Oleh: Asy Syaikh Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baaz
Dari
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, ditujukan kepada siapa saja di antara
orang-orang Islam yang mendapatkan surat ini, semoga Allah menjaga
mereka dengan agama Islam, dan melindungi kita serta mereka dari
kejahatan para pendusta yang bohong dan tengik.
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Amma ba’du:
Kami
telah membaca edaran yang dinisbatkan kepada Syaikh Ahmad Khodim Al
Haram An Nabawi, dengan judul: “Ini adalah wasiat dari Madinah
Munawwarah dari Ahmad Khodim Al Haram An Nabawi.”
Dalam wasiat ini
dikatakan: Pada suatu malam Jum’at aku pernah tidak tidur, membaca Al
Qur’an, dan setelah membaca Asma’ul Husna aku bersiap siap untuk tidur,
tiba tiba aku melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang
telah membawa ayat ayat Al Qur’an dan hukum-hukum yang mulia, kemudian
beliau berkata: Wahai Syaikh Ahmad, aku menjawab: Ya, ya Rasulullah,
wahai orang yang termulia di antara makhluk Allah. Beliau berkata
kepadaku: Aku sangat malu atas perbuatan buruk manusia itu, sehingga
aku tak bisa menghadap Tuhanku dan para malaikat, karena dari hari
Jum’at ke Jum’at telah meninggal dunia sekitar seratus enam puluh ribu
jiwa (160 000) dengan tidak memeluk agama Islam.
Kemudian beliau
menyebut contoh-contoh dari perbuatan maksiat itu, dan berkata: “Maka
wasiat ini sebagai rahmat bagi mereka dari Allah yang Maha Perkasa.”
Selanjutnya beliau menyebutkan sebagian tanda-tanda hari kiamat dan
berkata: “Wahai Syaikh Ahmad, sebarkanlah wasiat ini kepada mereka,
sebab wasiat ini dinukil dari Lauhul Mahfudz, barang siapa yang
menulisnya dan mengirimnya dari suatu negara ke negara lain, dari suatu
tempat ke tempat yang lain, baginya disediakan istana dalam sorga, dan
barang siapa yang tidak menulis dan tidak mengirimnya, maka haramlah
baginya syafaatku di hari kiamat nanti, barang siapa yang menulisnya
sedangkan ia fakir maka Allah akan membuat dia kaya, atau ia berhutang
maka Allah akan melunasinya, atau ia berdosa maka Allah pasti
mengampuninya, dia dan kedua orang tuanya, berkat wasiat ini, sedangkan
barang siapa yang tidak menulisnya maka hitamlah mukanya di dunia dan
ahirat.”
Kemudian beliau melanjutkan: “Demi Allah 3x, wasiat ini
adalah benar, jika aku berbohong, aku keluar dari dunia ini dengan
tidak memeluk agama Islam, barang siapa yang percaya kepada wasiat ini,
ia akan selamat dari siksaan neraka, dan jika tidak percaya maka
kafirlah ia.”
Inilah ringkasan dari wasiat bohong yang dikatakan
dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam itu, kita telah
berkali-kali mendengar wasiat bohong ini, yang mana telah tersebar luas
di kalangan umat manusia secara terus menerus, anehnya hal ini sangat
laku di kalangan umum.
Dalam wasiat tersebut terdapat beberapa
ungkapan yang saling kontradiktif, di antaranya pendusta itu mengatakan
bahwa ia (Syaikh Ahmad) melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam ketika hendak tidur, berarti ia melihatnya ketika berjaga (tidak
dalam mimpi), ia juga telah mendakwakan (dalam wasiat itu) berbagai
hal yang jelas-jelas bohong dan bathil, dan kami akan terangkan nanti
insya Allah.
Pada tahun-tahun yang lalu kami telah menjelaskan
kepada semua orang tentang kebohongan dan kebatilan wasiat itu secara
terang-terangan. Ketika kami membaca selebaran terakhir ini, kami
ragu-ragu menulisnya, karena jelas kebatilannya dan keberanian
pembohong itu, dan kami tidak menduga sebelumnya hal itu bisa laku di
kalangan orang-orang berakal sehat, bahkan banyak dari kawan kami yang
memberitahukan, bahwa wasiat bohong itu telah tersebar di antara
mereka, dan ada yang mempercayainya.
Atas dasar itu semua kami
memandang perlu untuk menulisnya; menjelaskan ketidakbenaran dan
kebohongan wasiat itu terhadap Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam,
sehingga tak seorangpun dapat tertipu olehnya.
Barang siapa di
antara para ahli ilmu yang beriman dan orang-orang yang berfikiran
sehat mau mempelajarinya, niscaya ia akan tahu bahwa hal itu adalah
kebohongan ditinjau dari beberapa segi, kami telah menanyakan kepada
keluarga dekat Syaikh Ahmad yang wasiat bohong itu dinisbatkan
kepadanya, tetapi mereka mengingkari kebohongan itu, bahkan hal itu
merupakan pembohongan terhadap Syaikh Ahmad rahimahullah, sebab beliau
belum pernah mengatakannya sama sekali, dan beliau telah lama meninggal
dunia, seandainya Syaikh Ahmad tersebut maupun yang lebih hebat
daripadanya mendakwakan bahwasanya ia melihat Nabi Muhammad ketika
sedang tidur atau berjaga, kemudian mewasiatkan seperti ini, pasti kita
tahu bahwa hal itu bohong belaka, atau yang mengatakan kepadanya setan
bukan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, berdasarkan
keterangan-keterangan di bawah ini.
Di antaranya: bahwa Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan dapat dilihat oleh seseorang
ketika ia berjaga setelah beliau wafat, jika ada dari kalangan sufi
yang mendakwakan bahwasanya ia melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam ketika ia berjaga setelah beliau wafat, atau beliau menghadiri
peringatan maulid atau yang lainnya, maka betul-betul ia telah berbuat
salah dan menyeleweng, karena sesungguhnya mayat itu akan bangkit dari
kuburnya pada hari kiamat, bukan di dunia sekarang ini.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ثم إنكم بعد ذلك لميتون، ثم إنكم يوم القيامة تبعثون
“Kemudian
sesudah itu sesungguhnya kamu sekalian pasti akan mati, kemudian
sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari
kiamat.” (Al Mu’minun: 15-16)
Dengan demikian berarti Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan bahwasanya kebangkitan mayat itu
pada hari kiamat bukan di dunia seperti sekarang ini, barang siapa yang
menyalahi itu berarti ia jelas pembohong dan penyeleweng, ia tidak
mengetahui kebenaran sebagaimana telah diketahui oleh ulama salaf, para
sahabat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan para pengikut
mereka dengan sebaik-baiknya.
Kedua: bahwa Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam tidak akan mengatakan sesuatu berlawanan dengan yang
hak, baik di masa hidupnya maupun sesudah wafatnya, dan wasiat di atas
tadi benar-benar telah menyalahi syariatnya secara terang terangan
ditinjau dari beberapa segi seperti di bawah ini.
Memang
kadang-kadang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dapat dilihat
dalam mimpi, barang siapa yang melihat wajah beliau yang mulia, berarti
ia betul-betul melihatnya, karena syaithan tidak bisa meyerupai wajah
beliau, sebagaimana hal itu dijelaskan dalam hadits hadits shohih.
Yang
paling penting ialah bagaimana keimanan orang yang mimpi tersebut,
kejujurannya, keadilannya, hafalannya, agamanya dan amanatnya? Apakah ia
melihat wajah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam atau yang
lainnya? Jika ada hadits disabdakan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wa sallam di masa hidupnya diriwayatkan tidak melalui jalur orang-orang
terpercaya, adil dan kuat hafalannya, maka hadits tersebut tidak bisa
dijadikan landasan huhum (argumen), atau hadits tersebut melalui jalur
di atas, tapi bertentangan dengan riwayat para perawi lain yang lebih
terpercaya dan lebih kuat hafalannya, sedangkan tidak ada jalur sanad
yang lain untuk dikorelasikan, maka yang pertama dimansukh (dihapus masa
berlakunya) oleh yang kedua, dan tidak boleh diamalkan, dan hadits
kedua sebagai nasikh, boleh diamalkan dengan syarat-syarat tertentu jika
memungkinkan, jika tidak memungkinkan untuk dikorelasikan maka yang
lebih lemah hafalannya dan lebih rendah tingkat keadilannya harus
ditinggalkan, berarti kedudukan hadits tadi syadz (bertentangan dengan
hadits lain yang lebih shahih) dan tidak bisa diamalkan.
Sekarang
bagaimana dengan penyampaian wasiat yang tidak diketahui bahwa ia telah
menukil dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, tidak diketahui
keadilan dan amanatnya? Benar-benar wasiat ini harus ditinggalkan dan
tidak perlu diperhatikan, walaupun isinya tidak bertentangan dengan
syariat Islam, dan harus lebih ditinggalkan jika wasiat itu mencakup
hal-hal yang menunjukkan kebatilan dan kebohongan terhadap Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan mencakup pensyariatan agama yang
tidak diizinkan oleh Allah, sedangkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam pernah bersabda:
من قال علي ما لم أقل فليتبوأ مقعده من النار
“Barang
siapa yang mengatakan sesuatu hal (yang dinisbatkan kepada saya) yang
saya sendiri tidak pernah mengatakannya maka bersiaplah ia menduduki
tempatnya dari api neraka.”
Pendusta itu telah mengatakan wasiat
itu dari Rasulullah, sedangkan beliau tidak pernah mengatakannya,
berarti ia telah berdusta pada Rasulullah dan pada dirinya sendiri,
bagaimana ia akan bebas dari azab Allah Subhanahu wa Ta’ala yang sangat
pedih itu, jika ia tidak cepat-cepat bertaubat kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala, dan memberitahukan kepada khayalak ramai bahwa ia telah
mendakwakan dengan kebohongan wasiat itu atas diri Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wa sallam, sebab orang yang telah menyebarkan
kebatilan di antara manusia tidak akan diterima taubatnya kecuali
dengan mengumumkannya, sehingga diketahui oleh mereka bahwa ia telah
kembali kepada jalan yang lurus.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إن
الذين يكتمون ما أنزلنا من البينات والهدى من بعد ما بيناه للناس في
الكتاب أولئك يلعنهم الله ويلعنهم اللاعنون، إلا الذين تابوا وأصلحوا
وبينوا فأولئك أتوب عليهم وأنا التواب الرحيم
“Sesungguhnya orang
orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan, berupa
keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami
menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknat Allah
dan dilaknat (pula)oleh semua (makhluk) yang dapat melaknat, kecuali
mereka yang telah bertaubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan
(kebaikan), maka terhadap merekalah Aku (Allah) menerima taubatnya dan
Akulah penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Al Baqarah: 159-160)
Dalam
ayat di atas, Allah telah menjelaskan barang siapa yang menyembunyikan
suatu kebenaran, maka taubatnya tidak akan diterima, kecuali jika ia
mengadakan perbaikan dan menjelaskan kebenaran tersebut, Allah telah
menyempurnakan agama-Nya bagi hamba-Nya, dan menyempunakan nikmat-Nya
kepada mereka dengan mengutus Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam, dan wahyu yang diturunkan kepadanya adalah sempurna, beliau
tidak akan dicabut nyawanya kecuali telah disempurnakan agama-Nya,
sebagaimana yang telah dijelaskan dalam firman-Nya:
البوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا
“Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan
kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridloi Islam sebagai agama bagimu.” (Al
Maidah: 3)
Pendusta wasiat ini telah datang pada abad keempat
belas untuk mengelabuhi manusia dan mensyariatkan kepada mereka agama
baru, barang siapa yang mengikutinya, maka baginya disediakan sorga,
dan barang siapa yang menolak syariat itu, maka baginya disediakan
neraka. Dengan demikian ia hendak menjadikan wasiat ini lebih baik dari
Al Qur’an, yang mana jika seseorang tidak menulisnya dan tidak
mengirimkannya dari suatu negara ke negara lainnya diharamkan baginya
syafaat Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pada hari kiamat,
ini merupakan pembohongan yang paling hina dan jelas sekali, betapa
tidak punya malu pembohong itu, ia telah berani berbuat bohong, karena
barang siapa yang menulis Al Qur’an yang mulia dan mengirimkannya dari
suatu negara ke negara yang lain, atau dari suatu tempat ke tempat yang
lainnya, tidak akan mendapatkan keutamaan seperti itu jika ia tidak
mengamalkan kandungannya, bagaimana ia bisa memperoleh keutamaan itu
jika hanya menulis dan mengirimkan wasiat bohong itu dari suatu negara
ke negara yang lain.
Barang siapa yang tidak menulis Al Qur’an
dan tidak mengirimkannya dari suatu negara ke negara yang lain, maka
tidak diharamkannya baginya syafaat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam, jika ia benar-benar mengimaninya dan mengikuti syariatnya, satu
kebohongan dalam wasiat ini saja sudah menjadi bukti atas
kebatilannya, kebohongannya yang jelas, kecerobohan, kebodohan, dan
jauhnya dari ajaran Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Selain
apa yang telah kami sebutkan tadi, masih banyak lagi hal-hal yang
menunjukkan ketidakbenaran wasiat tersebut, walaupun pendusta itu
bersumpah seribu kali atau lebih atas kebenarannya. Seandainya pembuat
wasiat itu bersumpah, jika ia berdusta pasti ia akan tertimpa azab yang
sangat pedih sebagai saksi atas kebenarannya, maka tetap ia tidak bisa
dipercaya, dan wasiat itu tidak berubah menjadi benar, bahkan saya
berani bersumpah demi Allah dan demi Allah, bahwa perbuatan itu
merupakan kebohongan yang paling besar dan kebatilan yang paling hina,
kita bersaksi kepada Allah dan kepada malaikat yang telah datang kepada
kita dan kepada kaum muslimin yang telah memperoleh tulisan ini, suatu
kesaksian kita sampaikan kepada Allah, bahwasanya wasiat ini dusta dan
bohong kalau dinisbatkan kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam,
semoga Allah membuat hina orang-orang yang menisbatkan wasiat itu
kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam, dan menyiksanya
sesuai dengan perbuatannya.
Di antara sekian banyak kebatilan dan kebohongan wasiat tersebut adalah:
Pertama:
Isi kandungan wasiat tersebut yang berbunyi: “Karena dari Jum’at ke
Jum’at telah meninggal dunia sekitar 160.000 orang dengan tidak memeluk
agama Islam”, kerena hal itu merupakan ilmu ghaib, dan wahyu bagi
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah berhenti setelah beliau
wafat, sedangkan pada masa hidupnya beliau tidak tahu ilmu ghoib, mana
mungkin hal itu bisa terjadi sepeninggal beliau?
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قل
لا أقول لكم عندي خزائن الله ولا أعلم الغيب ولا أقول لكم إني ملك إن
أتبع إلا ما يوحى إلي قل هل يستوي الأعمى والبصير أفلا تتفكرون
“Katakanlah:
aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan Allah ada padaku,
dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghoib dan tidak (pula) aku
mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat, aku mengetahui apa yang
telah diwahyukan kepadaku, katakanlah, apakah sama orang yang buta
dengan orang yang melihat? Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?” (Al
An’am: 50)
قل لا يعلم من في السموات والأرض الغيب إلا الله وما يشعرون أيان يبعثون
“Katakanlah
tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara
ghoib, kecuali Allah, dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan
dibangkitkan.” (An Naml: 65)
Dalam hadits shahih disebutkan, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يذاد
رجال عن حوضي يوم القيامة فأقول: يا رب، أصحابي أصحابي، فيقال لي: إنك لا
تدري ما أحدثوا بعدك، فأقول كما قال العبد الصالح: وكنت عليهم شهيدا ما
دمت فيهم، فلما توفيتني كنت أنت الرقيب عليهم وأنت على كل شيء قدير
“Banyak
orang orang yang dijauhkan dari telagaku pada hari kiamat nanti, maka
aku berkata: Ya Rabb, mereka adalah sahabat-sahabatku, mereka
sahabat-sahabatku, maka dikatakan kepadaku: Sesungguhnya engkau tidak
tahu tentang apa yang mereka perbuat setelah engkau wafat? Maka aku
berkata sebagaimana hamba sholeh (Nabi Isa) berkata: “Dan aku menjadi
saksi bagi mereka selama aku hidup bersama mereka, maka setelah Engkau
telah mewafatkan aku, Engkaulah yang menjadi penguasa bagi mereka dan
sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui atas segala sesuatu.”
Kedua:
Ungkapan yang mengatakan: “Barangsiapa yang menulisnya sedangkan ia
orang fakir, maka Allah akan menjadikan kaya, atau ia berhutang maka
Allah akan melunasinya, atau ia berdosa maka Allah akan mengampuninya
serta kedua orang tuanya berkat wasiat ini, … dan seterusnya.”
Ini
merupakan kebohongan besar dan bukti nyata atas kebohongan pedusta
itu, betapa ia tidak punya malu terhadap Allah dan hamba-hambaNya,
karena ketiga hal di atas tidak bisa dicapai hanya dengan menulis Al
Qur’an, apalagi menulis wasiat ini yang jelas batilnya, tidak lain
pelaku dosa ini hanyalah akan mengkaburkan manusia saja, serta
menjadikan mereka selalu bergantung kepada wasiat itu, sehingga mereka
mau menulisnya dan mengelu-elukan keutamaan yang dijanjikan, dengan
meninggalkan tuntunan yang telah disyari’atkan Allah kepada
hamba-hamba-Nya, ia menjadikan wasiat itu sebagai sarana mencapai
kekayaan, membayar hutang, dan ampunan Tuhan, kita berlindung kepada
Allah dari kehinaan, mengikuti hawa nafsu dan syaithan.
Ketiga:
Isi kandungannya yang berbunyi: “Sedangkan barangsiapa yang tidak
menulisnya, maka hitamlah mukanya di dunia dan akhirat.”
Ini juga
merupakan kebohongan besar dan bukti nyata atas kebatilan wasiat
tersebut serta pengecutnya pendustanya, mana ada orang yang berakal
akan menerima perkataan itu, pembawa wasiat itu adalah seorang manusia
yang hidup pada abad keempat belas hijriyah, dan tidak diketahui
identitasnya, ia mendakwakan kebohongan atas diri Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam dengan anggapan bahwa barang siapa yang menulisnya
akan dijamin dengan tiga jaminan di atas.
Maha Suci Engkau ya
Allah, ini merupakan kebohongan yang besar, bukti-bukti dan realita
yang secara empiris telah menunjukkan atas kebohongan pendusta itu,
betapa besar dosanya di sisi Allah, sebab kelancangannya benar-benar ia
tidak punya malu terhadap Allah dan semua manusia, karena telah banyak
orang yang tidak menulis wasiat ini, namun mereka toh mukanya tidak
hitam, di lain pihak telah banyak orang yang menulis wasiat ini, namun
mereka masih juga tetap tidak bisa membayar hutangnya, dan tetap saja
dalam kefakirannya.
Maka marilah kita berlindung kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala dari kecenderungan hati dan dari kotoran dosa,
sifat-sifat dan balasan-balasan di atas tidak pernah di janjikan oleh
syariat yang mulia bagi orang-orang yang menulis kitab suci Al Qur’an,
kitab yang paling mulia dan paling agung, bagaimana hal itu bisa
dicapai oleh orang yang menulis wasiat bohong, wasiat yang mencakup
berbagai kebatilah, dan dihiasi bermacam-macam kekafiran.
Maha Suci Allah, alangkah sabarnya Dia (Allah) terhadap hamba-hamba yang berbuat dusta atas-Nya.
Keempat:
Isi wasiat ini berbunyi: “Barangsiapa yang percaya kepada wasiat ini,
pasti akan selamat dari siksaan neraka, jika tidak percaya kafirlah
dia.”
Ini juga merupakan keberanian yang luar biasa untuk berbuat
bohong, dengan kebatilannya pendusta itu mengajak semua manusia untuk
mempercayai tipu dayanya, ia mengira bahwasanya mereka akan selamat dari
api neraka jika memang mau mempercayainya, dan barang siapa yang tidak
mempercayainya maka ia pantas dianggap kafir, demi Allah, pembohong
itu tidak mengatakan sesuatu yang haq, bahkan sebaliknya, jika ada
orang yang mempercayainya maka ia pasti dianggap kafir, bukan orang
yang mendustakannya karena dakwaannya tidak berdasar dalil.
Kita
bersaksi kepada Allah, bahwasanya dakwaan itu adalah bohong belaka,
pendusta itu hendak mensyariatkan kepada manusia apa-apa yang tidak di
izinkan Allah, dan sengaja memasukkan sesuatu hal baru dalam agama
mereka apa-apa yang tidak ada di dalamnya, sedangkan Allah telah
melengkapi dan mencukupkan agama umat ini, sejak empat belas abad yang
silam, yaitu sebelum datangnya pendusta ini.
Maka berwaspadalah,
wahai para sidang pembaca dan kawan-kawan seagama, janganlah percaya
terhadap dakwaan-dakwaan dusta seperti ini, jauhilah penyebarannya di
kalangan anda sekalian, karena yang haq selalu disinari oleh cahaya
yang tidak kabur, carilah kebenaran disertai dalilnya, bertanyalah
kepada para Ulama jika kamu mendapatkan kesulitan, dan janganlah
tertipu oleh sumpah-sumpah bohong pendusta, karena iblis telah
bersumpah kepada kedua orang tua kita yaitu Adam dan Hawa, bahwasanya
ia sebagai penasehat bagi keduanya, padahal ia tak lain adalah gembong
pengkhianat dan pendusta ulung, sebagaimana yang diceritakan Allah dalam
Al Qur’an:
وقاسمهما إني لكما لمن الناصحين
“Dan dia
(syaithan) bersumpah kepada keduanya (Adam dan Hawa), sesungguhnya saya
adalah termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu sekalian ”
(Al A’raf: 21)
Maka dari itu, anda sekalian harus selalu waspada
terhadap pendusta ini dan para pengikutnya, sebab banyak di antara
mereka yang mempunyai sumpah bohong, mengingkari janji, dan menghiasi
perkataan-perkataannya untuk membujuk dan menyesatkan. Semoga Allah
tetap memelihara kami, anda sekalian dan kaum muslimin semua dari
segala kejahatan syaithan, fitnah orang-orang yang menyesatkan,
penyelewengan orang orang yang menyimpang, dan tipu daya musuh musuh
Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka hendak membaurkan agama dan
memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka dan mengkaburkan
agama-Nya bagi umat manusia, tetapi Allah pasti menyempurnakan
cahaya-Nya serta menolong agama-Nya, walaupun musuh-musuh-Nya baik dari
kelompok syaithan dan pengikutnya maupun orang-orang kafir dan atheis
itu tidak rela.
Adapun hal-hal yang telah disebutkan pendusta ini
tentang timbulnya kemungkaran-kemungkaran adalah realitas, dan Al
Qur’an dan hadits pun telah memperingatkan kita sejauh mungkin, pada
keduanya (Al Qur’an dan Hadits) terdapat hidayah dan kecukupan.
Mari
kita memohon kepada Allah, agar berkenan memperbaiki keadaan kaum
muslimin dan memberi karunia kepada mereka untuk tetap mengikuti yang
haq dan tetap konsisten dalam menjalankannya, serta mau bertaubat
kepada-Nya dan meminta ampunan-Nya dari segala macam dosa, karena
sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat, Pemurah dan berkuasa atas
segala-galanya.
Adapun yang telah disebutkan tentang tanda-tanda
hari kiamat, maka hal itu sudah dijelaskan oleh hadits-hadits shahih,
selain juga Al Qur’an telah menyinggung sebagian saja, barang siapa
yang ingin mengetahuinya ia dapat mendapatkannya pada bab-bab tertentu
dalam buku-buku hadits serta karangan karangan para ahli ilmu dan iman.
Akhirnya,
sudah cukup jelas bagi kita bahwa kebohongan pendusta itu tidak
diragukan lagi, karena ia telah mengkaburkan dan mencampuradukan antara
yang haq dan yang batil, cukup Allah-lah sebagai penolong kita, Dia
sebaik baik pelindung, tak ada kekuasaan dan kekuatan apapun kecuali di
tangan Allah.
الحمد لله رب العالمين، وصلى الله على عبده ورسوله الصادق الأمين، وعلى آله وأصحابه وأتباعه بإحسان إلى يوم الدين .
(Dikutip
dari الحذر من البدع Tulisan Syaikh Abdullah Bin Abdul Aziz Bin Baz,
Mufti Saudi Arabia. Penerbit Departemen Agama Saudi Arabia. Edisi
Indonesia “Waspada terhadap Bid’ah”)
No comments:
Post a Comment