Mekkah -- Sebanyak 2,5 juta umat Islam dari seluruh dunia berkumpul di Mekah untuk menunaikan haji. Di penghujung ibadah ini, aparat Mekkah harus kerepotan membersihkan 100 juta botol plastik yang berserakan.
Begitu banyak orang berkumpul, membuat ibadah haji seringkali dikatakan sebagai gathering tahunan terbesar di dunia. Namun, adanya ancaman perubahan iklim membuat aparat Arab Saudi kini meminta jamaah mulai memperhatikan dampak lingkungan.
“Setiap tahun orang datang ke tempat yang sama dan pada waktu bersamaan. Jumlah mereka makin banyak dari tahun ke tahun,” ujar Dr Husna Ahmed, penulis utama ‘The Green Guide for Hajj’, sebuah buklet yang mempromosikan praktik peduli lingkungan untuk jamaah.
Ahmed yang juga CEO Faith Regen Foundation menyatakan, setiap tahunnya terdapat minimal 100 juta botol plastik bekas minuman yang dibuang sembarang. Sementara otoritas di Mekkah belum menyediakan fasilitas daur ulang yang memadai.
“Semua sampah, asap kendaraan hingga daya yang dipakai hotel, memiliki dampak terhadap lingkungan. Belum lagi jejak karbon di seluruh tempat di dunia ini,” lanjutnya.
Berdasarkan penelitian Ahmed, masalah ini merupakan praktik yang membudaya. Upayanya memperkenalkan kebijakan hemat energi dan inisiatif rendah emisi karbon kepada otoritas Saudi, lanjut Ahmed, takkan berhasil jika jamaah tak ikut berperan serta.
“Sayang, isu perubahan iklim dan konservasi bukan prioritas utama bagi kebanyakan Muslim. Terutama mereka yang berjuang melawan kemiskinan di negara berkembang,” kata Ahmed yang berharap bukletnya bisa menjelaskan hubungan penting fundamental Islam dan menjaga lingkungan.
Sebagaimana diketahui, Islam seringkali menekankan kebersihan merupakan bagian dari iman. Direktur LSM Eco-Muslim Omar Faruk menyatakan, konservasi bukan hanya sesuai dengan ajaran Islam. Hal tersebut merupakan bagian penting yang tak bisa dipisahkan.
“Al Quran menyatakan bumi hijau dan indah dan Allah menunjuk umat manusia untuk menjaganya. Singkatnya, bersih merupakan bagian penting sebagai umat Islam,” ujarnya.
Senada, Direktur Program Pembangunan PBB Olav Kjorven sepanjang tahun lalu membantu membuat ‘Muslim Seven Year Action Plan on Climate Change’. “Keterlibatan aktif Muslim terhadap perubahan iklim amat penting juga ingin bumi kembali hijau,” kata Kjorven.
Sebuah organisasi lintas agama dibentuk, Green Pilgrimage Network (GPN). Organisasi ini bertujuan menciptakan aliansi global untuk seluruh kota-kota suci di dunia agar mereka menerapkan praktik-praktik cinta lingkungan.
GPN mencatat, setiap tahunnya ada 100 juta penduduk dunia yang melakukan perjalanan relijius atau ziarah dan menjadikannya sebagai alasan terbesar untuk bepergian ke negara lain. Sekjen GPN Martin Palmer merasa, jamaah dan peziarah terjebak kehidupan konsumtif.
“Mereka membeli berjuta-juta botol plastik. Padahal di jaman dulu, orang berziarah hanya dengan air minum yang ditempatkan dalam wadah bekas tanduk hewan,” ujarnya.
Meski begitu, Palmer meyakini semua agama pada dasarnya konservasionis. “Tentunya mengerti bahwa Tuhan menciptakan ini semua dan berharap kita mau ikut menjaganya,” kata Palmer seraya, berharap Mekkah setuju dan segera bergabung dengan GPN.
SELAMA ini Kota Mekah dikenal dengan kota yang bersih dan asri. Taman kotanya ditata dengan baik dan apik. Tapi setelah ritual haji yang dilaksanakan selama lima hari, mulai 8 sampai 13 Dzulhijjah, kota ini diwarnai banyak sampah. Sampah yang banyak juga terlihat mulai dari Arafah, Mina dan Muzdalifah yang dinamai juga dengan nama "Kota Tenda". Tiga tempat itu merupakan tempat yang disinggahi seluruh jemaah yang melaksanakan ibadah haji dengan jumlah jemaah mencapai empat juta orang.
Salah satu upaya pemerintah Arab Saudi di bawah koordinasi Wakil Walikota Mekah, Abdul Salam Mashat, dengan menurunkan ratusan tim relawan yang berjumlah sekitar 20.500 personel. Mereka terdiri dari berbagai unsur, mulai dari pelajar, organisasi masyarakat sampai pegawai pemerintahan ditambah dengan personel kebersihan yang sudah ada. Selain itu, pemerintah Kota Mekah juga sudah mengerahkan 40.000 kontainer sampah ke lokasi yang akan dibersihkan. Lokasi pertama yang menjadi target adalah Mina. Walaupun semua tim sudah dikerahkan tetapi hasil kerjanya belum maksimal. ini dikarenakan banyaknya sampah. Jumlahnya mencapai jutaan kubik.
Untuk di sekitar Masjidil Haram masalah sampah, diawasi khusus oleh kerajaan yang juga bermukim di area masjid. Setiap hari 5 mobil sampai 10 mobil kontainer yang lalu lalang di area masjid yang sudah siap dengan mesin penghancur karton dan plastik. Sampah itu sudah dipilah-pilah, baik itu karton, plastik ataupun sampah lain.
Sampah karton yang masih utuh dimasukkan dalam mesin penghancur setelah hancur keluar dalam keadaan basah menyerupai bubur lalu dimasukkan dalam satu kotak besar kemudian diangkut ke suatu tempat pakai mobil kontainer yang lain.
Selain itu tim pengamanan masjid dari kepolisian Arab yang ditugaskan sangat ketat dan tidak pernah memberikan kesempatan bagi jemaah untuk memasang tenda atau masuk ke dalam masjid dengan membawa bungkusan besar.
H.Mangka salah seorang jemaah konsorsium Lailaha Illallah mengatakan, "sebenarnya pemerintah Arab harus bisa mengantisipasi kondisi sampah ini lebih awal. Memang berat kalau dalam waktu seminggu baru dibersihkan. Sampah yang jumlahnya mencapai jutaan kubik itu, pasti berat. Sebetulnya mulai di Arafah, petugas kebersihan harus mulai bergerak jangan menunggu sampai lima hari baru tim jalan untuk membersihkan, ini pasti berdampak pada lingkungan dan kesehataan, yang bisa mendatangkan wabah diare," ucap jamaah yang tinggal di Jalan Haji Kalla Makassar ini.
Saat ini rombongan jemaah Konsorsium Lailaha Illalah bersiap menuju Madinah, setelah semua jemaah telah melaksanakan tawaf Wada di Masjidil Haram. Di Madinah, jemaah melaksanakan Arbain di Masjid Nabawi. Di masjid itu terdapat makam Rasululllah SAW, tepatnya di Raodah. (*)
http://www.fajar.co.id,
No comments:
Post a Comment