Nasi Mandi untuk beberapa orang |
Menunaikan
ibadah haji di Makkah tanpa mencicipi makanan khas Arab Saudi rasanya
kurang lengkap. Sebab, ada beragam makanan khas Saudi yang tidak
dijumpai di negara mana pun. Kalaupun ada, rasanya pasti berbeda.
Salah satu
menu khas Saudi itu adalah nasi mandi dengan lauk kambing oven dan ayam
bakar yang dibakar dengan batu panas. Rasanya jangan ditanya lagi.
Maknyus... Ueenak...
Ada
beberapa restoran khas Arab yang menyajikan menu tersebut. Yakni,
restoran di kawasan Syisyah dan Aziziah. Jaraknya sekitar 5 kilometer
dari Masjidilharam.
Di
kawasan Syisyah misalnya, ada Restauran Assofa yang menyediakan nasi
mandi beserta lauk kambing. Kalau tidak suka kambing, ada ayam bakar
yang dibakar dengan batu. Jadi, rasanya sangat khas.
Sore
itu, seusai magrib, saya bersama dua rekan mengunjungi Restoran Assofa
di kawasan Shisyah. Sepintas, tidak ada yang istimewa pada restoran yang
cukup terkenal di Kota Makkah tersebut. Hanya tampak papan nama
bertulisan huruf Arab di depan restoran, Math’am Assofa. Artinya, Rumah
Makan Assofa.
Sebelum
masuk restoran, pengunjung bisa memesan menu di bagian kasir. Begitu
dibayar, bon diberikan kepada pelayan restoran. Selanjutnya, kita bisa
mencari tempat paling ideal sambil menunggu masakan dihidangkan.
Di
lantai pertama, ada beberapa ruangan ber-AC. Masing-masing berukuran
sekitar 6 x 10 meter. Bagian dalamnya hanya digelari karpet. Di tempat
itulah pengujung makan secara lesehan.
Sebagai
sandaran saat lesehan, pihak restoran menyediakan semacam bantal untuk
sandaran sambil menunggu pesanan datang. Sore itu, di dalam ruangan, ada
pengunjung warga Malaysia dan Saudi. Masing-masing membentuk lingkaran
atau kelompok tersendiri di dalam ruangan.
"Biasanya,
kalau habis salat Isya, pengujung penuh," tutur Ustad Muzzaky, seorang
pembimbing haji yang suka datang ke restoran tersebut.
Sementara
itu, di lantai dua, ada ruangan untuk keluarga serta beberapa ruangan
untuk perayaan ulang tahun dan semacamnya. "Jadi, kita bisa pesan tempat
ini kalau ada acara," tambah Ustad Muzzaky.
Saya
memesan dua porsi nasi mandi. Satu porsi seharga 45 riyal plus minum
air putih dan pepsi. Harganya genap 100 riyal. "Kita pesan dua porsi
saja. Banyak. Mungkin kita tidak bisa menghabiskan karena ini porsinya
orang Arab. Dua porsi untuk orang Arab bisa untuk empat orang kita,"
ujar Sirajudin, seorang mukimin yang sudah 20 tahun tinggal di Saudi.
Tak
lama, datang pelayan. Dia membawa semacam nampan besar yang ditutup
kertas aluvial. Begitu tutup dibuka, asap tampak mengepul dari nasi
mandi yang berwarna putih kekuningan. Hmm... harumnya menggoda untuk
segera dicicipi.
Di
atas nasi mandi tersebut, dijejer beberapa potongan daging kambing. Ada
bagian kaki, dada, paha, jeroan, ati, dan empal kambing. Sebagai
pelengkap, ada tambahan semacam susu campur kacang, saus, cabai hijau
besar, serta irisan bawang bombai.
Karena
umumnya memakan nasi mandi pakai tangan, di bawah nampan tersebut
digelar sejenis plastik tipis sebagai alas. Tujuannya, sisa atau kotoran
nasi dan tulang tidak tercecer ke mana-mana. Begitu selesai makan,
semua sisa makan dibungkus alas plastik itu, lalu dibuang ke tempat
sampah. Sangat praktis.
Meski
daging kambing, baunya tidak terasa. Saat dicomot dari tulangnya, mak
krupus... Dagingnya sangat empuk. Rasanya, jangan ditanya lagi.
Maknyusss... "Itu karena masaknya benar-benar matang. Pakai kayu bakar,
bukan kompor elpiji," tambah Sirajuddin.
Sementara
itu, tukang masaknya umumnya didatangkan dari negara Yaman yang memang
terkenal jago masak aneka menu berbahan dasar kambing. "Rata-rata koki
masakan khas Arab berasal dari Yaman," terangnya.
Begitu
juga nasinya yang putih kekuningan. Rasanya gurih meski tidak terlalu
menyengat seperti nasi kebuli atau nasi kuning di Indonesia.
"Benar-benar pas," tambah Ustad Muzzaky.
Kegurihan
nasi mandi begitu pas karena menggunakan kuah tulang dan daging kambing
yang dimasak berjam-jam dengan kayu bakar. Kuah kambing tersebut lalu
dicampur nasi saat menanak nasi mandi yang khusus didatangkan dari India
itu. "Dengan demikian, gurihnya sangat pas. Berbeda dari nasi kebuli,"
terang Sirajuddin.
Apa
bedanya dari nasi mandi yang tersedia di beberapa restoran di dekat
permukiman keturunan Arab di Indonesia" "Ya pasti beda. Ya beda
masaknya, ya beda rasanya. Makanya, kalau di Arab tidak nyoba nasi
mandi, rugi. Yang ada di Indonesia umumnya nasi kebuli," tutur
Sirajuddin.
Tak
heran, restoran yang menyediakan menu khas nasi mandi tak hanya diserbu
warga atau penduduk asli Arab dan Timur Tengah. Banyak pula warga
Indonesia dan jamaah haji Indonesia yang mendatangi restoran tersebut.
Selain itu, banyak pula orang Malaysia. "Kami sering datang ke restoran
ini," kata Ismail, warga Malaysia, yang sore itu datang bersama
rekannya. "Kalau kangen nasi mandi, ya pasti datang ke sini," ujarnya.
Yang
membuat Ismail ketagihan nasi mandi, selain nasinya yang khas, adalah
rasanya yang gurih. Juga, cara mengolah daging kambingnya. Selain tidak
bau, daging kambingnya empuk. Yang paling penting, rasanya enak. "Itulah
yang membuat kami sering datang kemari," ungkapnya.
Sementara
itu, minumannya adalah air mineral sampai teh niknah. Yakni, teh khas
Arab yang dicampur daun mint sejenis kemangi. Konon, teh itu dipercaya
bisa menghilangkan kolesterol. Rasanya enak, tidak terlau pahit. Ada
pula aneka minuman dingin lainnya.
Sore
itu juga tampak beberapa jamaah Indonesia yang ikut antre makan nasi
mandi di restoran tersebut. "Justru yang datang ke sini kebanyakan
jamaah haji Indonesia. Khususnya yang dari jamaah haji plus," terang
Ustad Muzzaky.
Restoran
atau rumah makan khas yang menyediakan nasi mandi tak hanya ada di
Syisya. Banyak pula restoran serupa di kawasan Aziziah. Misalnya,
Restoran Hadramaut, Raidan yang juga cukup terkenal di kalangan warga
Makkah yang menyediakan nasi mandi. Lokasinya dekat Ummul Quro"
University yang merupakan universitas terbesar di Makkah.
Selain
nasi mandi, beberapa restoran khas Arab menyediakan nasi putih sejenis
nasi uduk yang gurih. Ada pula nasi buchori yang berwarna cokelat
kekuning-kuningan dengan rasa gurih. Juga, ada nasi briyani, sejenis
nasi goreng di Indonesia. Lauknya bisa berupa ayam goreng atau daging
sapi, kerbau, dan daging unta.
sumber diambil dari tulisan BAHARI, wartawan Jawa Pos http://www.jambiekspres.co.i
No comments:
Post a Comment