Sunday, November 27, 2011

SAUDI LAGI…SAUDI LAGI…


Kenapa Saudi atau orang2 Saudi selalu jadi sorotan yg negatif?
- Jika terjadi musibah di negara muslim atau pada kaum muslimin, maka negara Saudi dan org2nya yg di sorot. Mereka katakan bhw Saudi diam saja, tidak mau nyumbang, pro amerika, dsb. Kenapa mereka tidak mengatakan seperti itu kepada diri mrk sendiri atw negara mrk sendiri?
- Jika terjadi kasus penganiayaan TKI di Saudi atau hukuman mati, maka langsung di ekspos besar2an, melebihi kasus yg terjadi di negara2 lain atau negaranya sendiri. Padahal jumlah kasus tsb jauh lebih sedikit dibanding negara2 lainnya.
- Jika berdebat dengan org kafir, pelaku kesyirikan dan pelaku bid’ah, maka mereka selalu menjurus kepada kejelekan2 di Saudi dan orang2nya. Apakah Islam dan Sunnah itu hanya ada di Saudi saja?
- Jika pemberian gelar Doktor untuk Raja Saudi dipermasalahkan, yang beliau sudah berusaha menerapkan hukuman Syar’i di negaranya, serta sudah byk membantu negara kita dengan memberikan izin untuk pergi haji dan umrah, menjadi TKI, kuliah, dll. Lantas kenapa pemberian gelar Doktor utk orang2 kafir atau musuh2 Islam (seperti tokoh2 JIL, dsb) tidak dipermasalahkan?? apakah mereka tidak sadar kalau negara kita adalah negara yg berpenduduk muslim terbesar di dunia?
- Jika…jika…jika…dll

Ditambah lagi, mereka berani menantang Saudi???
Mereka berani memutuskan kerjasama dengan Saudi???
Nekadd…
Benar kata SAHABAT ANA, kang Zayed Mardzy, “Kalau Saudi memutuskan hubungan dengan kita, apa mau kita haji atau thawafnya di Monas”???
Beliau (kang Zayed Mardzy) juga berkata, “Satu kepribadian umumnya warga saudi (dan sekitarnya) yang notabene kebanyakan keturanan dari para sahabat baik kaum Muhajirin dan Anshar adalah TIDAK MAU PUBLIKASI atas kebaikan2 yg selama ini mereka berikan kepada seluruh penjuru dunia. Dan ini saya buktikan ketika saya mengantar utusan mereka ke Aceh pas 6 hari pasca Tsunami. Saya katakan : ‘Ya Syeikh, media masa membicarakan bantuan ke aceh dari Eropa, dari amerika, dari jepang, asutralia dll, dan tidak ada bantuan dari sodara muslim di Timur tengah, padahal kita sekarang sedang mewakili mereka, apa perlu saya publikasikan?’ Mereka cuma menjawab : ‘Kami tidak membutuhkan publikasi, kami hanya ingin menjalankan kewajiban kami kepada saudara muslim dibelahan bumi manapun.’ Saya bilang ke mereka : ‘SATU PERMINTAAN SAYA KEPADA ANTUM, ‘MOHON ANTUM TETAP MEMAKAI BAJU ANTUM YANG INI SELAMA DI ACEH (maksudnya baju gamis/tsaub)’.”
Ada seseorang berkata, “Jika negara kita memutuskan hubungan secara diplomatik,apa iya sampai berpengaruh terhadap ibadah seseorang?? Kalo saudi menghalang2i ibadah haji orang hanya karena negara telah memutuskan hubungan diplomatiknya, apa ga berdosa tuh..terus letak menegakkan syari’atnya apa hanya sampai sebatas itu..??”
Maka kami katakan, “Yang lebih berdosa lagi adalah yg berani memutuskan hubungan dengan Arab Saudi, ibaratnya, siapa yg main api duluan? Padahal dampak mudharatnya jauh lebih besar yg bermain api lebih dulu. Supaya ant tidak terkena maksud dari status diatas, maka ant tidak perlu mempermasalahkan pihak Saudi, karena yang ant permasalahkan adalah akibat dari suatu sebab. Ahsan untuk awalnya ant mempermasalahkan sebabnya dulu, kemudian setelah itu ant mempermasalahkan akibatnya. Sangat tidak adil jika seseorang mempermasalahkan akibatnya, sedangkan yang menjadi sebab tidak dipermasalahkan (seperti kasus dalam status diatas).
Kalo belum paham, ana kasih contoh:
Seorang anak diusir oleh orangtuanya dengan sebab kedurhakaannya.
Mana yang harus dipermasalahkan pertama kali???
Seseorang yg adil akan mempermasalahkan anaknya lebih dulu, kenapa ia durhaka kpd orangtuanya?
Berbeda dengan ant, yang malah mempermasalahkan orangtuanya, yaitu kenapa orangtuanya mengusir anaknya? Sedangkan anaknya tidak ant permasalahkan. Apakah hal ini termasuk adil???
Adalah hak pemerintah Saudi melarang seseorang atau jamaah untuk pergi Haji dengan alasan atau sebab tertentu. Seperti halnya pemerintah Saudi melarang jamaah Ahmadiyah melaksanakan haji ke negaranya. Juga putusnya hubungan diplomatik akan mempengaruhi segala2nya, seperti visa, pasport, kuota, dsb. Sedangkan ibadah haji membutuhkan hal2 tersebut.”
Oleh Abu Fahd Negara Tauhid
Sumber: http://www.facebook.com/negara.tauhid/posts/1547568226466


Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment