tidak sepanas kondisi Palestina. Bahkan negara saya, Indonesia sangat jauh lebih baik kondisinya.

Perjalanan saya menuju Kota Nabi pun tidak seberat perjalanan pemuda satu ini; tidak ada pos-pos keamanan Israel yang harus dilewati, naik pesawat megah dan besar milik Kerajaan Arab Saudi, dijemput panitia Indonesia di Madinah, alhamdulillah. Terus terang saya merasa bersalah dengan Abd el-Qadir kalau tidak bersemangat sepertinya.

Ada juga rasa gregetan kalau mengingat sebagian teman-teman dan pemuda di Tanah Air yang bermalas-malasan dalam belajar. Atau dengan mudah “membeli” ijazah tanpa ada standarisasi keilmuan yang bisa dipertanggungjawabkan. Saya jadi teringat bait-bait puisi sastrawan Taufiq Ismail berjudul “Palsu”. Puisi ini menceritakan perjalanan hidup seorang pelajar yang dari kecil sampai sarjananya dipenuhi dengan nilai dan ijazah palsu. Sampai akhirnya pelajar itu mencetak generasi palsu untuk tanah air. Lucu, tapi menikam.

Pikiran saya kembali lagi ke rangkaian cerita anak negeri Palestina tadi. Dalam perjalanan pulang dari Kampus UIM ke apartemen dengan bus seusai makan malam itu, saya kembali berbincang dengan el-Abd el-Qadir.

Awalnya dia lebih banyak menikmati suasana indah Kota Madinah al-Munawwarah dengan lampu-lampu yang terang dan taman-taman kota yang dilengkapi dengan air mancur bercahaya. Lebih setengah perjalanan menuju apartemen, saya membiarkannya akrab dengan dinding kaca bus kami. Setengah perjalanan berikutnya, baru saya kembali mengajaknya bicara

Anta naim (kamu tidur)?” sapa saya bercanda.

Laa, Wallahi (Tidak, Demi Allah)! Ana hanya teringat Palestina. Alangkah indahnya kalau bangunan-bangunan di sana seperti bangunan-bangunan yang tegak di sini. Pohon-pohon kurma kami sekarang tidak seindah pohon kurma Madinah. Padahal Anda tahukan, kualitas buah kurma Negeri Syam (istilah untuk negara-negara bagian utara Jazirah Arab seperti Palestina, Yordania, dll. Pen)  dan buah Zaitunnya tidak kalah bagusnya...?!” tutur bocah berusia 19 tahun itu, lalu teringat rumah di kampung halamannya yang hancur dihantam bom 15 tahun lalu.

Alhamdulillah, kami sekeluarga utuh. Dan ini untuk kali pertama ana meninggalkan mereka,” lanjutnya.
Percakapan kami di bis banyak membahas tentang perkenalan kondisi Indonesia-Palestina. Saya juga tahu dari ta’aruf (perkenalan) kami kalau dia anak ke 11 dari 12 bersaudara. Kakak terbesarnya laki-laki berusia 42 tahun.

Alhamdulillah, banyak pasangan muda yang menikah di sana, nikah perjuangan. Bagaimanapun juga Palestina membutuhkan stok Mujahid lebih banyak untuk berjihad membebaskan Palestina. Dan Masya Allah, tabarakallah, jumlah anak laki-laki lebih banyak dari perempuan. Mati satu, tumbuh seribu,terang Abd el-Qadir tersenyum.

Masya Allah, Allahu Akbar! Lalu ana dengar kalian memiliki program Tahfidzul Qur’an (menghafal al-Qur’an), benarkah?” tanya saya simpatik.

“Ya! Itulah modal terbesar kami, al-Qur’an. Lebih dari seribu penghafal diwisuda setiap tahunnya di Palestina. Dan di setiap rumah harus ada minimal satu orang hafidz (penghafal) Al-Qur’an, walaupun rumah itu sudah roboh dihantam rudal dan diinjak tank,” jawabnya bangga.
Haru dan bangga mendengarnya. Spirit al-Qur’an betul-betul dimaksimalkan saudara-saudara di Palestina sana. Saya jadi enggan melontarkan pertanyaan terakhir ana, “Apakah Anda hafidz al-Qur’an?”. Keterangannya tadi sudah menjawab pertanyaan itu.

Bus kami berhenti tepat di jalan samping apartemen. Saya menemani Abd el-Qadir ke kamarnya di lantai 8, lalu saya turun menuju kamar di lantai 4. Malam ini ada doa khusus buat teman baru kami itu, buat bangsa Palestina, negeri para Anbiya. Tempat di sana ada mi’roj Nabi Muhammad SAW menuju langit yang tujuh, kiblat pertama umat Islam, tanah warisan Khalifah Umar bin Khattab, Kholid bin Walid dan Sholahuddin Al-Ayyubi. 

Rasanya saya pengen mimpi bertemu Abd el-Qadir Umar malam ini, menyambutnya dengan kalungan bunga di Bandara Amir Muhammad bin Abdulaziz, Madinah bersama Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdulaziz As-Saud, Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi dan Wali Kota Madinah beserta staf masing-masing seraya berkata, "Selamat Datang Duta Palestina di Kota Nabi!".*

Muhammad Dinul Haq/Kontributor Hidayatullah.com di Madinah

Note : Kisah ini dimuat di Hidayatullah.com secara bersambung
Sumber  Hidayatullah.com

Sumbang $1,88 Juta Saudi Bangun Rumah untuk Rohingya

Hidayatullah.com—Arab Saudi hari Ahad (20/1/2013) mengumumkan tentang pemberian sumbangan kepada pengungsi Rohingya melalui lembaga pengungsi PBB UNHCR sebesar US$1,88 juta (sekitar 1,8 trilyun rupiah), lansir Arab News.

Nota kesepahaman mengenai bantuan itu ditandatangani oleh Yusuf al-Bassam dari Yayasan Saudi untuk Pembangunan dan Imran Riza dari kantor perwakilan regional UNHCR di Riyadh.
Bantuan itu ditujukan untuk pembangunan tempat tinggal sementara dan permanen bagi sekitar 75.000 orang Muslim Myanmar yang kehilangan rumahnya akibat kerusuhan beberapa waktu lalu di negara bagian Arakan (Rakhine), Myanmar.

Usai menandatangani nota tersebut, dalam pidatonya Riza menggarisbawahi tentang arti pentingnya bantuan Saudi tersebut, yang dinilai datang tepat pada waktunya.
Atas nama Komisaris Tinggi UNHCR Antonio Guterres, Imran Riza mengyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Penjaga Dua Masjid Suci Raja Abdullah, atas kemurahan hatinya dan kepemimpinan Saudi dalam menanggapi krisis-krisis kemanusiaan.
Dalam proyek pembangunan perumahan untuk warga Rohingya di Arakan itu Saudi juga melibatkan negara Pakistan.*

Rep: Ama Farah
Red: Dija

Saturday, January 19, 2013

BENARKAH KHAWARIJ MUNCUL DARI NAJD ARAB SAUDI??

Membongkar Koleksi Dusta Syaikh Idahram 7

Idahram membawakan beberapa hadits yang –menurut persangkaannya- menunjukkan bahwa khawarij munculnya dari Najd yang ada di timur kota Madinah, yaitu daerah tempat munculnya Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab, yang ini menunjukkan bahwa yang dimaksud oleh Nabi dengan kaum khawarij adalah kaum Salafi Wahabi.

Diantara hadits-hadits yang menunjukkan bahwa Najd adalah tempat munculnya fitnah adalah:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ هُنَاكَ الزَّلَازِلُ وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
Dari Ibnu 'Umar, ia berkata : Nabi pernah bersabda : “Ya Allah, berikanlah barakah kepada kami pada Syaam kami dan Yamaan kami” . Para shahabat : “Dan juga Najd kami ?”. Beliau bersabda : “Di sana muncul bencana dan fitnah. Dan di sanalah akan muncul tanduk setan . (Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1037. Diriwayatkan juga pada no. 7094 dan Muslim no. 2095)

Dalam riwayat yang lain dari Ibnu 'Umar :

أَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ مُسْتَقْبِلَ الْمَشْرِقِ يَقُوْلُ "أَلآ إِنَّ الْفِتْنَةَ هَهُنَا. أَلآ إِنَّ الْفِتْنَةَ هَهُنَا، مِنْ حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ".

Bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam - dimana beliau waktu itu menghadap ke timur -, beliau bersabda : “Ketahuilah, sesungguhnya fitnah datang dari sini, ketahuilah sesungguhnya fitnah datang dari sini, dari arah munculnya tanduk setan” (HR Muslim no 2095)
 
Dalam lafadh lain:
فَقَالَ بِيَدِهِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ "الْفِتْنَةُ هَهُنَا مِنْ حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ" قالها مرتين أو ثلاثا.
"Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda dengan berisyarat dengan tangannya ke arah timur : “Fitnah itu dari sini, dari arah munculnya tanduk setan”. Beliau mengatakannya dua atau tiga kali" (HR Muslim 2905)

Dalam riwayat yang lain : يُشِيرُ بِيَدِهِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ "Beliau memberi isyarat dengan tangannya ke arah timur" (HR Muslim 2905)
 
Dalam hadits yang lain menunjukkan bahwa kau khawarij munculnya dari arah timur.
عَنْ يُسَيْرِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: سَأَلْتُ سَهْلَ بْنَ حُنَيْفٍ، هَلْ سَمِعْتَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ الْخَوَارِجَ، فَقَالَ: سَمِعْتُهُ وَأَشَارَ بِيَدِهِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ «قَوْمٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ بِأَلْسِنَتِهِمْ لَا يَعْدُو تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ، كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ»
 
Dari Yusair bin 'Amr berkata, "Aku bertanya kepada Sahl bin Hunaif (radhiallahu 'anhu), Apakah engkau mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan tentang khawarij?". Maka Sahl berkata, "Aku mendengarnya –dan Nabi sambil mengisyaratkan tangannya ke arah timur- beliau bersabda, "Suatu kaum yang membaca Al-Qur'an dengan lisan-lisan mereka akan tetapi tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama sebagaimana keluarnya anak panah dari badan hewan buruannya" (HR Muslim no 1068)
 
Riwayat-riwayat di atas menunjukkan bahwa akan muncul banyak fitnah dari arah timur kota Madinah, yaitu dari Najd , yaitu tempat munculnya tanduk syaitan. Dan diantara fitnah-fitnah tersebut yang datang dari timur adalah munculnya kaum khawarij.
 
Idahram berkesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Najd dalam hadits di atas adalah Najd yang ada di Arab Saudi yaitu daerah sekitar kota Riyadh, tempat kelahirannya Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab. Dengan demikian berarti pantaslah jika Syaikh Muhammad bin Abdil Wahab adalah tokoh khawarij yang muncul dari arah timur kota Madinah.
Idahram berkata,
"Nabi saw. telah memberitahukan kepada umatnya bahwa kemunculan fitnah-fitnah yang menerpa umatnya berasal dari arah timur (baca : timur Madinah, yakni Najd di Saudi Arabia). Fitnah ini bukan hanya sekali, tetapi berkali-kali. Sebab, kata fitnah dalam hadits di atas menggunakan bentuk plural, yaitu fitan (fitnah-fitnah). Sejarah mencatat bahwa Musailamah ibnu Habib al-Kadzdzab, Sajah binti Al-Harits ibnu Suwaid at-Tamimah, Thalhah ibnu Khuwailid al-Asadi, dan orang-orang semisal mereka, semuanya berasal dari Najd, tanah kelahiran Muhammad ibnu Abdil Wahhab si pendiri sekte Salafy Wahabi. Bahkan para pembuat fitnah itu berasal dari kaum/kabilah yang sama dengan kabilahnya pendiri Wahabi, yaitu Bani Tamim" (Sejarah Berdarah… hal 150).
Idahram juga berkata,
"Mereka yang mengatakan bahwa Najd adalah "dataran tinggi"di Iraq, salah besar. Karena selain Iraq bukan dataran tinggi, juga karena Iraq berada di sebelah utara kota Madinah, dan tidak pernah ada nama daerah Najd di Iraq" (Sejarah Berdarah… hal 152)

SANGAAHAN

Pernyataan-pernyataan Idahram di atas adalah salah, bisa dilihat dari banyak sisi :

Pertama : Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Najd dalam hadits di atas maka metode yang terbaik adalah dengan melihat riwayat-riwayat hadits-hadits yang lain. Karena metode menafsirkan hadits yang terbaik adalah menafsirkan hadits dengan hadits-hadits yang lain.

Jika kita kembali memperhatikan hadits di atas :

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ هُنَاكَ الزَّلَازِلُ وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ

Dari Ibnu 'Umar, ia berkata : Nabi pernah bersabda : “Ya Allah, berikanlah barakah kepada kami pada Syaam kami dan Yamaan kami” . Para shahabat : “Dan juga Najd kami ?”. Beliau bersabda : “Di sana muncul bencana dan fitnah. Dan di sanalah akan muncul tanduk setan

Lantas kita bandingkan dengan riwayat yang lain sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ath-Thabaraani dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhu:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلم قال : اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا، اللَّهُمَّ بَارِكْ فِي يَمَنِنَا، فَقَالَهَا مِرَاراً، فَلَمَّا كَانَ فِي الثَّالِثَةِ أَوِ الرَّابِعَةِ، قَالُوا: يَا رَسُوْلَ اللهِ! وَفِي عِرَاقِنَا؟ قَالَ: إِنّ بِهَا الزَّلاَزِلَ وَالْفِتَنَ، وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
Bahwasannya Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Ya Allah, berikanlah barakah kepada kami pada Syaam kami dan Yamaan kami” . Beliau mengatakannya beberapa kali. Saat beliau mengatakan yang ketiga kali atau keempat, para shahabat berkata : “Wahai Rasulullah, juga pada ' Iraq kami ?”. Beliau bersabda : “Sesungguhnya di sana terdapat bencana dan fitnah. Dan di sanalah muncul tanduk setan” [Al-Mu'jamul-Kabiir, 12/384 no. 13422].
 
Hadits ini telah dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah, beliau telah mentakhrij hadits ini dengan menyebutkan seluruh jalan-jalan hadits ini. (Lihat Silsilah Al-Ahaadiits As-Shahihah 5/302-306, takhriij hadits no 2246)

Kedua : Dalam hadits juga disebutkan bahwa kaum khawarij keluar dari arah timur kota Madinah.
عَنْ يُسَيْرِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: سَأَلْتُ سَهْلَ بْنَ حُنَيْفٍ، هَلْ سَمِعْتَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ الْخَوَارِجَ، فَقَالَ: سَمِعْتُهُ وَأَشَارَ بِيَدِهِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ «قَوْمٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ بِأَلْسِنَتِهِمْ لَا يَعْدُو تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ، كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ»
Dari Yusair bin 'Amr berkata, "Aku bertanya kepada Sahl bin Hunaif (radhiallahu 'anhu), Apakah engkau mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan tentang khawarij?". Maka Sahl berkata, "Aku mendengarnya –dan Nabi sambil mengisyaratkan tangannya ke arah timur- beliau bersabda, "Suatu kaum yang membaca Al-Qur'an dengan lisan-lisan mereka akan tetapi tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama sebagaimana keluarnya anak panah tembus keluar dari badan hewan buruannya" (HR Muslim no 1068)

Rasulullah juga bersada

يَتِيهُ قَوْمٌ قِبَلَ الْمَشْرِقِ مُحَلَّقَةٌ رُءُوسُهُمْ
"Tersesat suatu kaum di arah timur, kepala-kepala mereka gundul" (HR Muslim no 1068)

Rasulullah juga bersabda,

«يَخْرُجُ نَاسٌ مِنْ قِبَلِ المَشْرِقِ، وَيَقْرَءُونَ القُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ، يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ، ثُمَّ لاَ يَعُودُونَ فِيهِ حَتَّى يَعُودَ السَّهْمُ إِلَى فُوقِهِ»، قِيلَ مَا سِيمَاهُمْ؟ قَالَ: " سِيمَاهُمْ التَّحْلِيقُ
"Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al-Qur'an namun tidak sampai melewati batas kerongkongan mereka. Mereka keluar dari agama Islam seperti anak panah tembus keluar dari (badan) binatang buruannya. Mereka tidak pernah kembali sampai anak panah bisa kembali ke busurnya. Ciri-ciri mereka adalah mencukur habis rambutnya atau gundul" (HR Al-Bukhari no 7562)

Lebih jelas dalam riwayat berikut
عَنْ يُسَيْرِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ دَخَلْتُ عَلَى سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ فَقُلْتُ حَدِّثْنِي مَا سَمِعْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي الْحَرُورِيَّةِ قَالَ أُحَدِّثُكَ مَا سَمِعْتُ لَا أَزِيدُكَ عَلَيْهِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ قَوْمًا يَخْرُجُونَ مِنْ هَاهُنَا وَأَشَارَ بِيَدِهِ نَحْوَ الْعِرَاقِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ قُلْتُ هَلْ ذَكَرَ لَهُمْ عَلَامَةً قَالَ هَذَا مَا سَمِعْتُ لَا أَزِيدُكَ عَلَيْهِ
Dari Yusair bin 'Amr berkata, "Aku menemui Sahl bin Hunaif (radhiallahu 'anhu) lalu aku berkata, "Sampaikanlah kepadaku hadits yang engkau dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang Haruriyah ". Sahl berkata, Aku akan menyampaikan kepada engkau hadits yang aku dengar dan aku tidak akan menambah-nambahi. Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebut suatu kaum yang keluar dari arah sini -dan Nabi mengisyaratkan tangannya ke arah Iraq- mereka membaca Al-Qur'an akan tetapi tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama sebagaimana keluarnya anak panah tembus keluar dari badan hewan buruannya".

Aku (yaitu Yusair bin 'Amr) berkata, "Apakah Nabi menyebutkan suatu tanda tentang mereka?", Sahl berkata, "Ini yang aku dengar, aku tidak menambah-nambahinya" (HR Ahmad no 15977)

Sungguh benar sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ini, ternyata sejarah menyatakan bahwa kaum Khawarij keluar dan muncul di Iraq.

Ketiga : Kaedah menunjukkan bahwasanya perawi hadits lebih paham dengan apa yang dia riwayatkan, terlebih lagi jika perawi hadits tersebut sahabat atau tabi'in.

Imam Muslim meriwayatkan dalam shahihnya dari Ibnu Fudhail, ia berkata :

سَمِعْتُ سَالِمَ بْنَ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ، يَقُولُ: يَا أَهْلَ الْعِرَاقِ مَا أَسْأَلَكُمْ عَنِ الصَّغِيرَةِ، وَأَرْكَبَكُمْ لِلْكَبِيرَةِ سَمِعْتُ أَبِي عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّ الْفِتْنَةَ تَجِيءُ مِنْ هَاهُنَا» وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ «مِنْ حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنَا الشَّيْطَانِ» وَأَنْتُمْ يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ، وَإِنَّمَا قَتَلَ مُوسَى الَّذِي قَتَلَ، مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ، خَطَأً فَقَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ: {وَقَتَلْتَ نَفْسًا فَنَجَّيْنَاكَ مِنَ الْغَمِّ وَفَتَنَّاكَ فُتُونًا} [طه: 40]

Aku mendengar Salim bin 'Abdillah bin 'Umar berkata : “Wahai penduduk 'Iraq , aku tidak bertanya tentang masalah kecil dan aku tidak mendorong kalian untuk masalah besar. Aku pernah mendengar ayahku, Abdullah bin 'Umar berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa salam bersabda : ' Sesungguhnya fitnah itu datang dari sini - ia menunjukkan tangannya ke arah timur - dari arah munculya dua tanduk setan' . Kalian saling menebas leher satu sama lain. Musa hanya membunuh orang yang ia bunuh yang berasal dari keluarga Fir'aun itu karena tidak sengaja. Lalu Allah 'azza wa jalla berfirman padanya : 'Dan kamu pernah membunuh seorang manusia, lalu kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan." (Thaahaa: 40)” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2905].

Salim bin 'Abdillah bin 'Umar mengecam penduduk 'Iraaq karena fitnah yang mereka timbulkan dengan menyebut hadits kemunculan tanduk setan dari arah mereka. Ini menunjukkan bahwa Salim bin 'Abdillah bin 'Umar memahami arah timur yaitu arah Iraq.

Keempat : Para ulama juga memahami bahwa Iraq adalah sebelah timurnya Mekah.

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkali-kali menekankan makna "masyriq" (timur) dalam kitabnya "Fathul Bari", beliau berkata :

"Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ((Puncak kekufuran di arah timur)), …. Ini menunjukkan akan parahnya kekafiran kaum majusi, karena kerajaan Persia dan orang-orang Arab yang tunduk kepada mereka berada di arah timur kota Madinah. Mereka berada di puncak kekerasan hati, kesombongan dan keangkuhan, hingga raja mereka merobek surat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam –sebagaimana akan datang penjelasannya pada tempatnya- dan fitnah-fitnahpun berkesinambungan dari arah timur" (Fathul Baari 6/352)

Ibnu Hajar juga berkata tatkala menjelaskan tentang hadits yang diriwayatkan oleh Usamah radhiallahu 'anhu

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشْرَفَ عَلَى أُطُمٍ مِنْ آطَامِ الْمَدِينَةِ، ثُمَّ قَالَ: «هَلْ تَرَوْنَ مَا أَرَى؟ إِنِّي لَأَرَى مَوَاقِعَ الْفِتَنِ خِلَالَ بُيُوتِكُمْ، كَمَوَاقِعِ الْقَطْرِ»

"Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melihat dari salah bangunan yang tinggi (benteng) di kota Madinah, lalu beliau berkata, "Apakah kalian melihat apa yang aku lihat?, Sesungguhnya aku benar-benar melihat tempat-tempat fitnah diantara rumah-rumah kalian, sebagaimana tempat-tempat turunnya hujan" (HR Al-Bukhari no 1878 dan Muslim no 2885)

"Hanyalah dikhususkan kota Madinah dengan hal itu (*munculnya fitnah-fintah) karena pembunuhan Utsman terjadi di Madinah, kemudian tersebarlah fitnah di negeri-negeri setelah itu. Perang Jamal, perang shiffin semuanya karena peristiwa pembunuhan Utsman. Perang di Nahrawaan disebabkan karena permasalahn tahkiim yang dilakukan di siffin. Seluruh peperangan yang terjadi di masa itu hanyalah buah dari pembunuhan Utsman atau karena sesuatu yang timbul akibat pembunuhan Utsman. Kemudian sebab utama terjadi pembunuhan Utsman adalah pencelaan terhadap para gubernur dan juga pencelaan terhadap Utsman yang telah mengangkat para gubernur tersebut. Dan yang pertama kali timbul hal itu dari Iraq, dan ia dari arah timur. " (Fathul Baari 13/13)

Ibnu Hajar juga berkata

"Selain Al-Khtthoobi berkata bahwasanya penduduk daerah timur tatkala itu orang-orang kafir, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan bahwa fitnah akan datang dari arah timur, dan terjadilah sebagaimana yang dikabarkan oleh Nabi. Fitnah yang pertama kali terjadi dari arah timur dan hal itu terjadi karena perpecahan diantara kaum muslimin, dan hal ini merupakan perkara yang disukai dan digembirai syaitan. Demikian juga bid'ah tersebar dari arah tersebut.

Al-Khottoobi berkata, "Najd dari sisi timur, barang siapa yang di kota Madinah maka Najd nya adalah padang Iraq dan sekitarnya, dan itu adalah bagian timur penduduk Madinah. Dan Najd asalnya (*dalam bahasa) adalah setiap dataran yang tinggi, hal ini berbeda dengan "ghour" karena ghour adalah dataran rendah. Dan Tihamah seluruhnya dari ghour, dan kota Mekah termasuk Tihamah" demikian perkataan Al-Khotthoobi.

Dengan demikian diketahuilah kelemahan pendapat Ad-Dawudi yang menyatakan bahwa Najd (suatu tempat) di arah Iraq, karena ia menyangka bahwa Najd adalah suatu tempat khusus tertentu, padahal bukan demikian, seluruh tempat yang tinggi ditinjau dari daerah yang setelahnya dikatakan dataran tinggi tersebut Najd dan dataran rendah ghour" (Fathul Baari 13/47)

Ibnu Hajar juga berkata,

"Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ((Keluar sekelompok manusia dari arah timur)), sebagaimana telah lalu… mereka adalah khawarij…dan awal kemunculan mereka di Iraq, dan Iraq berada di arah timur jika ditinjau dari kota Mekah Al-Musyarrofah" (Fathul Baari 13/536)

Kesimpulan dari penjelasan Ibnu Hajar diatas diantaranya :
  • Iraq merupakan timur kota Madinah
  • Fitnah khawarij munculnya di Iraq, tatkala terpecah kaum muslimin
  • Najd artinya adalah dataran tinggi, dan ini adalah makna Najd menurut asli bahasanya.
  • Najd bukanlah nama suatu tempat khusus yang ada di Iraq, karenanya Ibnu Hajar membantah Ad-Dawudi yang menyangka ada suatu daerah yang Namanya Najd di Iraq
  • Jadi memang tidak ada nama daerah Najd di Iraq

Kelima : Dari penjelasan lalu maka kita pahami bahwasanya kata "masyriq" tidak berarti harus persis ke arah timur, akan tetapi kata "masyriq" juga mencakup arah timur laut. Karena posisi Iraq berada di arah timur laut kota Madinah.

Sebagai bukti bahwasanya kata "masyriq" mencakup arah timur laut, sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa salam telah mengabarkan bahwa akan muncul Dajjaal dari arah timur. Rasulullah bersabda:

أَلَا إِنَّهُ فِي بَحْرِ الشَّأْمِ أَوْ بَحْرِ الْيَمَنِ، لَا بَلْ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ مَا هُوَ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ، مَا هُوَ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ، مَا هُوَ وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ إِلَى الْمَشْرِقِ

"Ketahuilah, bahwasannya ia (Dajjaal) keluar dari laut Syaam atau laut Yaman. Tidak, bahkan ia keluar dari arah Timur. Ia dari arah Timur !, ia dari arah Timur !!” . Dan beliau mengarahkan tangannya ke Timur " (HR Muslim no. 2942).

Rasulullah juga bersabda dalam hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh :

" يَأْتِي الْمَسِيحُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ هِمَّتُهُ الْمَدِينَةُ حَتَّى يَنْزِلَ دُبُرَ أُحُدٍ، ثُمَّ تَصْرِفُ الْمَلَائِكَةُ وَجْهَهُ قِبَلَ الشَّامِ، وَهُنَالِكَ يَهْلِكُ "

“Al-Masiih (Ad-Dajjaal) datang dari arah Timur menuju kota Madinah dan berhenti di belakang bukit Uhud. Kemudian malaikat memalingkan mukanya ke arah Syaam dan ia binasa di sana” (HR Muslim no. 1380).

Ternyata yang dimaksud dengan arah timur tempat kemunculan dajjal adalah di daerah Khuraasaan, sebagaimana dijelaskan dalam riwayat berikut :

عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ، قَالَ: حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " الدَّجَّالُ يَخْرُجُ مِنْ أَرْضٍ بِالْمَشْرِقِ، يُقَالُ لَهَا: خُرَاسَانُ، يَتْبَعُهُ أَقْوَامٌ كَأَنَّ وُجُوهَهُمُ الْمَجَانُّ الْمُطْرَقَةُ "

dari Abu Bakr Ash-Shiddiiq, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Dajjaal akan keluar dari bumi Timur, yang bernama : Khuraasaan . Ia akan diikuti oleh beberapa kaum, dimana wajah mereka itu seperti perisai yang ditambal” (HR At-Timidzi no. 2237, Ibnu Majah no 4072, Ahmad no 12, dan Al-Hakim no 8608, dan dishahihkan oleh Al-Hakim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi, silahkan lihat takhrij hadits ini secara luas di Silasilah Al-Ahaadiits As-Shahihah 4/165 no 1591).

Khuraasaan adalah negeri yang letaknya tidak pas di arah timur mata angin kota Madiinah, namun ia terletak di arah timur laut kota Madinah sebagaimana 'Iraq.

Dalam hadits yang lain disebutkan bahwa Dajjal muncul dari Asbahan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda

وَإِنَّهُ يَخْرُجُ فِي يَهُودِيَّةِ أَصْبَهَانَ حَتَّى يَأْتِيَ الْمَدِينَةَ فَيَنْزِلُ فِي نَاحِيَتِهَا

"Dan sesungguhnya Dajjal akan keluar di Yahudi Asbahan hingga ia mendatangi kota Madinah, lalu iapun berhenti di pinggiran Madinah" (HR Ahmad no 24467, Ibnu Hibban no 1905 dan dishahihkan oleh Al-Haitsami dalam Majma' Az-Zawaid 7/651)

Dan semisal hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan lafal

يَتْبَعُ الدَّجَّالَ مِنْ يَهُودِ أَصْبَهَانَ، سَبْعُونَ أَلْفًا عَلَيْهِمُ الطَّيَالِسَةُ

"Dajjal diikuti oleh 70 ribu Yahudi Asbahan, mereka memakai thoyalisah (semacam pakaian yang diletakan di bahu)" (HR Muslim no 2944)

Al-Hafiz Ibnu Hajar berkata :

وَأَمَّا مِنْ أَيْنَ يَخْرُجُ؟ فَمِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ جَزْمًا، ثُمَّ جَاءِ فِي رِوَايَةٍ أَنَّهُ يَخْرُجُ مِنْ خُرَاسَان، أَخْرَجَ ذَلِكَ أَحْمَدُ وَالْحَاكِمُ مِنْ حَدِيْثِ أَبِي بَكْرٍ وَفِي أُخْرَى أَنَّهُ يَخْرُجُ مِنْ أَصْبَهَان أَخْرَجَهَا مُسْلِمٌ

"Adapun dari mana keluarnya Dajjal?, maka keluarnya pasti dari arah timur, kemudian dalam sebuah riwayat bahwasanya Dajjal keluar dari Khurosan, sebagaimana riwayatnya dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan Al-Hakim dari hadits Abu Bakr As-Shiddiq, dan dalam riwayat yang lain bahwasanya Dajjaal keluar dari Ashbahaan, riwayatnya dikeluarkan oleh Muslim" (Fathul Baari 13/91)

Padahal Asbahan terletak di timur laut kota madinah, dan tidak persis ke arah timur, sebagaimana juga Iraq (tempat munculnya Khawarij), ternyata juga di timur laut Madinah dan tidak persis di arah timur, akan tetapi Nabi menyatakan dua tempat ini (Iraq dan Asbahan) adalah di masyriq (timur) kota Madinah. Perhatikan peta di bawah ini (sumber : http://maps.google.co.id/, kata kunci kufah)



Keenam : Para ahli bahasa Arab juga menyatakan bahwa Najd dalam bahasa Arab artinya dataran tinggi.

Al-Azhari (wafat 370 H) berkata

قال ابن شميل: النَّجْدُ: قفاف الأرض وصلابتها، وما غلظ منها وأشرف، والجماعة: النَّجَادُ، ولا يكون إلا قفاًّ أو صلابة من الأرض في ارتفاع مثل الجبل مُعترضاً بين يديك، يردُّ طرفك عمَّا وراءه

"Ibnu Syumail berkata, "An-Najd : Tanah kering dan keras, tanah yang keras dan tinggi. Pluralnya An-Najaad, dan tidak dikatakn An-Najd kecuali dataran kering dan keras serta tinggi, seperti gunung yang membentang dihadapanmu, ia menghalangi pandanganmu dari apa yang ada di belakangnya" (Tahdziib Al-Lughoh 10/662)

Ibnu Faaris (wafat 395 H) berkata :

وَالنَّجْدُ مُرْتَفَعٌ مِنَ الأَرْضِ

(Mu'jam Maqooyiis Al-Lughoh 4/401)

Ibnul Atsiir (wafat 606 H) berkata :

والنَّجْد : ما ارْتَفع من الأرض وهو اسمٌ خاصٌّ لما دون الحجاز ممَّا يَلي العِراق

"Dan An-Najd adalah dataran tinggi, dan ia adalah nama khusus untuk daerah setelah Hijaz (*Mekah-Madinah) ke arah Iraq" (An-Nihaayah fi Ghoriib Al-Hadiits 5/19)

Al-Fairuz Aabadi (wafat 817 H) berkata:

النَّجْدُ : ما أشْرَفَ من الأرضِ

"An-Najd adalah dataran tinggi' (Qoomuus Al-Muhiith 1/337)

Dari perkataan para Ahli bahasa Arab ini kita mengetahui dengan pasti bahwa An-Najd secara bahasa adalah dataran tinggi.

Karenanya terdapat banyak Najd di dunia ini, yang berarti dataran tinggi, sebagaimana disebutkan oleh Yaquut bin Abdillah Al-Hamawi Ar-Rumi Al-Baghdadi dalam kitabnya Mu'jam Al-Buldaan, bahwasanya ada Najd Barq, Najd Khool, Najd 'Ufr, Najd 'Uqoob, Najd Kabkab, Najd Yaman, dll (Lihat Mu'jam Al-Buldaan 5/265)

Ketujuh : Terbukti kalau Iraq memang tempat munculnya fitnah-fitnah, diantara fitnah-fitnah tersebut:
  • Terbunuhnya Al-Husain bin Ali bin Abi Thoolib di Karbala

Tatkala ada penduduk Iraq yang bertanya kepada Ibnu Umar radhiallahu 'anhu tentang hukum membunuh seekor lalat tatkala sedang ihrom, maka Ibnu Umar berkata

أَهْلُ العِرَاقِ يَسْأَلُونَ عَنِ الذُّبَابِ، وَقَدْ قَتَلُوا ابْنَ ابْنَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

"Penduduk Iraq mereka bertanya tentang (hukum membunuh) lalat, sementara mereka telah membunuh putra dari putri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam !!" (HR Al-Bukhari no 3753)
  • Munculnya Khawarij juga di Iraq, sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :

قَوْمًا يَخْرُجُونَ مِنْ هَاهُنَا وَأَشَارَ بِيَدِهِ نَحْوَ الْعِرَاقِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ قُلْتُ هَلْ ذَكَرَ لَهُمْ عَلَامَةً قَالَ هَذَا مَا سَمِعْتُ لَا أَزِيدُكَ عَلَيْهِ

"Suatu kaum yang keluar dari arah sini -dan Nabi mengisyaratkan tangannya ke arah Iraq - mereka membaca Al-Qur'an akan teapi tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama sebagaimana keluarnya anak panah dari badan hewan buruannya".(HR Ahmad no 15977)
  • Munculnya Mukhtaar bin Abi 'Ubaid Ats-Tsaqofi yang mengaku sebagai nabi
  • Fitnahnya Al-Hajjaaj bin Yusuf Ats-Tsaqofi yang banyak menumpahkan darah kum muslimin.
  • Di Baghdad mulai munculnya fitnah Kholq Al-Qur'an, yaitu di masa Imam Ahmad, sehingga Imam Ahmad dipenjara dan disiksa. Para ulama telah sepakat bahwa aqidah Al-Qur'an adalah makhluk merupakan aqidah kufur.
  • Iraq dahulu merupakan sarangnya Syi'ah Rofidoh, bahkan hingga saat ini
  • Yang pertama kali mengingkari taqdir adalah Ma'bad Al-Juhani di Bashroh di Iraq

عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ، قَالَ: كَانَ أَوَّلَ مَنْ قَالَ فِي الْقَدَرِ بِالْبَصْرَةِ مَعْبَدٌ الْجُهَنِيُّ

Dari Yahya bin Ya'mar berkata, "Pertama kali yang menolak taqdir dalah Ma'bad Al-Juhani di Bahsroh (*salah satu kota di Iraq)" (HR Muslim no 1)

  • Fitnah Mu'tazilah
  • Fitnah Murji'ah juga pertama kali muncul di Iraq
  • Dan di Iraqlah mengalir darah-darah kaum muslimin yang terbunuh oleh bala tentara kaum Tatar

Mahmuud Syukriy Al-Aaluusiy Al-'Iraaqiy rahimahullah berkata :

“Bukan perkara yang mengherankan bahwa negeri 'Iraq sumber setiap fitnah dan bencana. Kaum muslimin di sana senantiasa ditimpa musibah demi musibah. Orang-orang Haruuraa' (Khawaarij) dan apa yang mereka lakukan terhadap Islam tidaklah samar lagi (akan kerusakannya). Begitu juga dengan fitnah Jahmiyyah yang telah dikafirkan mayoritas ulama salaf, hanya keluar dan lahir dari bumi 'Iraq . Mu'tazillah dan apa yang mereka katakan kepada Al-Hasan Al-Bashriy serta lima pokok keyakinan mereka yang masyhur yang menyelisihi Ahlus-Sunnah, dan ahlul-bid'ah dari kalangan Shufiyyah yang berpendapat akan adanya fanaa' dalam tauhid ar-rububiyyah yang bermaksud menggugurkan beban perintah dan larangan; juga muncul di Bashrah ( 'Iraq ). Lalu Raafidlah dan Syi'ah serta apa yang terdapat pada mereka dari sikap ghulluw (berlebih-lebihan) terhadap ahlul-bait, perkataan buruk mereka terhadap Al-Imaam 'Aliy dan seluruh imam-imam, serta caci-maki mereka terhadap para pembesar shahabat Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam; maka semuanya ini ma'ruuf lagi tersiar” (Ghayaatul-Amaaniy, 2/180).

Kedelapan : Jika kita membaca tentang sejarah Islam tentang fitnah-fitnah yang terjadi di dunia Islam, kita akan dapati daerah Najd Arab Saudi jauh dari tempat-tempat munculnya fitnah. Di zaman para sahabat –terutama zaman dua khalifah, Utsman dan Ali bin Abi Tholib-, muncul banyak fitnah, dan semua fitnah muncul di Iraq, Syam, dan Mesir. Tidak ada fitnah yang lebih besar dari terbunuhnya Umar bin Al-Khotthob, Utsman bin'Affan, dan Ali bin Abi Tholib. Termasuk fitnah yang besar adalah peperangan yang terjadi antara Ali dan Mu'awiyah, demikian juga perang jamal, juga perang antara Ali dan Khawarij. Dan jika kita mengecek sejarah Islam dari zaman para sahabat hingga saat ini maka kita akan dapati kebanyak fitnah besar yang timbul adalah di daerah Iraq, Mesir dan Syam, tidak kita dapatkan hal tersebut terjadi di Najd Arab Saudi.

Kesembilan : Kalaupun seandainya dakwah salafiyah (dakwah salafi wahabi) yang ada sekarang adalah dakwah yang sesat, maka apakah fitnahnya lebih besar dibandingkan dengan fitnah ilhad, kristenisasi, kefasikan, dan kefujuran yang muncul sekarang di negeri-negeri yang lain selain di Najd Arab Saudi??. Apakah pantas kita memvonis bahwa hadits-hadits tentang munculnya fitnah-fitnah itu adalah di Najd Arab Saudi??, sementara negeri-negeri lain tenggelam dalam tersebarnya kekufuran, liberalisme, kefasikan, kristenisasi, dll??!!

Jika memang dakwah Salafy Wahabi dianggap sesat, maka tidak bisa dipungkiri, bahwasanya aqidah-aqidah yang rusak dari firqoh-firqoh yang sesat banyak muncul di negeri-negeri Islam, tidak sebanding dengan dakwah Salaf Wahabi

Terlebih lagi suku kata "fitnah" seringnya digunakan untuk mengungkapkan terjadinya pertumpahan darah dan peperangan, maka apakah telah terjadi perang besar-besaran dan pertumpahan darah besar-besaran di Najd Arab Saudi bila dibandingkan pertumpahan darah dan peperangan yang sering terjadi di Iraq??!!. Kita tidak mengingkari adanya peperangan kecil-kecilan yang terjadi di Najd Arab Saudi terutama di zaman Raja Abdul Aziz, akan tetapi itu merupakan hal yang wajar, dan semua negara mengalami hal seperti ini.

Tatkala mengomentari hadits tentang munculnya tanduk syaitan dari arah timur, maka Ibnu Abdil Barr berkata :

"Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan tentang datangnya fitnah-fitnah dari arah timur, dan demikianlah kebanyakan fitnah muculnya dari timur dan terjadi di timur, seperti perang jamal, perang sifin, terbunuhnya Al-Husai, dan fitnah-fitnah yang lainnya yang panjang jika diceritakan, yaitu fitnah-fitnah yang terjadi setelah itu di Iraq dan Khurosan hingga hari ini. Memang terjadi fitnah-fitnah di negeri-negeri Islam, akan tetapi fitnah yang terjadi di timur selalu lebih banyak" (At-Tamhiid 17/12)

Kesepuluh : Munculnya fitnah di suatu tempat, tidaklah melazimkan rusaknya aqidah di tempat tersebut.

Dari Usamah radhiallahu 'anhu

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشْرَفَ عَلَى أُطُمٍ مِنْ آطَامِ الْمَدِينَةِ، ثُمَّ قَالَ: «هَلْ تَرَوْنَ مَا أَرَى؟ إِنِّي لَأَرَى مَوَاقِعَ الْفِتَنِ خِلَالَ بُيُوتِكُمْ، كَمَوَاقِعِ الْقَطْرِ»

"Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melihat dari salah satu bangunan yang tinggi (benteng) di kota Madinah , lalu beliau berkata, "Apakah kalian melihat apa yang aku lihat?, Sesungguhnya aku benar-benar melihat tempat-tempat fitnah diantara rumah-rumah kalian, sebagaimana tempat-tempat turunnya hujan" (HR Al-Bukhari no 1878 dan Muslim no 2885)

Bahkan dalam hadits ini Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyamakan fitnah yang terjadi di kota Madinah ibarat tempat-tempat jatuhnya air hujan. Kesamaannya dari sisi banyaknya fitnah tersebut dan juga tersebarnya fitnah tersebut (lihat penjelasan Imam An-Nawawi di Syarh Shahih Muslim 18/7-8).

Lantas apakah terjadinya fitnah-fitnah di kota Madinah menunjukkan akan rusaknya aqidah penduduk kota Madinah??!!

Kesebelas : Kalaupun hadits-hadits tentang fitnah menunjukkan akan rusaknya aqidah secara umum maka hal ini tidaklah menunjukkan bahwa rusaknya aqidah tersebut akan secara terus menerus dan berkesinambungan.

Penduduk Najd Arab Saudi sebelum datangnya Nabi adalah kaum musyrikin sebagaimana penduduk daerah-daerah yang lain, dan setelah wafatnya Nabi shallallahu 'alahi wa sallam sebagian penduduk Najd Arab Saudi menjadi kafir dan mengikuti Musailamah Al-Kadzdzab. Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab baru berumur kurang lebih dua abad, lantas bukankah sebelum munculnya dakwah wahabi di Najd maka penduduk Najd sama seperti penduduk daerah-daerah yang lainnya. Dan menurut para penentang dakwah wahabi bahwasanya penduduk Najd -dari zaman tewasnya Musailamah hingga munculnya dakwah wahabi- semuanya dalam keadaan di atas petunjuk dan terbebaskan dari fitnah. Jika perkaranya demikian, maka apakah mereka tetap nekat memvonis hadits-hadits fitnah kepada kota Najd Arab Saudi??!!
bersambung... 

Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja

tentang Membongkar Koleksi Dusta Syaikh Idahram selengkapnya silahkan kunjungi www.firanda.com