Friday, May 11, 2012

Materi Kontroversi Militer AS (1): Pakai Taktik Hiroshima Hancurkan Makkah

Militer AS mengajarkan anggotanya bahwa 'perang total' terhadap dunia Muslim dengan 1,4 milyar pemeluk diperlukan untuk melindungi Amerika dari teroris Islam, begitu isi dokumen yang dirilis oleh Danger Room, rubrik majalah teknologi terkemuka, Wired. Salah satu di antara opsi konflik ialah menggunakan pelajaran 'Hiroshima', untuk menghapus seluruh kota-kota Islam dalam sekali pukul, menyerang 'populasi sipil di mana pun diperlukan'

Penggalan materi pelatihan AS tersebut diulas di situs Majalah Wired, Kamis (10/5). Materi itu, pertama kali dilaporkan oleh Danger Room bulan lalu dan kini telah berada di tangan Departemen Pertahanan (DOD) Amerika dan dibatalkan penyebarannya oleh para perwira militer di Pentagon. Namun, detail dan kelas-kelas dan materi dalam ratusan halaman serta dokumen referensi terlanjur diberikan kepada anggota militer.

Pemimpin Gabungan Kepala Staf, baru-baru ini memerintahkan milter AS untuk mengevaluasi ulang materi pelatihan militer dan memasitkan agar tak mengandung kebencian semacam, sebuah proses yang masih berlanjut. Namun, salah satu perwira yang memberikan pelatihan, Letnan Kolonel AD, Matthew A. Doley, sosok yang pertama kali membawakan materi kontroversi itu masih bertugas di Norfolk, Virginia, karena investigasi sedang dilakukan terhadap dirinya.
Ironisnya, sejumlah komandan, letnan kolonel, kapten dan kolonel yang dulu duduk di kelas Dolley mendengarkan materi penuh hasutan itu minggu demi minggu, kini sudah menyebar dan bertugas dengan jabatan lebih tinggi di kemiliteran AS.

Informasi lebih lanjut, sekomplotan orang yang menyebut diri pakar terorisme berupaya mencari jalan memasuki militer, intelijen dan komunitas aparat hukum AS, mencoba meyakinkan siapa pun bahwa musuh teroris nyata AS bukanlah Alqaidah, melaikan keyakinan Islam itu sendiri. Dalam pelatihannya, Dooley membawa para pakar anti-Islam itu sebagai dosen tamu dan membawa argumen mereka sebagai kesimpulan akhir.

"Kini kita memahami bahwa tidak ada istilah 'Islam moderat," ujar Dooley dalam presentasi pada Juli 2011 seraya menyimpulkan pemahaman itu dalam manifesto musuh Amerika. "Karena itu waktu bagi Amerika Serikat untuk memperjelas tujuan. Ideologi barbar ini tak bisa lagi ditoleransi. Islam harus mengubah diri atau kita fasilitasi penghancuran diri mereka."

Dooley sejauh ini tak bisa dimintai komentarnya. Jurubicara Pasukan Gabungan, Steven Williams menolak untuk mendiskusikan presentasi Dooley atau statusnya dalam sekolah pendidikan tentara.
Namun saat ditanya apakah Dooley bertanggung jawab atas material pelatihan, ia menjawab, "Saya tak tahu apakah ia (Dooley) yang bertanggung jawab, seharusnya itu tanggung jawab komandan sekolah, yakni Mayor Jendral Joseph Ward. Dengan demikian jenderal bintang dua itu memilik potensi dihukum atas materi pelatihan mengejutkan itu.

Kembali menyoal presentasi pelatihan, Dooley juga memunculkan gagasan rencana perang empat fase untuk memaksa transformasi dalam Agama Islam. Fase ketiga disebutkan, 'Islam harus direduksi tak lebih dari status sebuah sekte' dan Arab Saudi mesti diancam dengan bencana kelaparan. Saran itu dianggap ironis mengingat dalam berita-berita terkini menyebut intelijen Arab Saudi justru membantu membongkar plot terorisme."

Tak berhenti sampai di situ, Dooley mengatakan hukum internasional yang melindungi warga sipil di era perang tak lagi relevan. Tujuannya, agar terbuka kemungkinan untuk menerapkan cara terdahulu di Dresden, Tokyo, Hiroshima dan Nagasaki, terhadap kota-kota tersuci Islam, menghancurkan Makkah dan Madinah. (bersambung) Rep


Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment