Thursday, May 24, 2012

Kemiskinan di Yaman dan Bantuan Saudi

Pengungsi Yaman
Situasi Yaman yang sedang tidak stabil, berimbas mulai menyengsarakan rakyatnya. Menurut tujuh badan bantuan kemanusiaan, saat ini sekitar 44 persen rakyat Yaman mengalami gizi buruk akibat tidak mampu membeli makanan.

"Keluarga-keluarga Yaman saat ini sedang terengah-engah mencari jalan keluar untuk menghadapi krisis ini," kata Penny Lawrence Direktur Internasional Oxfam, diberitakan BBC, Selasa 22 Mei 2012. Banyak ibu di Yaman, lanjutnya, yang memaksa anak mereka untuk mengemis di jalan supaya bisa mendapat uang.

Badan bantuan internasional seperti CARE, International Medical Corps, Islamic Relief, Merlin, Mercy Corps, Oxfam and Save The Children mengatakan, fokus mereka saat ini adalah meringankan kemiskinan serta kelaparan di Yaman.

Kedua masalah tersebut bertambah parah sejak 2009, seiring dengan melambungnya harga pangan dan bahan bakar. Sebenarnya makanan masih banyak tersedia di pasar-pasar Yaman, namun banyak keluarga yang tidak memiliki cukup uang untuk dapat membelinya.

"Yaman akan dilanda bencana kelaparan yang serius kecuali dibantu aksi kemanusiaan," kata Jerry Farrell, Direktur Save The Children cabang Yaman. Menurutnya, anak-anaklah yang paling menderita dalam hal ini.

Berdasarkan perkiraan PBB, sedikitnya 267 ribu anak-anak Yaman atau sepertiga dari jumlah keseluruhan menderita gizi buruk. Bahkan, badan kemanusiaannya saat ini kekurangan dana bantuan sebesar US$262 juta atau sekitar Rp2,4 triliun.  

Melihat kenyataan tersebut Pemerintah Arab Saudi menghibahkan dana sebesar US$3,25 miliar atau sekitar Rp30,1 triliun untuk pembangunan dan stabilitas di Yaman yang tengah bergejolak. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan permintaan pemerintah Yaman, yaitu US$4 miliar atau Rp37 triliun.

Diberitakan Reuters, pengumuman bantuan ini disampaikan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Saud al-Faisal dalam pertemuan negara-negara "Sahabat Yaman" di Riyadh, Rabu, 23 Mei 2012. Saud berharap, bantuan itu dapat membantu pemerintah Yaman dalam mengatasi permasalahan keamanan di negara tersebut.

"Saya menyatakan sekali lagi dukungan kami terhadap inisiatif politik Yaman untuk mencapai keamanan, stabilitas dan kemakmuran di tengah ancaman ekstremisme dan terorisme," kata Menlu Saud di Riyadh.

Sebanyak 42 negara donor Yaman datang dalam pertemuan tersebut. Rencananya, dana hibah sebesar US$1 miliar untuk menutupi kebutuhan Yaman akan diberikan lagi dalam waktu dekat.

Pertemuan negara donor di Riyadh ini adalah pertama kalinya sejak demonstrasi Februari tahun lalu yang menuntut Presiden Ali Abdullah Saleh mundur. Akibat demonstrasi ini, pergolakan terjadi di seluruh Yaman. Militer terpecah belah dan perekonomian runtuh.

Pemerintah Yaman juga tengah berjuang melawan terorisme yang didalangi oleh militan al-Qaeda dan pemberontak. Di wilayah selatan, pemerintah Yaman tidak memiliki kendali penuh karena dikuasai oleh militan.

Senin pekan ini, sebuah ledakan oleh militan menewaskan 100 tentara dan melukai 200 tentara lainnya di ibukota Sanaa. Selain masalah kekerasan, tujuh badan kemanusiaan juga mencatat bahwa 44 persen rakyat Yaman mengalami gizi buruk dan tidak mampu membeli makanan. (umi)VIVAnews 

Sementara itu news.detik.com memberitakan Pemerintah Arab Saudi akan memberikan bantuan senilai US$ 3,25 miliar (sekitar Rp 30 triliun) kepada negeri tetangganya yang miskin, Yaman. Bantuan tersebut untuk memastikan keamanan dan stabilitas Yaman.

Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Saudi, Pangeran Saud al-Faisal, dalam pertemuan untuk membahas masalah keamanan dan transisi politik Yaman, yang digelar di Riyadh, Saudi hari ini.

"Untuk memastikan keamanan dan stabilitas Yaman, kerajaan akan memberikan US$ 3,25 miliar untuk mendukung proyek-proyek pembangunan di sana yang akan disepakati dengan pihak Yaman," kata Pangeran Saud dalam pembukaan pertemuan "Friends of Yemen" seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (23/5/2012).

Petinggi Saudi itu mengimbau negara-negara lain untuk mengambil langkah serupa. "Pemerintah Yaman sedang mengerahkan upaya-upaya berani, namun tanpa bantuan saudara-saudara dan teman-temannya, Yaman tak akan mampu menyelesaikan krisis yang dihadapinya," tegas Pangeran Saud.

Dalam pertemuan tersebut, Perdana Menteri (PM) Yaman Mohammed Basindawa meminta bantuan untuk negaranya yang dilanda pergolakan sejak tahun lalu. Pergolakan itu telah memaksa Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh mundur pada Februari lalu.

"Harapan ada pada dukungan politik dan ekonomi yang diperluka untuk mengatasi periode transisi dan mengakhiri defisit anggaran," kata PM Basindawa.

"Kami yakin Anda menyadari bahaya dan sensitivitas situasi di Yaman yang memerlukan banyak bantuan untuk pulih... Kami meminta bantuan Anda, jangan biarkan kami gagal," cetus Basindawa.

Pemerintah Yaman berharap akan memperoleh bantuan sekitar US$ 10 miliar dari para negara donor dalam pertemuan "Friends of Yemen" yang berlangsung sehari tersebut.

Sebelumnya, sejumlah organisasi amal dunia mengingatkan, kekacauan politik di Yaman kini membawa negeri itu di ambang bencana kelaparan. Saat ini hampir separuh penduduk Yaman tak memiliki cukup makanan.

Dalam pernyataan bersamanya, tujuh badan amal itu mengatakan 44% dari 10 juta penduduk Yaman kesulitan mengakses bahan pangan dan lima juta penduduk di antaranya membutuhkan bantuan darurat. Ketujuh badan amal tersebut adalah: CARE, International Medical Corps, Islamic Relief, Merlin, Mercy Corps, Oxfam dan Save the Children

Disebutkan bahwa angka kelaparan di Yaman meningkat dua kali lipat sejak 2009, sebagian diakibatkan meningkatnya harga pangan dan harga BBM. Masalah kelaparan ini diperparah dengan instabilitas politik dan konflik bersenjata, yang mengakibatkan hampir setengah juta orang terpaksa menjadi pengungsi.


Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment