Wednesday, May 2, 2012

Indonesia di Mata Saudi Arabia

GEMA-Kali ini giliran Dubes RI untuk Kerajaan Arab Saudi, Gatot Abdullah Mansur memberikan kuliah tamu (kultam) kepada sivitas akademika UIN Maliki Malang. Bertempat di Gedung Ir . HC. Soekarno (rektorat) Lt.5, (23/4). Kultam yang khusus membahas perkembangan hubungan bilateral Indonesia dengan Arab Saudi ini dihadiri ratusan mahasiswa dan dosen.
Tepat pukul dua siang kultam tersebut baru dimualai. Rektor UIN Maliki Malang, Imam Suprayogo, dalam sambutanya yang khas penuh dengan joks-joks segar, menjelaskan berbagai prestasi yang terus berkembang di UIN Maliki Malang. Imam juga memaparkan jumlah mahasiswa asing yang terdiri dari 13 negara yang saat ini tengah menempuh studi S1 dan S2 di kampus yang ia pimpin ini.

Dalam kultamnya, Gatot mengatakan bahwa dirinya akan sharing informasi tentang hubungan dua negara, Indonesia dan Saudi Arabia. Menurut bapak yang berperawakan kecil ini, hubungan diplomatik antara Indonesia dan Saudi Arabia sudah terjalin mulai tahun 1961. Hubungan ini sudah dilatarbelakangi emosional yg sangat kental, diantaranya dengan adanya perjalanan haji dan umroh yang dijalankan oleh masyarakat Indonesia.
Alhamdulillah, tahun lalu ada 600 ribu orang Indonesia melakukan umroh dan target saya (pemerintah Indonesia, red) tahun depan bisa mencapai 800 ribu,” Tutur Gatot. Saat ini di Makkah wajah orang Indonesia sudah tidak asing lagi, tersebar luas, ada sekitar 50 persen orang Jawa di sana yang juga andil dalam perekonomian setempat, seperti berdagang. Lelaki yang menjalankan profesianya sebagai Dubes RI untuk Saudi Arabia tersebut juga mengatakan bahwa masa depan Indonesia akan menjadi kaca Asia.

Mengenai negara Saudi Arabia, yang memiliki luas wilayahnya 2.5 juta persegi tersebut, jika di bandingkan dengan negara Indonesia masih besar Saudi Arabia. Saudi Arabia memiliki komposisi jumlah penduduk 18 juta itu adalah 9 persen orang barat dan 1,5 juta orang Indonesia. Dengan sistem pemerintahan yang dipimpin oleh seorang raja, yaitu Raja Abdullah bin Abdul Aziz yang kini merupakan raja ke-enam.
Sedangkan mengenai perkembangan hubungan perdagangan antara kedua negara ini, Indonesia–Saudi Arabia, Gatot mengatakan bahwa perkiraannya sudah mencapai 6.8 milyar. Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia sudah mengalami perkembangan sejajar dengan negara lain. Besar harapan, kedepanya nanti volume perdagangan meningkat hingga 10 miliar. Oleh karena itu, diharapkan sekarang Indonesia harus memperbanyak “teman” (baca: menjalin hubungan) daripada musuh.
“Misi saya terus meningkatkan hubungan bilateral antara Indonesia dengan Saudi Arabia, karena Indonesia sudah mempunyai greget tersendiri dengan Kerajaan Saudi Arabia, “ terang Gatot. Kini masyarakat Indonesia yang belajar di Negara Arab tersebut tidak hanya diajari ilmu agama saja, akantetapi sudah berkembang kedunia sains dan teknologi. Itu pertanda bahwa hubungan Indonesia dengan negara Islam tersebut semakin baik. Bahkan menurtnya, ada sekitar 776 mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di tanah suci tersebut.
Namun, kini yang menjadi tantangan bagi pemerintah Indonesia adalah mengurusi dan melindungi 13 ribu warga Indonesia dengan segala permasalahanya di sana, sedangkan jumlah staf KBRI di Saudi Arabia hanya ada sekitar 150 orang.
Tentang isu-isu miring mengenai TKI (tenaga kerja Indonesia) yang terhembus di tanah air, Gatot menangapi, bahwa kasus penganiayaan sebenarnya hanya sedikit, dan kasus buruh yang tidak digaji adalah 30%. Menurtnya, akar masalahnya adala adanya TKI yang tidak kompeten, ditambah TKI ilegal. Karena banyak PJTKI yang tidak bertanggungjawb. “Ini menjadi akar masalah, kemudian SDM yang rendah mengakibatkan para TKI menjdi bermasalah,” cetusnya. (aj/ka)
uin-malang.ac.id


Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment