Saturday, February 18, 2012

Beautiful Madinah (2)

1320715490511736874
Pada musim panas, di siang hari, kebanyakan warga Madinah memilih berdiam dalam rumah. Biasanya mereka keluar rumah ba’da ashar atau ba’da isya saat cuacanya sudah lebih bersahabat. Pada malam hari, beberapa kawasan mengalami kemacetan pada jam-jam tertentu, terutama pada kamis malam yang merupakan “malam minggu” di Arab Saudi. Para pemuda Saudi biasa keluar dan berjalan-jalan selepas isya’. Ada sebagian pemuda yang masih mempertahankan tradisi dengan memakai gamis/tsoub (baju tradisional Arab). Sedangkan kaum wanitanya pada umumnya memakai abaya. Di Madinah dan Mekah yang merupakan kota suci, pemakaian abaya disertai cadar hitam tertutup merupakan hal yang wajib dan umum ditemui.

Cukup banyak warga Indonesia yang bermukim di Madinah. Kebanyakan mereka bekerja sebagai supir, pembantu rumah tangga atau berdagang. Ada yang pekerjaannya menjual barang-barang kebutuhan dan oleh-oleh untuk jamaah haji misalnya hati onta, tasbih koka sampai dengan kurma muda. Selain itu, banyak juga yang bekerja di sektor lainnya seperti travel agen (yang mengurus jamaah haji dan umroh), catering, medis/kesehatan dan penjaga toko.

Salah satu pekerjaan menyenangkan yang kadang dilakoni ibu-ibu rumah tangga di Madinah adalah menjadi guide. Kegiatannya mengantar ibu-ibu jamaah haji maupun umroh yang hendak berkunjung ke raudhah. Pengetahuan tentang riwayat kehidupan rasulullah, sejarah masjid nabawi, seluk beluk raudhah dan makam rasulullah, do’a-do’a yang dianjurkan cukup diperlukan serta lebih baik lagi bisa sedikit berbahasa arab. Apabila mengetahui tempat-tempat belanja oleh-oleh yang murah dan lengkap juga bisa memperluas fungsi guidenya dengan mengantar tamu-tamu untuk berbelanja.

Untuk urusan barang kebutuhan sehari-hari, Madinah memiliki beberapa supermarket yang persediaan barangnya cukup lengkap. Misalnya, Sarawat yang sering menyediakan ikan-ikan segar dan menjadi favorit bagi kebanyakan warga Filiphina yang bermukim di Madinah. Untuk sayur dan buah segar, seperti sawi, cabe bahkan buah durian atau manggis tersedia di Mandarin. Tentu dengan harga yang berkali-kali lipat dari harga di tanah air. Ada pula Bin Dawood Superstore yang menyediakan barang-barang kelontongan bahkan sampai pernak-pernik unik untuk perlengkapan rumah. Selain itu terdapat juga pasar tradisional, misalnya Pasar ikan yang khusus menjual ikan dan udang. Pasar ini sudah buka sejakba’da subuh.

Sekitar dua atau tiga kilometer dari pusat kota mesjid Nabawi, terdapat kawasan Sultona. Kawasan ini cukup eksklusif dengan deretan gerai dan butik yang menjajakan baju, tas atau sepatu merk terkenal. Kawasan lain yang terkenal sebagai tempat cuci mata adalah kawasan Quba ( di sekitar mesjid Quba). Barisan toko-toko dikawasan ini menawarkan perhiasan, baju pesta, abaya eksklusif, sepatu, tas, baju anak sampai barang-barang kelontongan ” 1 real for all” (semua barang harga 1 real). Tak jauh dari sini, di kawasan Tarik Qurban, terdapat toko-toko yang menyediakan karpet buatan turki dan Persia berbagai ukuran dengan motif yang cantik mempesona. Pada musim panas umumnya toko-toko buka sampai jam 12 malam, beberapa supermarket bahkan buka hingga 24 jam, demikian juga pada musim haji dan bulan ramadhan. Tidak jarang jam satu dinihari saya masih asyik berjalan-jalan di supermarket untuk berbelanja kebutuhan bulanan didampingi suami. Suasananya pun masih cukup ramai.

Salah satu kawasan lain yang tak kalah menarik adalah pasar barang bekas atau Harraj. Letaknya cukup jauh dari pusat kota, mendekati batas kota Madinah. Beranekaragam barang dijual disana seperti karpet, sofa, lampu kristal, pernak-pernik rumah tangga, mesin cuci, oven, kitchen set bahkan mobil. Kualitasnya bermacam-macam. Namun sebagian barang-barang yang dijual disini kualitasnya masih lumayan bagus. Asal kita pandai memilih dan menawar, kita bisa membawa barang yang kualitasnya bagus dengan harga murah. Apalagi untuk sofa atau karpet, yang tersedia disana umumnya kondisinya masih cukup baik. Pada umumnya warga saudi selalu berganti model sofa atau karpet setiap lebaran, sehingga barang-barang yang dijual pun umumnya masih dalam kondisi baik.
13207152911639279916
Salah satu kawasan yang terkenal bagi jamaah haji/umroh asal Indonesia adalah kawasan Asia, terletak tak jauh dari Masjidil Haram. Kawasan ini memang pusatnya toko-toko yang menjual berbagai macam bahan pangan khas Indonesia. Mulai tahu, tempe, kangkung, petai, bayam, bakso sampai bumbu-bumbu dapur macam sereh, laos, daun jeruk, sampai keluwek dan daun pandan pun tersedia disini. Bahkan dengan kualitas dan kemasan yang lebih bagus dari yang saya jumpai di pasar-pasar tradisional Indonesia. Disini juga terdapat beberapa restoran yang menjual makanan khas Indonesia. Rata-rata pelayannya adalah orang Indonesia. Setiap selesai sholat Jum’at merupakan waktu yang paling ramai. Kebanyakan tenaga kerja asal Indonesia meluangkan waktunya untuk mampir disana. Entah untuk makan atau bertemu teman. Apabila musim haji tiba, biasanya menu yang tersedia lebih beraneka ragam. Pada bulan ramadhan, tempat ini juga ramai. Berbagai penganan berbuka ala tanah air seperti cendol, kolang-kaling, bakwan dan tahu isi terdapat disana.

Selain makanan indonesia, ada beberapa makanan ala arab yang cocok di lidah. Misalnya ayam goreng cepat saji “Al Baik”, harganya tergolong murah. Dengan 10 real kita bisa memperoleh empat potong ayam yang cukup besar, sepotong roti dan kentang goreng, plus saus bawang putihnya yang lezat. Tak heran, antrian di restoran ini nyaris tak pernah sepi. Ada pula Al-Tazzaj, ayam panggang muda ala arab yang lezat. Yang tak kalah sedap adalah roti kobus yang disajikan dengan kuah kari yang banyak dijajakan disudut-sudut kota Madinah.  (Bersambung)

http://www.kompasiana.com/weetta


Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment