Wednesday, November 16, 2011

Nasi Mandi Dua Porsi Cukup untuk Berempat

Nasi Mandi untuk beberapa orang


Menunaikan ibadah haji di Makkah tanpa mencicipi makanan khas Arab Saudi rasanya kurang lengkap. Sebab, ada beragam makanan khas Saudi yang tidak dijumpai di negara mana pun. Kalaupun ada, rasanya pasti berbeda.  
 
 Salah satu menu khas Saudi itu adalah nasi mandi dengan lauk kambing oven dan ayam bakar yang dibakar dengan batu panas. Rasanya jangan ditanya lagi. Maknyus... Ueenak...
 Ada beberapa restoran khas Arab yang menyajikan menu tersebut. Yakni, restoran di kawasan Syisyah dan Aziziah. Jaraknya sekitar 5 kilometer dari Masjidilharam.
 Di kawasan Syisyah misalnya, ada Restauran Assofa yang menyediakan nasi mandi beserta lauk kambing. Kalau tidak suka kambing, ada ayam bakar yang dibakar dengan batu. Jadi, rasanya sangat khas.
 Sore itu, seusai magrib, saya bersama dua rekan mengunjungi Restoran Assofa di kawasan Shisyah. Sepintas, tidak ada yang istimewa pada restoran yang cukup terkenal di Kota Makkah tersebut. Hanya tampak papan nama bertulisan huruf Arab di depan restoran, Math’am Assofa. Artinya, Rumah Makan Assofa.
 Sebelum masuk restoran, pengunjung bisa memesan menu di bagian kasir. Begitu dibayar, bon diberikan kepada pelayan restoran. Selanjutnya, kita bisa mencari tempat paling ideal sambil menunggu masakan dihidangkan.
 Di lantai pertama, ada beberapa ruangan ber-AC. Masing-masing berukuran sekitar 6 x 10 meter. Bagian dalamnya hanya digelari karpet. Di tempat itulah pengujung makan secara lesehan.
 Sebagai sandaran saat lesehan, pihak restoran menyediakan semacam bantal untuk sandaran sambil menunggu pesanan datang. Sore itu, di dalam ruangan, ada pengunjung warga Malaysia dan Saudi. Masing-masing membentuk lingkaran atau kelompok tersendiri di dalam ruangan.
 "Biasanya, kalau habis salat Isya, pengujung penuh," tutur Ustad Muzzaky, seorang pembimbing haji yang suka datang ke restoran tersebut.
 Sementara itu, di lantai dua, ada ruangan untuk keluarga serta beberapa ruangan untuk perayaan ulang tahun dan semacamnya. "Jadi, kita bisa pesan tempat ini kalau ada acara," tambah Ustad Muzzaky.
 Saya memesan dua porsi nasi mandi. Satu porsi seharga 45 riyal plus minum air putih dan pepsi. Harganya genap 100 riyal. "Kita pesan dua porsi saja. Banyak. Mungkin kita tidak bisa menghabiskan karena ini porsinya orang Arab. Dua porsi untuk orang Arab bisa untuk empat orang kita," ujar Sirajudin, seorang mukimin yang sudah 20 tahun tinggal di Saudi.
 Tak lama, datang pelayan. Dia membawa semacam nampan besar yang ditutup kertas aluvial. Begitu tutup dibuka, asap tampak mengepul dari nasi mandi yang berwarna putih kekuningan. Hmm... harumnya menggoda untuk segera dicicipi.
 Di atas nasi mandi tersebut, dijejer beberapa potongan daging kambing. Ada bagian kaki, dada, paha, jeroan, ati, dan empal kambing. Sebagai pelengkap, ada tambahan semacam susu campur kacang, saus, cabai hijau besar, serta irisan bawang bombai.
 Karena umumnya memakan nasi mandi pakai tangan, di bawah nampan tersebut digelar sejenis plastik tipis sebagai alas. Tujuannya, sisa atau kotoran nasi dan tulang tidak tercecer ke mana-mana. Begitu selesai makan, semua sisa makan dibungkus alas plastik itu, lalu dibuang ke tempat sampah. Sangat praktis.
 Meski daging kambing, baunya tidak terasa. Saat dicomot dari tulangnya, mak krupus... Dagingnya sangat empuk. Rasanya, jangan ditanya lagi. Maknyusss... "Itu karena masaknya benar-benar matang. Pakai kayu bakar, bukan kompor elpiji," tambah Sirajuddin.
 Sementara itu, tukang masaknya umumnya didatangkan dari negara Yaman yang memang terkenal jago masak aneka menu berbahan dasar kambing. "Rata-rata koki masakan khas Arab berasal dari Yaman," terangnya.
 Begitu juga nasinya yang putih kekuningan. Rasanya gurih meski tidak terlalu menyengat seperti nasi kebuli atau nasi kuning di Indonesia. "Benar-benar pas," tambah Ustad Muzzaky.
 Kegurihan nasi mandi begitu pas karena menggunakan kuah tulang dan daging kambing yang dimasak berjam-jam dengan kayu bakar. Kuah kambing tersebut lalu dicampur nasi saat menanak nasi mandi yang khusus didatangkan dari India itu. "Dengan demikian, gurihnya sangat pas. Berbeda dari nasi kebuli," terang Sirajuddin.
 Apa bedanya dari nasi mandi yang tersedia di beberapa restoran di dekat permukiman keturunan Arab di Indonesia" "Ya pasti beda. Ya beda masaknya, ya beda rasanya. Makanya, kalau di Arab tidak nyoba nasi mandi, rugi. Yang ada di Indonesia umumnya nasi kebuli," tutur Sirajuddin.
 Tak heran, restoran yang menyediakan menu khas nasi mandi tak hanya diserbu warga atau penduduk asli Arab dan Timur Tengah. Banyak pula warga Indonesia dan jamaah haji Indonesia yang mendatangi restoran tersebut. Selain itu, banyak pula orang Malaysia. "Kami sering datang ke restoran ini," kata Ismail, warga Malaysia, yang sore itu datang bersama rekannya. "Kalau kangen nasi mandi, ya pasti datang ke sini," ujarnya.
 Yang membuat Ismail ketagihan nasi mandi, selain nasinya yang khas, adalah rasanya yang gurih. Juga, cara mengolah daging kambingnya. Selain tidak bau, daging kambingnya empuk. Yang paling penting, rasanya enak. "Itulah yang membuat kami sering datang kemari," ungkapnya.
 Sementara itu, minumannya adalah air mineral sampai teh niknah. Yakni, teh khas Arab yang dicampur daun mint sejenis kemangi. Konon, teh itu dipercaya bisa menghilangkan kolesterol. Rasanya enak, tidak terlau pahit. Ada pula aneka minuman dingin lainnya.
 Sore itu juga tampak beberapa jamaah Indonesia yang ikut antre makan nasi mandi di restoran tersebut. "Justru yang datang ke sini kebanyakan jamaah haji Indonesia. Khususnya yang dari jamaah haji plus," terang Ustad Muzzaky.
 Restoran atau rumah makan khas yang menyediakan nasi mandi tak hanya ada di Syisya. Banyak pula restoran serupa di kawasan Aziziah. Misalnya, Restoran Hadramaut, Raidan yang juga cukup terkenal di kalangan warga Makkah yang menyediakan nasi mandi. Lokasinya dekat Ummul Quro" University yang merupakan universitas terbesar di Makkah.
 Selain nasi mandi, beberapa restoran khas Arab menyediakan nasi putih sejenis nasi uduk yang gurih. Ada pula nasi buchori yang berwarna cokelat kekuning-kuningan dengan rasa gurih. Juga, ada nasi briyani, sejenis nasi goreng di Indonesia. Lauknya bisa berupa ayam goreng atau daging sapi, kerbau, dan daging unta.  

sumber diambil dari tulisan BAHARI, wartawan Jawa Pos http://www.jambiekspres.co.i


Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment