Madinah doc ust Mrf |
Saat pergantian musim dari musim dingin ke musim panas, pada
waktu-waktu tertentu di Madinah terjadi badai pasir. Badai pasir adalah
badai angin yang keras sekali dan mengandung pasir sehingga kita
harus berhati-hati agar tidak masuk ke mata. Saking kerasnya
tiupan angin bercampur pasir ini, jendela dan pintu yang tertutup rapat
masih berbunyi berderak-derak menahan hembusan angin yang kuat
menderu. Pasir yang berwarna merah terkadang masuk juga lewat celah
jendela atau bagian bawah pintu. Ketika badai pasir, dilarang keras
membuka pintu atau jendela karena dengan segera hembusan angin berdebu
yang teramat kuat akan masuk dengan derasnya. Syukurlah, biasanya badai
ini tidak berlangsung lama.
Iklim sehari-hari adalah kering. Tetapi pernah sekali waktu, di suatu
sore yang indah, Madinah kedatangan tamu yang tidak biasa. Hujan. Hujan
memang terhitung sangat jarang menghampiri. Bisa-bisa setahun hanya
sekali atau dua kali. Hujan di sore itu, meski tidak lama tetapi cukup
menyegarkan Madinah. Serasa berada di tanah air ketika saya mendapati
titik-titik air itu membasahi tanah Madinah.
Iklim padang pasir memang kental mewarnai keseharian di Madinah.
Apabila di musim panas, suhu yang tinggi dengan tingkat kelembaban yang
rendah cukup ”memanggang” kita, maka aktivitas keseharian tidak bisa
lepas dari adanya pendingin ruangan (AC). Sebaliknya, apabila musim
dingin harus berakrab ria dengan berlapis-lapis baju hangat. Terkadang
apabila mampu, menggunakan penghangat ruangan. Oleh karena itu, tak
terbayangkan oleh saya betapa besar ketergantungan warga Saudi secara
umum pada listrik. Karena sekali saja tidak merasakan AC kala musim
panas sedang garang-garangnya, memang terasa cukup menyiksa. Bahkan
kipas anginpun belum cukup mengusir hawa panas yang meraja. Bersyukurlan
penduduk Indonesia yang masih dapat merasakan suhu yang cukup
bersahabat meski tidak menggunakan peralatan pendukung.
Selain cuaca, hal yang menarik lainnya adalah masalah transportasi.
Seperti diketahui bersama, perilaku pengendara mobil secara umum di
Saudi tergolong cukup parah. Hal yang saya jumpai di Jedah cukup
membuktikan hal itu. Mobil-mobil keluaran terbaru dengan model mutakhir
yang berlalu lalang di Jedah sering terlihat tidak mulus. Di Madinah,
hal ini tidak terlalu menonjol karena mobil yang lalu lalang memang
tidak semewah mobil-mobil di Jedah. Akan tetapi, ada saja hal-hal yang
menggelikan bagi saya ketika menumpang kendaraan. Biasanya kami
menghentikan dan menumpang mobil yang lewat untuk diantarkan ke tempat
yang dituju dengan imbalan beberapa real, tergantung jauh-dekatnya jarak
yang ditempuh. Tidak sulit untuk mencari mobil, karena memang banyak
warga Saudi yang sengaja menyewakan mobilnya sebagai tumpangan. Mungkin
kalau di Indonesia bisa diistilahkan sebagai “taksi gelap”. Mobil yang
kami tumpangi pun beraneka ragam. Terkadang kami bisa mendapatkan mobil
yang cukup bagus dengan pengendara yang tergolong “gaya”. Tapi pernah
juga kami harus menumpang mobil yang terkategorikan “butut”. Mesin
mobil menggerung dengan penampilan fisik yang mengibakan. Jendela
bagian belakang dari mobil itu sudah bolong dan hanya dilapisi plastik
bening sebagai pengganti kaca.
salah satu sudut madinah by Iq |
Meski pada umumnya warga Saudi dan negara timur tengah lainnya yang
tinggal di Madinah maupun kota-kota lainnya di KSA terkesan memiliki
karakter yang keras, namun mereka memiliki hati yang lembut apabila
berhadapan dengan orang tua atau anak-anak. Beberapa kali kami mendapat
kemudahan dalam suatu urusan apabila mereka melihat si kecil yang kami
bawa serta. “Habibi…habibi…” biasanya mereka mengelus kepala
si kecil dengan penuh sayang. Demikian pula halnya dengan orang tua.
Penghormatan terhadap orang tua begitu tingginya. Pernah suatu kali
saat kami sedang berjalan kaki bersama ibu mertua yang kebetulan
bertandang, suami dihampiri oleh warga Saudi yang membawa mobil. Apa
pasal? Ternyata ia menawarkan kami untuk ikut serta karena kasihan
melihat Ibu yang berjalan kaki.
Walaupun dalam keseharian cukup tenang, hidup sebagai warga negara
asing tidaklah mudah. Hal yang terutama menjadi perhatian adalah
masalah keamanan. Kabar atau cerita yang beredar tentang penculikan
atau pelecehan terhadap wanita sering terdengar. Oleh karena itu, untuk
amannya biasanya para ibu-ibu selalu pergi bersama suami atau bersama
rombongan ibu-ibu yang lain dengan membawa anak-anak sehingga bisa
saling mengawasi. Untuk keamanan, pergi kemanapun apabila keluar rumah
ada satu hal yang tidak boleh dilupakan yaitu iqamah (semacam
kartu identitas atau KITAS). Iqamah ini ibarat nyawa kedua bagi warga
negara asing yang bermukim di kota-kota di Arab Saudi termasuk di
Madinah. Apabila kebetulan lupa membawa, kemudian ada razia… wah…
siap-siap saja berurusan dengan polisi Saudi. (Bersambung)
http://www.kompasiana.com/weetta
No comments:
Post a Comment