Saturday, February 18, 2012

Tak Perlu Lagi Risih ke Toko Pakaian (khusus) Wanita di Saudi

Waaah! Ramai betul itu toko. Mentang-mentang hari terakhir sale langsung diserbu. Lho, isinya kaum wanita semua? Oooh, ternyata itu toko lingerie alias baju dalam wanita. Tapi biasanya tidak pernah seramai itu, walaupun harganya sudah sale sampai 75%. Ada apa gerangan?

Sebenernya agak malu-malu juga untuk menuliskannya disini. Maklum, urusan wanita sekaliiii, apalagi kalau bukan urusan belanja baju dalam. Hanya saja menarik bagi saya fenomena ini untuk dituliskan.

Terus terang untuk baju dalam, saya selalu beli kalau pas lagi mudik ke Jakarta. Langsung deh borooong. Kenapa? Soalnya harga baju dalam di Saudi mahal-mahal? Haduh medit banget, masak sampai segitunya.
Tidak bukan soal harga, tapi soal privacy. Saya terus terang maluuuu banget kalau disuruh beli baju dalam di Saudi. Sebab penjaga tokonya kaum pria semua. Hanya beberapa toko yang bertuliskan “Ladies Only” yang pramuniaganya perempuan.

Untunglah, sejak tahun lalu, pemerintah Saudi mengeluarkan peraturan bahwa hanya pramuniaga toko baju dalam wanita hanya boleh wanita. Berlaku bertahap, dan terakhir tanggal 5 Januari kemarin, wajib semua toko baju dalam  mempekerjakan wanita saja.

Mungkin para perempuan di toko diatas mempunyai perasaan sama seperti saya. Risih saat urusan dalam negerinya harus dilihat pria yang bukan mahramnya. Jadi tepatlah saat sale, diserbu sampai harus berdesak-desakan. Ya, ini kan kali pertamanya dimana saat puncak sale, toko-toko lingerie dijaga kaum hawa.
Lebih jauh lagi perlu dilihat. Penempatan tenaga kerja wanita di toko-toko khusus ini adalah bagian dari upaya pemerintah Saudi untuk mengurangi angka pengangguran, yang dari data statistik, lebih banyak pengangguran perempuan daripada lelaki. Menurut saya, hal itu kemungkinan besar terjadi karena pengaruh budaya Saudi yang agak mengekang kebebasan perempuan.

Gaji mereka pun cukup besar, minimal sekitar SAR 3,000, seperti yang ditetapkan oleh pemerintah. Tentu saja jumlah itu memang harus lebih tinggi daripada unemployment benefit yang sebesar SAR 2,000 per bulan. Kalau tidak, tentu kebanyakan perempuan akan memilih untuk tetap menganggur, karena toh tiap bulan tetap memperoleh “pendapatan”.

Jadi, enak deh. Sekarang saya tidak perlu lagi menunggu setahun untuk belanja pakaian dalam.




Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment