Thursday, December 15, 2011

Saudi dukung Kemenag Gagas PusatPengembangan Media Islam

JAKARTA – Kalangan praktisi media Indonesia mengusulkan perlu dibentuknya Pusat Pengembangan Media Islam Internasional (International Islamic Media Development Center) sebagai respons maraknya new media saat ini.
Kehadirannew media seperti Facebook,Twitter,danYoutube terbukti kerap menyajikan informasi yang kurang seimbang, asal-asalan, bahkan bisa berpengaruh terhadap citra Islam. Media sosial itu tak bisa dibendung keberadaannya.“New media itu tidak perlu ditutup. Sebaliknya, kita harus memberikan pengetahuan kepada mereka,” ujar Parni Hadi,wartawan senior Indonesia, saat berbicara pada forum Konferensi Media Islam Internasional (KMII) II di Jakarta kemarin.

Lewat Pusat Pengembangan Media Islam Internasional itulah, kata Parni, para pegiat new media tersebut bisa diberikan pemahaman yang komprehensif soal jurnalistik. Selain bagi kalangan new media,pusat pengembangan ini juga bisa menjadi wahana pendidikan bagi wartawan umum. Ini penting sebab perkembangan new media begitu cepat dan kompleks. Pusat pengembangan ini juga sangat efektif untuk memberikan pencerahan bagi maasyarakat (public) agar mereka lebih melek terhadap perkembangan media.

Gagasan Parni ini kemarin mendapat banyak dukungan dari peserta konferensi. Sejumlah negara seperti Arab Saudi dan Brunei Darussalam bahan siap memberikan dukungan pendanaan. Parni optimistis gagasan ini akan bisa disepakati dalam konferensi yang akan berakhir hari ini.Menurut rencana, pusat pengembangan media ini akan berkantor pusat di Jakarta. “Jika disepakati, paling tidak Februari nanti sudah bisa dimulai dengan menggandeng teman-teman Persaudaraan Jurnalis Muslim Indonesia,” ungkap mantan Direktur Utama LPP RRI ini.

Parnimenambahkan,ideologi media Islam ke depan adalah jurnalisme kenabian (prophetic journalism). Jurnalisme ini mendasarkan empat akhlak mulia Nabi Muhammad SAW yakni shiddiq (benar),amanah (tepercaya), tabligh (menyampaikan), dan fathanah (cerdas). Ideologi ini juga sesuai dengan kode etik jurnalisme internasional.Parni tidak ingin ini proyek ini ditangani pemerintah.

“Namun jika pemerintah mau membantu, silakan karena pemerintah juga diuntungkan, ”ujar dia. CEO Abwab A’lam Media Arab Saudi Malik I Alahmad menilai, gagasan Pusat Pengembangan Media Islam Internasional sangat tepat untuk membatasi efek negatif dari media sosial yang ada sekarang. Dia mengakui keberadaan media saat ini sangat sulit dikontrol baik oleh pemerintah maupun publik. 
abdul hakim http://www.seputar-indonesia.com    


 
 


Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment