mesjid nabawi malam by Iq |
Bertempat
tinggal di Madinah juga memiliki kenikmatan ibadah yang indah. Beberapa
kali kami berkesempatan untuk menunaikan ibadah umroh. Jarak
Madinah-Mekah sejauh 6 jam dengan bus saptco atau (+- 485 km) sekitar
3-4 jam dengan mobil pribadi bukanlah jarak yang jauh. Umroh dilakukan
dengan beragam cara. Kadang dengan cara backpacker. Menyetop angkutan
umum seperti mobil carteran atau menumpang bus saptco sambil grabag-grubug
membawa tas yang berisi perlengkapan bayi. Transportasi dan akomodasi
diusahakan sendiri. Tarif yang dipatok kurang lebih 50 real
perpenumpang apabila naik bus saptco atau kurang lebih 200 real apabila
menyewa mobil. Tergantung proses tawar menawar dengan sopir. Mobil yang
tersediapun lumayan beragam. Dari yang biasa-biasa saja sampai sekelas
camry, tergantung pilihan kita dan tentunya anggaran yang tersedia.
Sesampai di Mekah kami juga harus mencari hotel sendiri. Sekali waktu
ketika umroh di bulan ramadhan, kami harus berputar-putar keluar-masuk
mencari hotel yang terjangkau harganya karena rata-rata hotel di sekitar
masjidil haram tarifnya naik hingga berkali-kali lipat dari hari biasa.
Perjalanan
Mekah-Madinah yang mulus diwarnai pemandangan yang gersang
dikiri-kanan jalan. Namun nuansa yang sangat terasa adalah perbedaan
yang begitu kentara antara kedua suasana kota itu. Apabila Madinah
adalah kota yang tenang maka Mekah adalah kota yang sibuk dan hiruk
pikuk. Apabila Madinah adalah kota yang lapang, maka memasuki kota
Mekah, kita akan dihadapkan pada kepadatan
berbagai bangunan. Persamaannya, karena keduanya merupakan kota suci,
maka suasana ibadah sangat kental ditemui, dimana hal ini kurang saya
dapati ketika saya sempat berkunjung ke Jeddah yang metropolis.
Mesjid Nabawi dari kejauhan by Iq |
Secara
umum, suasana Madinah kesehariannya sangat tenang. Warga sibuk dengan
aktivitasnya masing-masing. Pusat keramaian biasanya di sekitar masjid
terutama pada setiap waktu sholat dan setiap hari Jum’at untuk
menunaikan ibadah sholat jum’at. Madinah bertambah ramai ketika memasuki
musim haji dan bulan ramadhan. Pada bulan ramadhan suasana masjid
Nabawi sangat ramai terutama menjelang buka puasa. Dihalaman masjid
digelar tikar untuk warga yang hendak berbuka. Pada saat itu banyak
orang kaya di Madinah menyediakan makanan dan minuman untuk berbuka
puasa seperti kurma, roti, laban (semacam yoghurt), arsir
(limun) bahkan nasi. Banyak juga warga kota yang sengaja membawa bekal
untuk berbuka puasa dan tarawih di masjid. Dengan ramah, mereka akan
menawarkan untuk berbagi bekal apabila kita tertarik untuk ikut
mencicipi hidangan mereka.
Ketika musim liburan tiba, anak-anak menjadikan halaman masjid yang
lapang sebagai arena bermain rollerblade. Sementara anak-anak bermain,
para orang tua duduk-duduk minum teh susu dan makan bekal roti atau
kebab di sekitar halaman mesjid sambil berbincang, menikmati suasana
Madinah di waktu malam. Menjelang musim haji, para warga kota akan
menyingkir sementara dari masjid Nabawi. Mereka memberikan kesempatan
kepada jamaah haji yang akan menunaikan ibadah di masjid Nabawi. Mereka
cukup paham akan sesaknya masjid apabila musim haji tiba. Mereka
biasanya akan kembali mengunjungi mesjid segera setelah musim haji
berakhir.
Salah
satu nikmat ibadah yang sangat kami syukuri adalah waktu yang lebih
leluasa untuk mengunjungi raudhah. Biasanya raudhah agak sepi setelah
musim haji atau sesudah ramadhan. Kami berkunjung ke raudhah pada
waktu-waktu tertentu. Waktu yang diizinkan untuk kaum wanita mengunjungi
raudhah adalah pagi hari, sekitar jam 07.00 sampai dengan 11.00,
kemudian disambung lagi ba’da dhuhur sampai dengan sebelum ashar.
Madinah
memiliki sangat banyak mesjid dan tempat bersejarah. Adalah Masjid Quba
dan Qiblatain yang sering dikunjungi oleh jamaah haji dan umroh. Masjid
Quba terletak sekitar 2,3 km dari masjid Nabawi. Merupakan masjid
pertama yang dibangun Rasulullah dan para sahabat di wilayah Madinah. Sedangkan masjid Qiblatain terletak di jalan Khalid ibn Walid. Masjid Qiblatain didirikan
karena turunnya ayat kepada Rasulullah agar memindahkan kiblat. Pada
hari-hari biasa, suasana kedua masjid ini tergolong sepi. Berbeda dengan
hiruk pikuknya jamaah yang berkunjung pada saat musim haji tiba.
Biasanya pada waktu-waktu tertentu seperti pada waktu sholat jum’at atau
sholat isya dan magrib, masjid akan dipenuhi oleh warga sekitar yang
akan menunaikan kewajiban sholat. Masjid yang lain adalah masjid Ijabah,
masjid Jum’ah dan masjid Bilal. Masjid Ijabah terletak di
dekat kawasan Asia dimana banyak terdapat toko dan restoran Indonesia.
Tempat lain yang sering diziarahi jamaah haji adalah Jabal Uhud yang terletak dalam batas Madinah sebelah utara yang membentang dari timur hingga barat. (Bersambung)
http://www.kompasiana.com/weetta
No comments:
Post a Comment