Friday, November 18, 2011

Mengunjungi Peternakan Onta di Arab Saudi

 
 
PERJALANAN ke Arab Saudi, kiranya tidak lengkap kalau belum melakukan kunjungan ke tempat peternakan unta. Berkunjung ke tempat ini sama seperti berkunjung ke pantai, tak dipungut biaya.
Tetapi bukan berarti tidak perlu bawa uang. Uang tetap saja diperlukan untuk membeli sesuatu. Termasuk tentunya untuk pembeli susu unta kalau Anda kepingin menikmatinya.

Ketika diajak untuk berkunjung ke tempat peternakan unta untuk menikmati susu segar, yang terbayang di dalam hati adalah sebuah tempat layaknya peternakan sapi di Indonesia. Ada kandang, ada pagarnya, untanya terus merumput dan kotorannya berserakan seperti kotoran sapi dengan menaburkan aroma tak sedap. Disanalah susu unta diperah. Ternyata, yang dimaksud pemerahan susu onta benar-benar lain dari yang lain.

Betapa tidak, bayangan tadi adalah bayangan di negara agraris yang banyak ditumbuhi rerumputan. Disana semua itu tidak ada. Yang ada hanyalah padang pasir dengan suhu udaranya yang panas, tandus tak ada rumput yang tumbuh, kalaupun ada pohon, itupun hanya hanya pohon perdu kerdil berdaun kecil yang oleh orang sana sebut namanya ghorqod.

Yang lain, hanyalah padang pasir dengan bebatuannya yang panas. Beratapkan langit dibias sinar mentari dari langit biru dan untanya hidup di tengah-tengah sengatan matahari dan tanpa pagar sedikitpun sebagai kandangnya.

Disitulah ditambatkan banyak onta betina yang produktif menyusui. Konon susu onta bermanfaat untuk membersihkan pencernaan. Bisa dibeli dengan harga 5 real per botol kecil. Harga tersebut sudah standar dari tahun ke tahun tetap saja segitu.

Benar benar fresh karena baru diperah langsung di depan mata. Dikatakan, apabila minum susu unta khasiatnya bisa membuat awet muda 20 tahun ke belakang. Entahlah .....!

Pengunjung tentu saja tidak sedikit yang mencoba menikmatinya. Rasanya tidaklah seperti minum susu olahan cap nona manis yang terasa sekali gulanya. Tidak, tetapi yang jelas tidak amis dan segar sekali dan terasa masih hangat, maklum begitu diperah, disikan ke botol dan tak berapa lama kemudian diminum. Segar sekali. Betul, segar sekali!

Jijik

Tetapi ada juga yang tidak mencoba sama sekali, ada karena jijik. Ada pula yang takut terkena diare yang akibatnya malah bisa bikin repot, katanya. Dengan kata lain takut kurang higienis karena langsung diperah di depan mata langsung dari puting susu untanya.

Di kawasan tempat penggembalaan unta tersebut, memiliki pemandangan cukup menawan. Dengan padang pasirnya yang tandus sejauh mata memandang. Jalan raya membentang luas sekali sampai lima lini bergaris putih mengukir pemandangan bagai sisir raksasa membentang lurus membelah gurun Sahara. Di siang hari jalan raya itu seperti sebuah sungai akibat fatamorgana karena teriknya sinar matahari.

Memang, di siang hari, matahari selalu sedemikian terik dan tak ada yang menghalangi. Syukurlah ketika itu penulis bersama rombongan tiba di tempat tersebut sudah menjelang malam. Kendati matahari masih tampak jauh memancarkan cahayanya yang cerah, namun terasa tidak begitu panas lagi dan disertai pula angin yang bertiup membuat udara terasa sejuk.

Kalaulah diperhatikan, teriknya sinar matahari yang memancar membuat udara padang pasir demikian panas. Seperti kata seorang teman, "Kalaulah kita di tempat ini bermukim seperti mereka yang berkulit hitam itu, maulah seperti ikan yang dipanggang, masak!"

Jadi, tidaklah mengherankan begitu panasnya udara dan hujan sampai bulan-bulan tak kunjung turun, tumbuhanpun di tempat ini "enggan" tumbuh. Tentu saja, hewan-hewan melata, seperti ular tak bisa hidup di tempat ini.

Begitupun, domba dan unta bisa hidup, gemuk-gemuk lagi serta air susunyapun banyak layaknya hewan lain yang hidup merumput di daerah agraris.** (H.Ar. Harahap)http://www.analisadaily.com


Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment