JAKARTA – Kalangan praktisi media Indonesia mengusulkan perlu
dibentuknya Pusat Pengembangan Media Islam Internasional (International
Islamic Media Development Center) sebagai respons maraknya new media
saat ini.
Kehadirannew media seperti
Facebook,Twitter,danYoutube terbukti kerap menyajikan informasi yang
kurang seimbang, asal-asalan, bahkan bisa berpengaruh terhadap citra
Islam. Media sosial itu tak bisa dibendung keberadaannya.“New media itu
tidak perlu ditutup. Sebaliknya, kita harus memberikan pengetahuan
kepada mereka,” ujar Parni Hadi,wartawan senior Indonesia, saat
berbicara pada forum Konferensi Media Islam Internasional (KMII) II di
Jakarta kemarin.
Lewat Pusat Pengembangan Media Islam Internasional itulah, kata Parni, para pegiat new media tersebut bisa diberikan pemahaman yang komprehensif soal jurnalistik. Selain bagi kalangan new media,pusat pengembangan ini juga bisa menjadi wahana pendidikan bagi wartawan umum. Ini penting sebab perkembangan new media begitu cepat dan kompleks. Pusat pengembangan ini juga sangat efektif untuk memberikan pencerahan bagi maasyarakat (public) agar mereka lebih melek terhadap perkembangan media.
Gagasan Parni ini kemarin mendapat banyak dukungan dari peserta konferensi. Sejumlah negara seperti Arab Saudi dan Brunei Darussalam bahan siap memberikan dukungan pendanaan. Parni optimistis gagasan ini akan bisa disepakati dalam konferensi yang akan berakhir hari ini.Menurut rencana, pusat pengembangan media ini akan berkantor pusat di Jakarta. “Jika disepakati, paling tidak Februari nanti sudah bisa dimulai dengan menggandeng teman-teman Persaudaraan Jurnalis Muslim Indonesia,” ungkap mantan Direktur Utama LPP RRI ini.
Parnimenambahkan,ideologi media Islam ke depan adalah jurnalisme kenabian (prophetic journalism). Jurnalisme ini mendasarkan empat akhlak mulia Nabi Muhammad SAW yakni shiddiq (benar),amanah (tepercaya), tabligh (menyampaikan), dan fathanah (cerdas). Ideologi ini juga sesuai dengan kode etik jurnalisme internasional.Parni tidak ingin ini proyek ini ditangani pemerintah.
“Namun jika pemerintah mau membantu, silakan karena pemerintah juga diuntungkan, ”ujar dia. CEO Abwab A’lam Media Arab Saudi Malik I Alahmad menilai, gagasan Pusat Pengembangan Media Islam Internasional sangat tepat untuk membatasi efek negatif dari media sosial yang ada sekarang. Dia mengakui keberadaan media saat ini sangat sulit dikontrol baik oleh pemerintah maupun publik.
Lewat Pusat Pengembangan Media Islam Internasional itulah, kata Parni, para pegiat new media tersebut bisa diberikan pemahaman yang komprehensif soal jurnalistik. Selain bagi kalangan new media,pusat pengembangan ini juga bisa menjadi wahana pendidikan bagi wartawan umum. Ini penting sebab perkembangan new media begitu cepat dan kompleks. Pusat pengembangan ini juga sangat efektif untuk memberikan pencerahan bagi maasyarakat (public) agar mereka lebih melek terhadap perkembangan media.
Gagasan Parni ini kemarin mendapat banyak dukungan dari peserta konferensi. Sejumlah negara seperti Arab Saudi dan Brunei Darussalam bahan siap memberikan dukungan pendanaan. Parni optimistis gagasan ini akan bisa disepakati dalam konferensi yang akan berakhir hari ini.Menurut rencana, pusat pengembangan media ini akan berkantor pusat di Jakarta. “Jika disepakati, paling tidak Februari nanti sudah bisa dimulai dengan menggandeng teman-teman Persaudaraan Jurnalis Muslim Indonesia,” ungkap mantan Direktur Utama LPP RRI ini.
Parnimenambahkan,ideologi media Islam ke depan adalah jurnalisme kenabian (prophetic journalism). Jurnalisme ini mendasarkan empat akhlak mulia Nabi Muhammad SAW yakni shiddiq (benar),amanah (tepercaya), tabligh (menyampaikan), dan fathanah (cerdas). Ideologi ini juga sesuai dengan kode etik jurnalisme internasional.Parni tidak ingin ini proyek ini ditangani pemerintah.
“Namun jika pemerintah mau membantu, silakan karena pemerintah juga diuntungkan, ”ujar dia. CEO Abwab A’lam Media Arab Saudi Malik I Alahmad menilai, gagasan Pusat Pengembangan Media Islam Internasional sangat tepat untuk membatasi efek negatif dari media sosial yang ada sekarang. Dia mengakui keberadaan media saat ini sangat sulit dikontrol baik oleh pemerintah maupun publik.
abdul hakim http://www.seputar-indonesia.com
No comments:
Post a Comment