Sunday, August 5, 2012

Taif, Kota Sejuk di Pinggiran Makkah

 
img

Jalan meliuk-liuk di Taif (Rizal/detikTravel)

gb
gbgbgbMakkah - Arab Saudi tidak identik dengan hawa panas menyengat. Menepilah ke Taif untuk suasana sejuk pegunungan yang nyaman.

Terik matahari terlihat menyengat dari balik jendela mobil buatan Amerika Serikat, GMC yang membawa saja. Mobil yang melesat kencang itu, seolah tak bisa lepas dari kejaran matahari yang tepat berada di atas ubun-ubun kepala itu.

Udara begitu terik dan panas, begitu yang dirasa hampir semua penumpang di dalam mobil. Semua pemandangan di sekeliling kendaraan, hanya hamparan padang pasir dan gunung bebatuan. Hampir dua jam lebih, hanya padang pasir dan gunung bebatuan yang bisa disaksikan selepas dari pusat Kota Makkah Al Mukarramah, Arab Saudi.

Setelah dua jam, atau setelah menelusuri jalan sepanjang 80 kilometer dari Kota Makkah. Tepatnya, ketika memasuki antara Pegunungan Asyir dan Al Hada. Laju kendaraan terasa meliuk-liuk, persis seperti perjalanan menuju Puncak, Bogor, Jawa Barat atau tempat pengunungan lainnya di Indonesia.

Sejumlah rerumputan jenis perdu dan pepohonan jenis pohon ara dan pinus terlihat segar di mata. Sejumlah penumpang pun meminta, sopir GMC untuk segera menghentikan kendaraan. Permintaan pun dikabulkan tepat di sebuah puncak gunung di Pegunungan Asyir.

Alangkah terkejutnya, ketika bukan sinar matahari yang membakar kulit. Tetapi, hawa sejuk dan semilir angin membawa kesejukan. "Ih kaya di Puncak yah. Kok nggak panas," kata Wisnu salah satu anggota rombongan peziarah mengomentari sejuknya alam di pegunungan itu.

Tak hanya itu, penumpang GMC yang berjumlah 8 orang ini pun juga melihat segerombolan kera besar sedang berkumpul. Hewan ini bertengger di antara bebatuan dan jalan raya yang sepi. Mereka akan mengejar kendaraan yang menyempatkan berhenti dan melempari mereka dengan sejumlah makanan atau buah-buahan.

Setelah menunaikan salat dzuhur, rombongan dalam GMC yang kebanyakan wisatawan asal Indonesia ini pun melanjutkan perjalan menuju Kota Taif. Sekitar satu jam lagi waktu perjalanan memasuki pusat kota yang dijuluki Qaryah Al Mulk atau Desa Para Raja itu.

Kota ini berada di ketinggian 1.700 meter di atas permukaan laut di lereng Pegunungan Sarawat. Sebagai catatan, untuk memasuki kota ini memang tidak mudah. Karena, bagi wisatawan yang kebanyakan adalah jamaah haji atau umrah akan kesulitan memasuki kota ini. Kalau hanya mengantungi visa haji atau umrah, tidak akan mendapatkan izin masuk.

Untuk memasuki wilayah ini tidak mudah, selain harus memiliki visa khusus. Maklum, selain dikenal sebagai tempat istirahat para pejabat dan keluarga kerajaan, di tempat ini juga terdapat sejumlah pangkalan militer Arab Saudi, termasuk sekutunya Amerika Serikat.

Ini yang juga dialami 8 penumpang GMC, termasuk detikTravel tempo hari saat mencoba masuk wilayah ini. Rombongan harus melewati sekitat 4 Pos Check Point. Di mana setiap pos terdapat belasan Askar (tentara) dan Polisi Baladiyah, Kerajaan Arab Saudi.

Semua penumpang kendaraan umum dan pribadi diminta turun dan diperiksa identitas dan kelengkapan surat-suratnya. Penduduk pribumi yang tidak punya kepentingan jelas pun dipaksa balik arah. Namun, karena rombongan peziarah dipersilakan lewat.

"Di sini sangat ketat. Taif ini dikenal sebagai peristirahat para kerabat kerajaan. Kalau musim panas, semua kerabat kerajaan ada di sini semua. Ya rekreasi dan sebagainyalah," ungkap Syamsul Laily (45) warga negara Indonesia asal Madura yang telah 13 tahun bermukim di Arab Saudi kepada detikTravel.

Menurut Syamsul, bila siang hari memang terlihat sepi. Bahkan beberapa titik tempat rekreasi pun kosong melompong. "Ya biasanya di sini tempat rekreasi itu, malam baru dikunjungi penduduk," terangnya lagi.

Taif memang dikenal di kawasan Arab Saudi sebagai kota perkebunan, baik sayuran buah-buahan dan bunga. Kurma, semangka, anggur, strawberry, delima, angrek, ambar, melati, misik dan madu ada di sini. Bunga-bungaan ini digunakan sebagai bahan minyak wangi, dan banyak diekspor ke luar negeri.

Makanya, lanjut Syamsul, kebiasaan para pejabat di Riyadh bila musim panas tiba akan memindahkan pekerjaannya ke Taif dan mengajak sanak keluarganya. "Nanti biasanya kalau musim panas agak ramai, maklum kalau sekarang kan memasuki musim peralihan atau semi di sini," ungkapnya lagi.

Di pinggir jalan hampir selalu ditemukan 'Sky-Lift' atau kereta gantung atau 'gondola' sembari melihat keindahan pemandangan dari ketinggian. Bila di Jakarta, Sky Lift berjalan lurus, di Thaif justru naik turun melewati bebatuan besar dan tanah kosong yang menghijau diselimuti rumput tipis. Untuk menaiki Sky Lift ini cukup merogoh kantong sekitar 20 Riyal saja alias Rp 54.000.

Menurut keterangan sejumlah mukimin, di kota ini kerap diselenggarakan pertemuan bilateral, regional dan internasional. Bahkan, sering diselenggarakan balapan unta yang menarik wisatawan pada setiap musim panas. Namun, justru memasuki musim semi dan dingin mulai Oktober hingga Januari, di bagian luar kota Taif atau dikenal kawasan Al Shafa akan panen buah delima dan bunga anggrek.

Yang menarik, ketika rombongan meneruskan perjalan menuju Al Shafa. Di kiri kanan jalanan di hamparan bukit berbatuan terhampat sejumlah pepohonan yang unik. "Itu pohon Zaqqum, pohon yang katanya satu-satunya tumbuh nanti di Neraka. Itu yang bakal jadi bahan makanan penghuni neraka," kata Syamsul menghentikan kendaraan yang dikemudikannya.

Rombongan pun turun dan langsung jeprat-jepret mengabadikan pohon itu. Pohon yang rindang setinggi dua hingga tiga meter itu dahannya penuh ditumbuhi duri yang sangat tajam, kokoh. "Pohon ini ketika kering juga ngga bisa dibakar," tukas Syamsul lagi.

Beberapa orang dari rombongan pun mencoba mematahkan sedikit ranting kering dan mencoba membakarnya, memang tidak ada yang terbakar. Tapi, tiba-tiba di atas perbukitan sirene mobil polisi patroli atau Askar Baladiyah meraung. Dari suara pengeras, terdengar teriakan petugas meminta kita terus berjalan. Maklum di negara ini untuk urusan foto memfoto agak banyak larangan. Rombongan pun melanjutkan perjalanan menuju Al Shafa.

Selain menjadi wilayah perkebunan dan wisata, di salah satu tempat di Thaif juga menjadi tempat Miqat atau untuk berihrom bagi jamaah Haji atau Umrah, yaitu di Wadi Sair Kabir. Di pusat kota, juga terdapat masjid yang sangat bersejarah, salah satunya adalah Masjid Abbas, yaitu masjid peninggalan paman Rasullulah SAW, Abdullah bin Abbas dan Masjid Ku'un, masjid di mana Nabi Muhammad SAW dilempari batu penduduk Taif.

Inilah salah satu daya tarik bagi segelintir orang mendatangi kota Taif. Taif telah menorehkan sejarah yang pahit dalam perjalanan awal dakwah Rasul Allah, Nabi Muhammad SAW. Terhitung tiga tahun sebelum hijrah, Rasulullah SAW melakukan perjalanan ke Taif untuk berdakwah dan mengajak Kabilah Tsaqif masuk Islam.

Perjalanan ini dilakukan tidak lama setelah wafatnya Siti Khadijah pada 619 Masehi dan wafatnya Abu Thalib, pelindung utama yang juga paman Rasulullah SAW pada 620 Masehi. Meninggalnya Abu Thalib dan Siti Khadijah ini yang disegani oleh kaum musyrik Qurais, membuat mereka semakin berani mengganggu Rasulullah SAW.

Selain Taif, di sekitar Makkah ada tempat lainnya yang lahannya subur, yaitu Jumum atau dikenal sebagai Wadi Fatimah. Hampir semua tanaman didapatkan di sini, termasuk buah-buahan. Wadi Fatimah terletak sekitar 30 kilometer dari Kota Makkah dan memiliki sumber air jernih, sejernih air kemasan. Kawasan ini akan dilewati semua wisatawan yang akan menuju arah Madinah.

Wadi Fatimah atau Telaga Fatimah berada di lembah hijau di tengah gurun pasir yang kering tandus. Ada yang menarik, air Wadi Fatimah dinilai bisa membangkitkan vitalitas bagi yang mengkonsumsinya. Namun sejumlah ulama menyatakan Wadi Fatimah tidak ada hubungannya sama sekali dengan kehidupan putri Rasulullah SAW, Fatimah Al Zahra.

Tempat wisata ziarah lainnya yang sangat dikenal di sekitar Makkah adalah Gua Hira di Jabal (Gunung) Nur dan Gua Tsur di Jabal Tsur. Dua tempat ini berada sekitar 10 kilometer dari Makkah. Untuk menuju kedua tempat ini wisatawan hanya merogoh kocek 10 riyal atau Rp 27.000 bila menggunakan taksi.

travel.detik.com

Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment