Pada musim panas, di siang hari, kebanyakan warga Madinah memilih
berdiam dalam rumah. Biasanya mereka keluar rumah ba’da ashar atau
ba’da isya saat cuacanya sudah lebih bersahabat. Pada malam hari,
beberapa kawasan mengalami kemacetan pada jam-jam tertentu, terutama
pada kamis malam yang merupakan “malam minggu” di Arab Saudi. Para
pemuda Saudi biasa keluar dan berjalan-jalan selepas isya’. Ada
sebagian pemuda yang masih mempertahankan tradisi dengan memakai gamis/tsoub
(baju tradisional Arab). Sedangkan kaum wanitanya pada umumnya memakai
abaya. Di Madinah dan Mekah yang merupakan kota suci, pemakaian abaya
disertai cadar hitam tertutup merupakan hal yang wajib dan umum ditemui.
Cukup banyak warga Indonesia yang bermukim di Madinah. Kebanyakan
mereka bekerja sebagai supir, pembantu rumah tangga atau berdagang. Ada
yang pekerjaannya menjual barang-barang kebutuhan dan oleh-oleh untuk
jamaah haji misalnya hati onta, tasbih koka sampai dengan kurma muda.
Selain itu, banyak juga yang bekerja di sektor lainnya seperti travel
agen (yang mengurus jamaah haji dan umroh), catering, medis/kesehatan
dan penjaga toko.
Salah satu pekerjaan menyenangkan yang kadang dilakoni ibu-ibu rumah
tangga di Madinah adalah menjadi guide. Kegiatannya mengantar ibu-ibu
jamaah haji maupun umroh yang hendak berkunjung ke raudhah. Pengetahuan
tentang riwayat kehidupan rasulullah, sejarah masjid nabawi, seluk
beluk raudhah dan makam rasulullah, do’a-do’a yang dianjurkan cukup
diperlukan serta lebih baik lagi bisa sedikit berbahasa arab. Apabila
mengetahui tempat-tempat belanja oleh-oleh yang murah dan lengkap juga
bisa memperluas fungsi guidenya dengan mengantar tamu-tamu untuk
berbelanja.
Untuk urusan barang kebutuhan sehari-hari, Madinah memiliki beberapa
supermarket yang persediaan barangnya cukup lengkap. Misalnya, Sarawat
yang sering menyediakan ikan-ikan segar dan menjadi favorit bagi
kebanyakan warga Filiphina yang bermukim di Madinah. Untuk sayur dan
buah segar, seperti sawi, cabe bahkan buah durian atau manggis tersedia
di Mandarin. Tentu dengan harga yang berkali-kali lipat dari harga di tanah air. Ada pula Bin Dawood Superstore
yang menyediakan barang-barang kelontongan bahkan sampai pernak-pernik
unik untuk perlengkapan rumah. Selain itu terdapat juga pasar
tradisional, misalnya Pasar ikan yang khusus menjual ikan dan udang.
Pasar ini sudah buka sejakba’da subuh.
Sekitar dua atau tiga kilometer dari pusat kota mesjid Nabawi, terdapat
kawasan Sultona. Kawasan ini cukup eksklusif dengan deretan gerai dan
butik yang menjajakan baju, tas atau sepatu merk terkenal. Kawasan lain
yang terkenal sebagai tempat cuci mata adalah kawasan Quba ( di sekitar
mesjid Quba). Barisan toko-toko dikawasan ini menawarkan perhiasan,
baju pesta, abaya eksklusif, sepatu, tas, baju anak sampai
barang-barang kelontongan ” 1 real for all” (semua barang harga 1
real). Tak jauh dari sini, di kawasan Tarik Qurban, terdapat toko-toko
yang menyediakan karpet buatan turki dan Persia berbagai ukuran dengan
motif yang cantik mempesona. Pada musim panas umumnya toko-toko buka
sampai jam 12 malam, beberapa supermarket bahkan buka hingga 24 jam,
demikian juga pada musim haji dan bulan ramadhan. Tidak jarang jam satu
dinihari saya masih asyik berjalan-jalan di supermarket untuk
berbelanja kebutuhan bulanan didampingi suami. Suasananya pun masih
cukup ramai.
Salah satu kawasan lain yang tak kalah menarik adalah pasar barang
bekas atau Harraj. Letaknya cukup jauh dari pusat kota, mendekati batas
kota Madinah. Beranekaragam barang dijual disana seperti karpet, sofa,
lampu kristal, pernak-pernik rumah tangga, mesin cuci, oven, kitchen
set bahkan mobil. Kualitasnya bermacam-macam. Namun sebagian
barang-barang yang dijual disini kualitasnya masih lumayan bagus. Asal
kita pandai memilih dan menawar, kita bisa membawa barang yang
kualitasnya bagus dengan harga murah. Apalagi untuk sofa atau karpet,
yang tersedia disana umumnya kondisinya masih cukup baik. Pada umumnya
warga saudi selalu berganti model sofa atau karpet setiap lebaran,
sehingga barang-barang yang dijual pun umumnya masih dalam kondisi
baik.
Salah satu kawasan yang terkenal bagi jamaah haji/umroh asal Indonesia
adalah kawasan Asia, terletak tak jauh dari Masjidil Haram. Kawasan ini
memang pusatnya toko-toko yang menjual berbagai macam bahan pangan
khas Indonesia. Mulai tahu, tempe, kangkung, petai, bayam, bakso sampai
bumbu-bumbu dapur macam sereh, laos, daun jeruk, sampai keluwek dan
daun pandan pun tersedia disini. Bahkan dengan kualitas dan kemasan
yang lebih bagus dari yang saya jumpai di pasar-pasar tradisional
Indonesia. Disini juga terdapat beberapa restoran yang menjual makanan
khas Indonesia. Rata-rata pelayannya adalah orang Indonesia. Setiap
selesai sholat Jum’at merupakan waktu yang paling ramai. Kebanyakan
tenaga kerja asal Indonesia meluangkan waktunya untuk mampir disana.
Entah untuk makan atau bertemu teman. Apabila musim haji tiba, biasanya
menu yang tersedia lebih beraneka ragam. Pada bulan ramadhan, tempat
ini juga ramai. Berbagai penganan berbuka ala tanah air seperti
cendol, kolang-kaling, bakwan dan tahu isi terdapat disana.
Selain makanan indonesia, ada beberapa makanan ala arab yang cocok di
lidah. Misalnya ayam goreng cepat saji “Al Baik”, harganya tergolong
murah. Dengan 10 real kita bisa memperoleh empat potong ayam yang cukup
besar, sepotong roti dan kentang goreng, plus saus bawang putihnya
yang lezat. Tak heran, antrian di restoran ini nyaris tak pernah sepi.
Ada pula Al-Tazzaj, ayam panggang muda ala arab yang lezat. Yang tak
kalah sedap adalah roti kobus yang disajikan dengan kuah kari yang
banyak dijajakan disudut-sudut kota Madinah. (Bersambung)
http://www.kompasiana.com/weetta
No comments:
Post a Comment